Chereads / Tiada Harga Diri / Chapter 9 - Gelisah

Chapter 9 - Gelisah

Claire telah menyelesaikan masalahnya di Bandung, sudah tiga hari Claire disana.

Jadwal yang tidak sesuai dengan harapan Claire, tapi tak masalah karena Claire telah menyelesaikan semuanya kemarin.

Claire sudah merapikan barangnya, siap meninggalkan bandung dan kembali ke kota asalnya.

Tapi entah kenapa, Claire merasa enggan untuk pergi, Claire merasa harus tetap di penginapannya.

Claire merasa cemas, tapi entah untuk hal apa, yang jelas Claire merasa berat untuk keluar dari penginapannya.

Bukankah pekerjaan Claire di kantor sudah menumpuk dan harus segera Claire kerjakan, Claire sudah berkali-kali menunda kepergiannya sejak tadi pagi, dan sampai sore ini Claire belum mendapatkan ketenangan untuk bisa segera pergi.

Claire menghubungi Pras sudah berkali-kali juga, Claire bercerita tentang apa yang dirasakannya.

Pras menyarankannya untuk tidak pergi saja, Pras khawatir kalau mungkin itu pertanda tidak baik buat Claire.

Claire kembali rebahan setelah selesai dengan sambungannya dan Pras, Claire berfikir tentang apa dan kenapa hatinya seperti itu.

Claire harus pulang, jadwal kepulangannya adalah kemarin, dan Claire sudah menundanya sampai hari ini.

Rasanya sangat tidak mungkin kalau Claire masih harus menundanya lagi, Claire akan teramat repot nantinya kalau terlambat kembali ke kantor.

Pekerjaannya akan menyiksa Claire jika keterlambatan itu terjadi, Claire kembali bangkit.

Tangannya meraih pegangan koper, Claire harus jadi pulang hari ini, mungkin perasaan itu ada hanya karena Claire yang lelah saja, bukan pertanda buruk seperti yang dikatakan Pras di telepon tadi.

Claire kembali menghubungi Pras, memberi tahu kalau Claire jadi pulang hari ini dan Claire meminta Pras untuk tetap menunggunya.

Tidak melakukan kegiatan apa pun, Pras hanya harus santai di rumahnya saja, sampai nanti Claire berhasil sampai kesana dan menemui Pras.

"Udah besok aja"

"Gak bisa, kerjaan aku udah numpuk di kantor, aku harus pulang sekarang"

"Claire"

"Pras .... udah pokoknya kamu doain aku biar selamat, dan ingat kamu harus tetap stay dan hanya nunggu aku saja"

"Baik nona manis"

"Ok, aku pergi sekarang, bye .... sampai ketemu"

"Iya, hati-hati"

Claire memutus kembali sambungannya, lantas menarik kopernya dan berjalan meninggalkan penginapannya.

Claire benar-benar akan pergi sore ini, Claire tetap pada keputusannya, tidak bisa lagi menunda jadwal kepulangannya.

Claire harus segera mengerjakan pekerjaannya di kantor, tak peduli alasan apa pun yang menahannya.

Claire melajukan mobilnya dengan setenang mungkin, meski tak bisa dihindari juga kegelisahan yang terus saja dirasakannya.

Claire terus berusaha agar fikirannya itu positif, berharap semoga dengan begitu Claire akan tetap terjaga, dan selamat sampai tujuannya nanti.

----

"Kamu katanya mau pergi"

"Gak jadi, besok aja"

"Kenapa ?"

"Gak apa-apa, gak jadi aja"

Pras tampak bermain dengan Cindy, Pras memang berniat pergi sore ini bersama temannya, tapi ternyata Claire memintanya untuk diam di rumah dan hanya menunggu Claire sampai.

"Gak apa-apa kalau mau pergi, biar Cindy sama mamah aja"

"Gak usah gak apa-apa, besok aja masih bisa"

"Yakin ?

"Yakin, udah sana ah ganggu aja"

Pras kesal dengan Tina yang terus saja bertanya, kenapa tidak cukup dengan satu kali jawaban saja, kenapa harus diulang-ulang lagi.

"Marah-marah terus, jangan marah-marah di depan Cindy"

"Lagian mamah bawel sekali, udah dijawab masih aja tanya"

"Ya kan harus sampai yakin sama jawabannya, jadi diulang-ulang"

"Ada aja alasannya"

"Claire belum pulang, kamu santai terus"

"Pulang, lagi di jalan"

"Oh .... oh kamu nunggu Claire makanya diam di rumah kan ?"

"Itu mamah ngerti"

"Pras .... Pras, kamu seperti bukan laki-laki kalau seperti itu terus"

"Kok jadi ngatain sih"

"Mamah tahu ya, kamu suka kan Claire, perasaan kamu itu bukan perasaan untuk sahabat, kamu aja yang gak mau mengakui"

"Gitu aja terus, gak ada mamah .... sayangnya memang sayang sahabat"

"Sampai kapan, mamah mau saran sama Claire, buat cari pacar saja, mamah yakin kamu pasti cemburu"

"Enggaklah, ngapain cemburu, Pras udah memiliki tempat tersendiri di hati Claire, jadi santai saja tidak ada yang perlu dicemburui"

Tina tersenyum dan menggeleng, keras kepala sekali ia memiliki putra.

Tinggal mengakui saja sampai harus sesulit itu, Tina yakin dengan tebakannya tentang Pras dan Claire adalah benar adanya.

Kedekatan mereka sudah sangat lama, dan Tina melihat jika mereka sudah sangat dekat sekarang.

Segala sesuatunya selalu dilakukan bersama, saling tukar cerita, baik Pras atau Claire mereka selalu ingin membagi semuanya berdua.

Seperti sudah saling menjadikan pelabuhan ketika memang membutuhkan sandaran.

"Claire berangkat jam berapa"

"Baru setengah jam yang lalu"

"Oh masih lama dong, dia pakai mobil sendiri"

"Iyalah, kan memang selalu seperti itu, Claire kan di beri mobil sama perusahaannya"

"Iya ya .... kok kamu gak dikasih mobil juga sih"

"Apa sih .... bedalah, ngapain pakai mobil orang, aku kan punya mobil sendiri"

"Iya iya, sensi banget bapak"

Pras mendelik, Tina memang selalu seperti itu, menggodanya tentang banyak hal, sehingga sering kali membuatnya kesal.

Tapi Pras juga suka dengan itu, karena dengan begitu Pras jadi semakin dekat dengan Tina.

"Papah kapan pulang ?"

"Minggu depan, kan baru juga pergi"

Pras mengangguk, papahnya Wahyu memang jarang ada di rumah, Wahyu sering kali pergi untuk mengontrol proyeknya.

Orang tua Pras berbinis jual beli rumah, mereka membeli rumah dan menjualnya lagi atau sering kali membangun rumah kemudian menjualnya kembali.

Kedua orang tuanya sudah meminta Pras untuk meneruskan bisnis mereka, tapi Pras menolak, Pras memilih jadi karyawan di perusahaan orang lain.

Tidak ada yang memaksanya, kerena memang Pras bertanggung jawab dengan pilihanya, dan memang Wahyu juga masih mampu menjalankan bisnisnya sendiri.

Wahyu akan mengulangi permintaannya terhadap Pras, saat Wahyu tidak lagi mampu mengerjakannya.

Mungkin disana itu, Pras akan mau menuruti orang tuanya dalam meneruskan bisnisnya.

Pras belum mendapat kabar apa pun dari Claire, ini sudah terlalu lama.

Harusnya Claire sudah emnghubunginya, karena harusnya Claire sedang menggunakan waktu istirahatnya.

Pras melihat jam ditangannya, masih cukup jauh, Claire pasti sampai malam nanti.

Kenapa claire begitu keras kepala, kenapa Claire tidak menuruti Pras untuk pulang besok pagi saja.

Jika telah seperti ini, Claire jadi membuat Pras khawatir berlebih, teringat terus dan terus tentang perkataan Claire tentang kegelisahan yang dirasakannya sejak bangun tidur.

Pras tidak ingin sampai ada hal buruk yang menimpa Claire saat jauh darinya, Pras tidak akan bisa membantunya jika itu sampai terjadi.

Pras mengeluarkan ponselnya, berkutat beberapa saat disana, Pras lantas menghubungi Claire.

Menantikan kabar dari Claire hanya membuat fikiran Pras semakin tak karuan, Pras menjadi semakin takut dengan apa yang ada difikirannya tentang Claire sekarang.