Chereads / Jodohku seorang duren / Chapter 23 - Dia datang kembali

Chapter 23 - Dia datang kembali

Dania memberanikan diri mengecup Kevin membuat Kevin ingin marah dengan sikapnya yang tiba-tiba seperti itu apalagi dipertemuan yang pertama kali menambah rasa kesal pada diri Kevin.

"Apa yang kau lakukan padaku?" sela Kevin mendengar Kevin marah membuat Dania sedikit berjengit.

"Ma--maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk--"

"Turun!" bentak Kevin menatap tajam pada Dania.

Dania terkesiap mendengar Kevin berani membentaknya, dengan segera  Dania turun dari mobil Kevin sebelum mengucapkan terima kasihnya.

Kevin langsung tancap gas meninggalkan Dania yang masih shock dengan ulahnya ternyata niat baiknya disalah artikan oleh sekretaris kakaknya itu.

Blam!!

"Kevin kok baru pulang jam segini?" tanya Rini melihat Kevin datang dan suara dentuman pintu dibanting membuat Rini bertanya-tanya dalam hati ada masalah apa di luar sehingga pulang dalam keadaan seperti saat ini terlihat sekali jika dia sedang sangat kesal.

"Iya Ma, banyak kegiatan di luar. Maaf tadi gak bisa jemput Mama di rumahnya tante Fitri."

"Gak masalah nak, tadi Mama juga diantar sama kakakmu. Tadi gak sengaja dia datang ke rumah anterin makanan buat Tante Fitri jadi Mama sekalian ikut pulang."

"Mas Rifki ke rumahnya tante Fitri? Tumben?" Kevin mengerutkan keningnya.

"Iya tadi dia ke sana nganterin kue acara pindah rumah," sela Rini.

Kevin semakin mengerutkan keningnya sejak kapan kakaknya begitu peduli dengan orang lain karena biasanya Rifki orangnya acuh gak pernah sekalipun memberi ruang pada orang lain.

"Kamu udah makan kan? Segera mandi sana langsung istirahat gak boleh ngapa-ngapain lagi. Titik."

Kevin terkekeh mendengar instruksi dari Rini, sungguh hatinya bahagia meskipun dia jarang sekali bertemu belakangan ini namun perhatian yang  diberikan tak pernah terbagi dengan yang lain.

***

"Zahra sudah tidur?" tanya Rifki melihat Naura sudah masuk ke kamar.

"Sudah Mas sedikit rewel sih tadi, tapi bisa diatasi. Apa yang ingin dibicarakan Mas tadi sore itu--"

"Duduklah," Rifki menepuk sebelah ranjangnya yang biasa ditempati Naura untuk tidur.

Naura mengikuti keinginan Rifki dengan duduk di sebelahnya. "Aku harap kau tak tersinggung jika aku bicara Naura dan kau harap kau jangan dulu menyela jika aku belum selesai bicara," ucap Rifki, Naura yang mendengarnya hanya bisa mengangguk pasrah mungkin inilah takdir yang harus dia jalani sekarang.

"Pertama kenapa kau mengajak Zahra bermain tanah dibelakang tadi? Itu sangat kotor Naura dan lagi Zahra masih belum mengerti soal kotor dan bersih."

"Kedua, mulai besok aku pengin kamu menyiapkan makan siang sebelum ke kampus mampirlah ke kantor dulu sejenak."

"Ketiga, kau harus sudah rapi ketika aku pulang," Rifki menatap Naura lekat-lekat membuat Naura serba salah.

"Maafkan aku, untuk tadi sore soalan Zahra bermain tanah. Aku memang sengaja memberikannya karena dia protes kepadaku tidak bisa keluar bermain bersama teman sebayanya jadi aku berinisiatif memberikannya itu," ucap Naura pelan.

"Apa kamu tidak memiliki ide lain selain itu? Bukankah kamu terpelajar dan memiliki banyak ide," tanya Rifki.

"Maafkan aku," Naura menunduk.

"Naura lihat aku, bukan kata maaf yang ingin aku dengar darimu tapi aku ingin kau lebih kreatif lagi bersamanya."

"Kenapa hanya gara-gara masalah tanah kamu meributkan perkara ini Mas? Apa ada yang salah dengan semua ini?"

"Point kedua dan ketiga akan aku usahakan nanti. Selamat malam, Naura mau bobo," Naura langsung berbalik membelakangi Rifki.

Rifki pun tak kalah akal dipeluknya Naura dari belakang dan menariknya perlahan. "Bukankah sudah kukatakan aku menginginkanmu malam ini?" ucap Rifki menyeringai membuat Naura berdesir tatkala tengkuknya merasakan hawa panas dari bibir Rifki.

"Aku sangat merindukanmu Naura," ucap Rifki membuat Naura semakin terlena hanyut dalam perasaan.

***

["Hallo, Assalamualaikum."]

["Waalaikumussalam."]

["Ada apa nak jam segini dah telpon Mama?"]

["Kangen aja Ma, Oia apa nanti siang Mama ada di rumah?]

["Tentu saja sayang apa kau akan ke sini?"]

["Iya Ma, setelah antar bekal buat mas Rifki, Naura akan langsung ke sana."]

["Baiklah kalau begitu Mama tutup telponnya. Assalamualaikum."]

["Waalaikumussalam,]

Klik.

"Buat apa ke rumah Mama apa mau mengadukan suamimu ini pada mama Fitri?" ucap Rifki menggoda membuat Naura makin kesal mendengarnya jika saja bukan suaminya pasti sudah di lempar ke sungai.

"Jangan bicara seperti itu di depan anak kecil Mas!" tegur Naura.

"Tapi benarkan? Jangan lupa Naura kamu juga menikmatinya semalam."

"Mas!" teriak Naura kesal.

"Papa sama Mama jangan berantem dong!" protes Zahra.

"Maafkan kami dek, Papa sama Mama gak berantem hanya kesal saja. Ayo habiskan sarapannya nanti bisa berangkat bareng Papa. Nanti siang Mama jemput terus kit ke rumah Oma Fitri mau kan?"

"Hore asyik, Zahra ikut ya Ma?"

"Sudah pasti sayang," Naura mengecup kening Zahra membuat si gadis kecil sangat senang.

"Kok hanya anaknya saja yang dicium Papanya gak?" seloroh Rifki membuat Naura bergidik ngeri seketika.

"Jangan mesum di depan anakmu mas Rifki!" bisik Naura pelan membuat Rifki justru berdecak kagum dengan apa yang dilakukan Naura pada putrinya bisa-bisanya dia seperti itu padahal semalam dia juga menikmatinya.

"Aku berangkat dulu ya, nanti siang jangan lupa ke kantor," ucap Rifki berpamitan mengecup kening Naura.

"Zahra berangkat ya Ma," pamit gadis kecil dengan pipi chubby memeluk Naura dan mencium pipinya.

"Hati-hati nak, belajar yang pintar. Nanti siang Mama jemput oke!"

Rifki menggendong Zahra ke mobil dan segera melajukan dengan kecepatan sedang dia tak mau berlama-lama drama dan akhirnya terjebak macet.

"Kamu bahagia?" tanya Rifki melirik pada Zahra lewat kaca mobil.

"Iya Pa, Zahra senang punya Mama baru. Jadi punya teman belajar, teman tidur dan juga teman main. Papa juga seneng kan?" ucap Zahra dengan polosnya.

"Siapa yang ngajarin Zahra bicara seperti itu?"

"Kan di tv suka ada?"

"Di tv? Kapan Zahra nonton tv?"

"Di rumah Oma Pa, kan Oma suka lihat drama-drama yang orangnya cakep dan cantik putih juga iya. Oma saja suka gemes lihatnya," seloroh Zahra membuat Rifki melongo seketika.

"Sudah sampai nanti tunggu Mama dulu sampai datang ya, jangan pergi jika ada yang jemput Zahra selain Mama Naura."

Setelah Rifki mencium kening anaknya dia melajukan mobilnya menuju kantornya.

"Pagi Pak."

"Pagi, apa semua sudah siap Dania?"

"Sudah Pak klien sudah menunggu di ruang rapat," ucap Dania melirik Rifki yang terlihat lebih segar dari biasanya.

"Oke sekarang kita langsung ke sana."

Dania terus saja melirik Rifki hingga Rifki merasa gerah sendiri dengan tatapan mata Dania yang penuh selidik.

"Kenapa kamu terus saja melirikku seperti itu apa ada yang aneh dengan penampilanku hari ini?" tanya Rifki mencoba cari jawaban dengan sikap Dania.

"Eem, itu Pak anda terlihat segar dan juga eem,---"

"Apa itu terlihat jelas sekali?" Rifki kembali bertanya.

"Ya Pak anda benar, apa rahasianya?" ucap Dania.

"Mau tahu?" Rifki menghela nafasnya sejenak.

"Servis dari istri di ranjang," bisik Rifki mendengar penuturan Rifki tentu saja membuat Dania berang sekarang dia kalah dengan gadis cupu bernama Naura.

Ceklek

Begitu pintu terbuka Rifki tercengang melihat siapa yang ada di dalam sana.

'Bram'