Chereads / Jodohku seorang duren / Chapter 20 - masih ada rasa

Chapter 20 - masih ada rasa

"Memangnya kenapa jika di sini Mas, gak ada masalah kan? Jangan-jangan mas Rifki khawatir jika Naura bakal jatuh cinta padaku," canda Kevin meski sebenarnya hatinya tak siap jika harus berpisah dengannya.

"Apa kamu bilang? Jangan sok tahu kamu," Rifki mendengus kesal.

"Aku kan gak tahu bisa jadi iya, bisa jadi gak."

"Tuh Ma, anakmu yang sok ganteng mulai kumat lagi gilanya," seru Rifki.

"Sudah apa kamu gak malu dilihat sama anak dan istrimu," Rini menunjuk ke arah Naura dan juga Zahra yang sudah selesai packing dan mendorong barangnya keluar.

Naura dan Zahra menuju meja makan di mana yang lain berkumpul. "Apa semua sudah siap?" tanya Rifki.

"Sudah Mas, semua sudah masuk mobil," sela Naura.

"Kamu ikut sekalian ya, nanti Zahra biar aku jemput setelah pulang dari kantor."

"Zahra kan gak sekolah hari ini Pa, ikut sekalian apa boleh?" tanya Zahra merajuk pada Rifki.

Rifki baru ingat jika hari ini sekolah Zahra diliburkan karena seluruh guru akan mengadakan rapat akhir tahun.

"Bagaimana Ra? Jika kau tak keberatan aku akan bawa Zahra sekalian?"

Naura terdiam berfikir sejenak.

"Baiklah tak masalah, jika memang demikian."

"Zahra boleh ikut ya Ma?"

"Tentu saja sayang," balas Naura mengusap kepala Naura perlahan, senyum mengembang menghias pipi chubby milik Zahra.

"Baiklah Ma, kami pergi dulu." pamit Rifki membuat Rini kaget.

"Loh kok sekarang Rif, kenapa gak rada siangan biar nanti Kevin yang antar ke sana?" tanya Rini.

"Aku sekalian ngantor Ma, lagian juga Zahra gak sekolah jadi bisa seklian ikut. Mama juga bisa ada waktu buat ketemu dengan teman Mama," sahut Rifki.

"Sudah Ma, nurut saja sama mas Rifki pasti semuanya sudah diatur dengan baik olehnya jadi Mama lebih enak juga banyak waktu buat nge-mall gitu," ujar Kevin disertai tawa kecil.

"Kamu tahu apa urusan orang tua Vin?" Rifki mendengar kesal selalu saja dia seperti itu tapi di sisi lain Rifki juga senang sepertinya dia mau menerima Naura sebagai kakak iparnya bukan wanita yang harus dikejarnya.

"Kami pamit Ma, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," balas Rini, Kevin tak terlihat lagi di sana dia segera naik ke kamarnya dan mengintip lewat jendela kamarnya mungkin dengan dia dan Naura tidak sering bertemu dapat membantunya menghilangkan perasaanya selama ini.

"Vin," panggil Rini segera masuk ke kamar Kevin.

"Ada apa Ma?" Kevin segera menjawab panggilan Rini dan bergegas keluar dari balik tirai jendela takut-takut ketahuan jika dirinya sedang mengintip kegiatan di bawah.

"Mama mau pergi ke tempat Tante Fitri apa Mama bisa minta tolong sama kamu antar Mama ke sana?" tanya Rini.

"Jam berapa ke sana Ma? Soalnya Kevin juga ada janji sama Rizal mau ketemuan," sela Kevin.

"Jam 9 bagaimana?"

"Pulangnya jam brapa? Nanti kalau sempat Kevin jemput tapi kalau gak ya Mama naik taxi aja atau suruh mang Dadan jemput."

"Baiklah kalau begitu, Mama siap-siap dulu ya," ucap Rini segera menuju kamarnya mengambil tas dan juga ponselnya.

Dalam perjalanan ke rumah Fitri ibu dan anak saling diam hingga Rini merasa tak betah dengan keadaan itu akhirnya membuka suaranya.

"Vin, ? Mama mau tanya sesuatu padamu?"

"Apa Ma?" balas Kevin tanpa menengok Rini di sebelahnya kedua matanya tetap fokus menyetir.

"Apa kamu masih menyukai Naura?"

Kevin tetap diam tanpa membalas pertanyaan Rini, dia tahu benar pertanyaan semacam ini pasti akan keluar entah siapa yang mengutarakan pertanyaan tersebut.

"Tak usah dijawab Mama sudah tahu jawabannya," sergah Rini yang juga tak ingin melihat anaknya kembali menahan sakit.

Ciitt...

"Sampai Ma," ucap Kevin.

"Astaghfirulloh, Vin kamu ngagetin Mama saja," protes Rini.

"Maaf Ma, soalnya Kevin saking seriusnya jadi kebablasan," sahut Kevin dengan tawa khas tanpa dosa.

"Ya sudah Mama turun ya, kamu hati-hati di jalan. Assalamualaikum," ucap Rini meninggalkan Kevin menuju rumah Fitri.

"Waalaikumussalam." Kevin kembali melanjutkan perjalanannya ke kafe menemui sahabatnya Rizal.

Sesampainya di sana Kevin langsung masuk dan mencari-cari sosok Rizal yang ternyata sudah duduk di pojokan bersama seorang perempuan berambut panjang terlihat sempurna jika dilihat secara fisik mungkin Kevin akan tertarik, Rizal sengaja ingin mengenalkan Rara adik sepupunya pada Kevin.

"Hai Zal maaf telat tadi nganter nyokap dulu ke rumah besan," ujar Kevin dengan senyuman manisnya.

Siapa yang gak akan tertarik melihat parasnya yang tampan dan juga masih muda meski dia belum bisa sepenuhnya bekerja karena memang masih kuliah, warisan dari ayahnya masih mampu menghidupi tujuh turunan tanpa dia harus bekerja, tajir bukan?

"Kenalin Vin, ini Rara sepupu aku yang dari Bandung itu," ucap Rizal memperkenalkan Rara dengan senang Rara mengulurkan tangannya pada Kevin namun Kevin menolaknya membuat Rara kesal.

"Sudah lama di sini?" tanya Kevin pada Rizal.

"Baru 10 menit yang lalu sih, ini juga baru mau pesan makanan."

Kevin melihat-lihat menu yang tergeletak di meja. "Kamu pesan apa?" tanya Kevin namun yang menjawab justru Rara.

"French bread, grilled sausage, smoked beef, salad and tar-tar. Bagaimana apa kau mau?" ucap Rara mencoba menawarkan pada Kevin.

"Oke samakan saja," balas Kevin.

"Kamu nanti ke kampus jam berapa?" tanya Rizal.

"Siang jam 1 pagi ini gak ada jadwal kelas."

"Bareng ya?" ucap Rizal.

"Oke," sahut Kevin singkat.

Pelayan datang membawakan pesanan, "Silakan dinikmati!"

"Makasih mbak," balas Rara dan Rizal sementara Kevin hanya diam memilih langsung menikmati sarapannya.

"Kamu kayak lagi bad mood aja, apa terjadi sesuatu lagi?" tanya Rizal yang sudah sangat hafal perangainya Kevin.

"Sedikit, udah jangan bahas dulu fokus makan yuk!" ucap Kevin.

Mau tak mau Rizal menuruti permintaan Kevin dan Rara hanya diam karena tak tahu apapun.

***

"Kamu ituloh Fit, punya Naura harus bangga karena dia benar-benar bisa dijadikan mantu yang baik," puji Rini pada Fitri yang baru saja selesai menjahit.

"Benarkah?" tanya Fitri masih fokus dengan tumpukan kain yang ada di hadapannya.

"Perempuan itu harus bisa segala Rin, aku ngajarin Naura gak setengah-setengah jadi sekarang nampak kan hasilnya," lanjutnya.

"Iya benar dong, pantas saja jika Kevin sangat menginginkannya," ucap Rini yang tanpa sengaja berkata.

"Apa maksudnya Rin?" tanya Fitri menghentikan kegiatannya dan memandang curiga pada Rini.

"Iya itu, ternyata anakku bukan Rifki yang mencintai Naura melainkan Kevin."

Fitri shock ternyata Rini sahabatnya telah mengetahui itu.

"Kamu tahu dari mana Rin, jangan asal bicara!" sela Fitri.

"Aku tahu karena beberapa hari ini sikap Kevin di rumah berbeda dari biasanya terlebih setelah mereka baru pulang dari honeymoon dan Kevin kecelakaan, aku lihat Naura begitu khawatir dengan keadaan kevin."

"Apa Kevin kecelakaan? Sekarang gimana keadaanya Rin kok aku gak dikasih tahu?"

Rini tak lagi bisa menjawabnya mendengar perkataan dari Fitri.