Pras terdiam di teras rumahnya, jam 11 malam dan Claire masih belum juga sampai.
Sambungan Pras juga tidak ada yang dijawabnya satu pun, pesan pun tidak dijawab.
Kemana dia .... kenapa membuat Pras sampai sekhawatir ini sekarang.
"Pras, kamu belum masuk .... ini udah malam"
"Nanti aja, mamah tidur sajalah"
Pras melempar botol minuman yang digenggamnya, Tina berisik sekali sejak tadi.
Setelah berisik tentang makan malam, sekarang berisik untuk masuk rumah.
Pras sudah besar, tidak perlu seperti itu lagi, Pras bisa masuk sendiri nanti kalau memang sudah mau masuk.
"Pras"
"Apa lagi sih mamah ?"
Pras menoleh dan melihat Tina diambang pintu sana.
"Kenapa ?"
"Claire masih belum sampai"
"Belum, makanya aku masih disini, udah mamah tidur aja tuh temani Cindy, Pras akan masuk nanti"
"Tapi kamu belum makan"
"Iya nanti ahh, kalau lapar juga pasti makan"
Tina menggeleng dan kembali masuk, kemana sekarang Claire, kenapa perjalanannya lama sekali.
Pras membuka kembali ponselnya, menghubungi Claire lagi, tapi masih tidak dijawab.
Pras kesal sekali dengan Claire, dia yang minta Pras untuk diam menunggunya, tapi tidak ada kabar apa pun yang Pras dapatkan dari Claire.
Sampai kapan Pras harus menunggu, apa Claire sengaja melakukan semuanya sekarang, Claire tak berniat membuat Pras tenang malam ini.
"Kemana kamu ini ?"
Ucap Pras yang bangkit dari duduknya, Pras bisa benar-benar marah sekarang dengan Claire.
Semua terlalu membuat Pras kesal, Claire terasa begitu mempermainkannya sekarang.
"Kalau aku susul juga, harus kemana Claire"
Pras mengacak rambutnya prustasi, tahu begini Pras akan menolak saja permintaan Claire tadi sore.
Pras akan memilih memarahi Claire saja agar menunda kepulangannya, dari pada harus seperti ini.
Pras melangkah tapi tak jadi, karena ponsel dalam genggamannya bergetar, Pras menjawab panggilan itu dengan cepat.
"Kemana saja kamu ini ?"
Ucap Pras dengan kesal, Pras mengernyit mendengar tawa Claire, bisa-bisanya Claire tertawa ditengah kegelisahan Pras.
Pras meloudspeaker panggilannya dan menyimpan ponselnya, andai saja Claire ada dihadapannya, ingin sekali Pras menjitak kepalanya itu.
"Udah sampai mana ?"
"Udah masuk tol ini, sebentar lagi sampai"
"Sebantar lagi sampai mana, tol itu jauh menuju rumah kamu"
Claire kembali tertawa mendengar Pras yang marah padanya.
"Kemana dari tadi, aku hubungi susah sekali"
"Jalanan macet sekali tuan, aku kesal jadi aku tidak jawab panggilannya"
"Alasan saja"
"Jangan marah-marah, nanti kalau aku pergi kamu pasti menyesal"
"Pergi kemana ?"
"Kemana aja, yang jelas bakalan buat kamu menyesal"
"Tidak"
Bentak Pras, menyebalkan sekali Claire, kemana arah bicaranya itu, sembarangan.
Apa Claire lupa kalau sekarang sedang dalam perjalanan ditengah malam.
"Pras, kamu masih segar kan, belum ngantuk"
"Gimana bisa ngantuk, kamu menyebalkan sekali"
"Maaf, jangan marah-marah dong, aku jadi tambah takut nih"
"Takut apa kamu ?"
"Takut gak bisa lihat kamu lagi, takut gak bisa sama-sama lagi"
"Ngomong apa sih, udah ah berisik, tutup teleponnya, hentikan mobilnya, aku jemput kamu"
"Gak usah, kamu tunggu aku saja"
"Tunggu sampai kapan Claire, kamu juga buat aku marah"
"Iya maaf, enggak lagi deh, aku kan juga udah sampai, ini udah mau keluar tol"
"Nyetir yang benar"
"Siap tuan"
"Ya udah, awas abaikan panggilan aku lagi"
"Ok"
Pras memutus sambungannya, awas saja kalau mereka sudah bertemu nanti, Pras akan mencekiknya.
Pras memasuki rumahnya, mengambil air minum di dapur, Pras harus tenang sekarang, Claire baik-baik saja dan akan segera sampai.
Ternyata memang benar, Claire sengaja membuat Pras khawatir.
Pras terdiam .... kabar Claire telah didapatnya, tapi kenapa Pras masih saja merasa gelisah.
Apa penyebab sebenarnya, kenapa kalimat Claire tentang kepergian terus terngiang ditelinganya.
Ada apa ini, pertanda apa kegelisahan ini, apa perasaan ini yang Claire rasakan sejak bangun tidur.
Bukankah itu yang Claire katakan pagi tadi, Claire merasa takut dengan hal yang Claire sendiri tidak tahu.
Pras menggeleng, bisa sekali Claire membuatnya gila seperti ini, siapa dia kenapa terasa begitu menakutkan.
Takut dengan segala hal buruk yang akan mengganggunya kapan saja.
"Aaahh shits, perasaan macam apa ini, kenapa harus sampai seperti ini"
Pras memukul kepalanya berkali-kali, apa yang sedang difikirkannya, bagaimana bisa pemikiran itu hadir dibenaknya.
Claire akan baik-baik saja, bukankah Pras sedang berusaha menjaganya, Pras akan datang jika memang Claire membutuhkannya sekarang, atau kapan pun juga.
"Claire memang menjengkelkan, kenapa seperti itu perkataannya, tidak cukupkah dengan mengabaikannya sejak tadi, kenapa harus menambahnya dengan segala kalimat menjengkelkan itu"
Pras menyimpan gelasnya, dan memilih masuk ke kamarnya, Pras akan menunggu Claire disana.
Setidaknya Pras tidak terlalu kedinginan dibandingkan dengan duduk di teras luar rumahnya, Claire sudah masuk tol .... dan memang benar, jaraknya tidak terlalu jauh lagi sekarang.
Pras merebahkan tubuhnya, Pras terdiam ketika fikirannya teringat sesuatu.
"Mobil Claire itu milik perusahaan, bukankah ada GPS yang dipasang disana"
Pras kembali bangkit, membuka ponselnya, Pras ingat GPS itu pernah tersambung ke ponselnya.
"Tepat .... dasar bodoh"
Pras menghentakan kakinya kesal, kenapa tidak teringat sejak tadi.
Kalau seperti ini Pras bisa tahu dimana sekarang Claire berada.
"Tidak bisa main-main lagi kamu nona, lihat saja ini, kepintaran ku telah kembali lagi sekarang"
Pras tersenyum dan mengangguk, kalau Claire mengerjainya lagi, Pras akan langsung menyusulnya saja.
Tidak perlu lagi banyak bicara dan tidak perlu lagi marah-marah, Pras kembali rebahan.
Baru 5 menit, paling Claire baru keluar tol, bukankah katanya jalanan macet.
Pras menyakan laptopnya, memilih bermain game disana seraya menunggu kabar Claire berikutnya.
Harusnya 10 menit lagi Claire akan kembali menghubunginya, dan itu adalah waktu maksimalnya.
Claire bisa lebih cepat menghibunginya kalau memang diperlukan, Pras mulai asyik dengan gamenya sekarang.
Sedikit melupakan kegelisahannya tentang Claire yang masih diperjalanan sana, Pras memang suka main game, itu adalah pelariannya dari segala perasaan yang dianggap mengganggu ketenangannya.
Lama berselang, sudah lewat 10 menit dari yang dihitungkan Pras.
"Aaahhh .... arrgghhht rese sakali, apa-apan ini, bisa-bisanya mengalahkan aku"
Pras menutup gamenya dan meraih ponselnya, Pras mulai menyadari waktu 10 menit itu.
Pras tersenyum, apa Claire akan usil lagi sekarang, apa masih bisa semua itu.
Pras sudah mendapatkan penangkalnya, penangkal rasa khawatirnya yang berlebihan tentang Claire disana.
Pras menghubungi Claire, karena memang sudah cukup lama, dan Claire masih tidak juga menghubunginya.
"Bukankah memang menjengkelkan anak ini"
Pras menggeleng, lagi-lagi Claire mengabaikan panggilannya.
Apa Claire ingin kembali ribut dengan Pras, memang sudah lama keduanya hidup damai, tidak pernah ada percekcokan apa pun.
Mungkin benar, Claire merindukan pertengkaran, sehingga memancing kekesalan Pras sekarang.