"Apa?"
"Oke aku akan segera ke sana."
Klik.
Rifki panik dan segera keluar dari ruangannya. Dania yang melihat itu tentu saja heran apa yang sedang terjadi dengan bosnya itu.
"Dania cancel semua agendaku hari ini, kamu atur ulang besok akuharus pergi sekarang."
"Oke, tapi boleh tahu apa alasannya Pak?" tanya Dania meminta penjelasan.
"Putriku Zahra menghilang di sekolahan aku harus mencarinya. Aku pergi," pamit Rifki begitu lift terbuka dia segera turun ke base ment di mana mobilnya terparkir di sana.
Dengan kecepatan tinggi Rifki melajukan mobilnya agar segera sampai di sekolahan anaknya Zahra.
"Bagaimana Ra, apa ada titik terang?" tanya Rifki.
Naura menggeleng, "Kita tunggu kepseknya dulu Mas, beliau sedang dalam perjalanan ke sini. Tadi ada yang melihat jika Zahra dijemput seorang perempuan tapi kita juga harus memastikannya terlebih dahulu," ucap Kevin.
Rifki memeluk Naura yang menangis, melihat itu tentu saja hati Kevin tersakiti dia sengaja menatap ke arah lain tak ingin melihat kemesraan dua sejoli yang baru saja menikah.
"Assalamu'alaikum, ini dengan walinya Zahra ya. Mohon maaf Pak, Bu kami sendiri tidak tahu tentang keberadaan Zahra murid kami hanya saja tadi dia dijemput oleh seorang perempuan berambut pirang dia mengaku sebagai tantenya dan Zahra juga mengenalnya tadi kami sempat melihat interaksi mereka berdua makanya kami tak menaruh curiga padanya," papar kepsek Ibu Handayani.
"Rahma," gimana Rifki.
"Siapa Mas?" tanya Naura.
"Rahma, mungkin dia tak suka karena tadi di rumah aku mengusirnya."
"Adiknya mbak---"
"Iya siapa lagi kalau bukan dia. Awas saja jika terjadi apa-apa sama Zahra aku gak akan tinggal diam begitu aja," ujar Rifki.
"Kita jemput ke rumahnya sekarang!" ucap Rifki menarik pergelangan tangan Naura.
"Tapi motorku?"
"Biar dibawa Kevin pulang ke rumah kita ke rumah Rahma dulu."
"Baiklah," Naura menurut tanpa ada kata lagi dia sendiri takut jika Rifki sedang dalam keadaan mood yang buruk.
Rifki tiba di sebuah rumah minimalis di perumahan elit, ini adalah rumah yang dia berikan pada istrinya dulu sebelum meninggal dan sekarang adiknya yang menempati rumah ini karena hanya adiknya yang dia miliki saat ini.
Ting tong
Ting tong
Ceklek.
"Papa..." teriak Zahra merasa senang karena Rifki datang menjemputnya.
"Di mana Tante Rahma?" tanya Rifki.
"Aku di sini, akhirnya kamu datang juga. Apa kamu gak merindukan masa indah bersama kakakku?" tanya Rahma.
"Ku perjelas padamu itu adalah masa lalu dan sekarang aku sudah memiliki kehidupanku sendiri jadi tolong jangan mengganggu oke.!"
Rahma tersenyum sinis pada Rifki dan juga Naura. "Apa kamu gak ingat apa pesan terakhir kakakku padamu? Jika dia meninggal maka aku yang harus mengurus Zahra itu berarti kamu harus menikahi diriku, tapi apa aku tunggu dirimu tak juga kunjung datang padaku dan sekarang kau malah dengan santai mengenalkan jika dia adalah istrimu pengganti kakakku. Aku sungguh tak terima kau menyepelekan amanat dari kakakku." seloroh Rahma marah menatap tajam pada 3 orang yang ada di depannya.
"Oke aku faham sekarang apa yang kamu mau. Tapi ketahuilah, aku sama sekali tak tertarik padamu. Jikapun dulu aku mau menikahi kakakmu itu karena keterpaksaan dia selalu saja mengganggu hidupku, mengejar diriku padahal sering kali aku menolaknya."
"Jika sampai kejadian ini terulang lagi aku gak akan segan-segan untuk melaporkanmu pada pihak berwajib. Camkan itu!" ucap Rifki menunjuk wajah Rahma dengan jari telunjuknya.
"Ayo kita pulang!" ajak Rifki menggendong Zahra yang ketakutan mendengar pertengkaran orang dewasa.
***
"Ma," panggil Kevin.
"Kau pulang nak?" tanya Rini bahagia memeluk anaknya.
"Memangnya tidak ada jam kuliah hari ini?" Rini mulai curiga.
"Kevin sengaja ijin Ma, tadi ketemu Naura di parkiran mau menjemput Zahra tapi sampai di sana dia menghilang gak ada."
"Apa??" Rini shock mendengar penuturan anaknya Kevin.
"Lantas sekarang mereka berdua kemana Vin?" lanjutnya.
"Ke rumah Rahma karena sebelum anak-anak pulang Rahma datang ke sekolahan dengan alasan klasik mengaku jika dia adalah saudara dari Zahra. Jadi pihak sekolah percaya begitu saja."
"Astaghfirulloh, kenapa bisa begini padahal tadi pagi Rahma ada datang ke sini sebentar. Entah apa yang terjadi Rifki bilang dia mengusir Rahma."
"Wanita itu mang selalu saja bikin ribut di keluarga kita. Mama gak bakal setuju jika dia membawa Zahra pergi dari sini."
"Sudahlah Ma tenangkan emosinya." pinta Kevin.
"Aku tak mau Mama kenapa-napa lagi," sahutnya.
"Itu kakakmu datang Vin?" ucap Rini cemas apa anaknya Rifki berhasil membawa anaknya pulang mengingat Rahma wanita yang licik.
"Assalamu' alaikum."
"Waalaikumussalam," balas bersamaan.
"Sini nak peluk Oma," Rini merentangkan kedua tangannya Zahra berlari balik ke ranjang.
"Oma...." teriak Zahra begitu sampai dalam pangkuan Rini Zahra dihujani ciuman olehnya.
"Kamu gak kenapa-napa kan nak?" tanya Rini menatap Zahra khawatir.
"Tidak Oma, Zahra gak apa-apa."
"Syukurlah," ucap Rini menatap lekat pada Zahra cucu satu-satu itu.
"Mas, aku ke dapur dulu ya. Aku siapkan makan siang di rumah. Katakan pada Kevin tolong jangan pergi dulu kita makan bersama."
Rifki hanya mengangguk tanpa mengeluarkan kata. Berjalan mendekati Rini.
"Naura kenapa Rif?" tanya Rini.
"Gak apa-apa Ma, dia mau nyiapin makan siang dulu. Vin , tolong jangan pergi dulu kita makan siang bareng."
"Papa sama Om Kevin jangan marahan dong, Zahra sedih jika melihat Papa sama Om berantem kayak anak kecil itu yang sering Naura lihat kartun kucing sama tikus," celetuk Zahra dengan polosnya.
"Itu Tom n Jerry sayang," ralat Rini.
"Ya benar Oma, mereka berdua tak pernah akur meskipun dalam satu rumah yang sama."
Jleb!
Kata-kata Zahra seakan menusuk di hati ketiga orang dewasa yang mendengarnya di sana.
"Kok dek Zahra pinter, siapa yang ajarin ngomong begitu?" tanya Rifki menyelidik.
"Mama Naura Pa, dia ajarin Zahra tapi emang bener kan Pa ucapan Zahra tadi?" sorot mata Zahra meminta penjelasan pada Rifki, sayangnya Rifki tak memberikan jawaban sesuai yang Zahra harapkan.
Rifki lebih memilih keluar pergi ke dapur menemui Naura istrinya.
"Masak apa istriku yang cantik ini?" tangan Rifki memeluk pinggang ramping Naura dari belakang.
"Mas, jangan seperti ini malu dengan yang lain!" ucap Naura.
"So kamu maunya bagaimana kita ke kamar?" Rifki berbisik menggoda Naura.
"Jangan mesum," balas Naura kesal.
"Kenapa memangnya tak boleh menggoda istri sendiri?" tanya Rifki berlagak bodoh di depan Naura.
"Sudahlah biarkan aku menyelesaikan masakan ini dulu, memangnya mas rifki gak lapar?" tanya Naura.
Di balik pintu Kevin mendengarkan obrolan dua orang yang sedang saling merajuk menggoda satu sama lain. Niat hati ingin minum mengambil air dalam kulkas nyatanya matanya melihat pemandangan yang seharusnya tak boleh dia lihat. Ya, untuk apa dilihat jika hatinya berderit sakit!