Chereads / Jodohku seorang duren / Chapter 24 - fakta baru

Chapter 24 - fakta baru

Rifki mencoba menetralkan hati menahan gemuruh rasa benci dalam dadanya karena bagaimanapun dia juga tidak siap jika bertemu dengan sosok Bram untuk saat ini.

Bram sosok yang dulu dekat dengan Tamara dan bahkan memiliki hubungan sangat dekat hal itulah yang membuat Rifki cemburu berlebih dan menyuruh Tamara untuk pergi dari rumahnya.

"Selamat datang Pak Bram maaf saya terlambat biasa jalanan macet," sapa Rifki sekedar berbasa-basi.

"Oh tak masalah, kami juga baru saja datang benar begitu kan Cesillia?"

"Benar Pak Rifki kami baru sampai sepuluh menit yang lalu," ujar Cesillia sekretaris sekaligus adik Bram.

"Baiklah mari kita mulai rapat hari ini."

Suasana menjadi hening seketika beberapa orang menyimak penjelasan dari Cesillia dan juga Dania.

Setelah mendapatkan kesepakatan bersama Rifki dan Bram pun berjabat tangan bertanda kerjasama mereka menemui kesepakatan.

"Cesillia tolong tunggu di mobil saya ingin berbicara sebentar dengan pak Rifki," ucap Bram dan Cesillia hanya tersenyum mendengar perkataan kakaknya.

"Apa kabarnya? Bagaimana dengan Zahra anakku? Apa kau merawatnya dengan baik selama ini?"

"Kau tak perlu menghawatirkan keadaannya karena dia sekarang sudah bahagia bersama Mama barunya," sela Rifki.

Bram terkejut mendengar fakta baru jika Rifki sudah menikah lagi gadis mana yang mau bersama laki-laki pengecut sepertinya. "Jadi aku sudah menikah lagi? Akh, ternyata aku ketinggalan berita tentang dirimu sampai kamu menikah lagi aku tak mengetahuinya?" ujar Bram.

"Tentu saja, memangnya siapa yang mau hidup sendiri bukankah menikah itu enak kita bisa kapan saja melepaskan hasrat kita?" seloroh Rifki membuat Bram geram dan mengepalkan kedua tangannya.

"Oke, selamat jika demikian semoga pernikahan kalian bahagia hingga akhir. Aku permisi dulu."

Bram pergi meninggalkan Rifki yang masih terdiam di dalam ruangan tersebut. Melihat Bram sama saja dengan melihat Tamara istrinya yang dulu berselingkuh dengan alasan Rifki kurang perhatian padanya lebih mementingkan kerja daripada keluarga. Padahal selama ini Tamara lah yang selalu membuat Rifki gila kerja karena dia selalu menginginkan barang-barang mewah.

Rifki mengusap wajahnya kasar moodnya mendadak buruk. Dihempaskan kembali tubuhnya pada kursi kerjanya, Rifki terdiam karena memory akan kebersamaannya dengan Tamara kembali hadir dan dengan jelas merampas kebahagiaannya saat ini.

Tok...tok...tok...

"Masuk!"

"Rif, apa kau sibuk hati ini?" Rini datang membawa sepaket makanan siap saji untuk Rifki.

"Mama tak perlu membawakan ini, karena sebentar lagi Naura juga datang ke sini bawa makan siang ku."

"Hah? Kau menyuruhnya ke sini dan membawa makan siang untukmu? Yang benar saja Rifki," ujar Rini protes pada anak sulungnya.

"Aku hanya pengin dia ada kegiatan Ma, jadi di rumah gak melamun terus. Mama ingat kan mendiang Tamara seperti apa? Dia di rumah tak melakukan apapun hingga dia bosan dan mencari hiburan dengan laki-laki lain," seloroh Rifki.

"Tapi kau juga harus ingat Rif, di Naura bukan Tamara. Dan Mama sangat yakin Naura tak seperti Tamara yang dengan mudah menjual diri hanya untuk kepuasan dirinya."

"Entahlah aku tidak tahu Ma," ucap Rifki.

***

"Ayo Zahra kita sudah terlambat ke kantor Papa," ucap Naura, salahnya karena tidak dengan segera menyiapkan makan siang untuk Rifki tadi dia sengaja belanja di market dekat rumah dan bertemu dengan seseorang yang membuatnya kesal berlipat-lipat bukannya membantu tapi malah semakin membuatnya susah sehingga dia terlambat pulang ke rumah.

Bruk!

Zahra terjatuh karena tak terlalu cepat berjalan kakinya menyandung batu.

"Zahra maafkan Mama sayang, kau tidak apa-apa kan?" ucap Naura khawatir.

"Tidak Ma, tapi lutut Zahra rasanya perih," seru Zahra meringis kesakitan.

"Sabar ya, sebentar lagi kita sampai kok ke kantor Papa."

["Hallo, Mas bisakah aku minta tolong padamu? Zahra jatuh dan kakinya tak dapat berjalan. Aku tak dapat menggendongnya karena aku sendiri membawa beberapa kotak makan siang dan juga tas sekolah milik zahra."]

["Katakan di mana posisimu?"]

["Sudah sangat dekat dengan kantor di depan gedung Vanila store."]

["Oke tunggu di sana aku segera datang."]

Klik.

"Mama tunggu di sini ya , Naura ada di bawah dia tak bisa menggendong Zahra biar aku ke sana menjemputnya," seru Rifki.

Dengan tergesa-gesa Rifki ke bawah gedung Vanila adalah gedung yang bersebelahan dengan kantornya. Langkah Rifki terhenti ketika melihat sosok Bram sudah ada di sana dan sedang berbicara dengan Naura.

"Mas," teriak Naura.

"Kamu mengenalnya?" tanya Bram penuh selidik pada Naura.

"Iya dia suamiku," balas Naura tersenyum. Namun seketika senyumnya hilang ketika dengan cepat Rifki menarik pergelangan tangannya.

"Akh," pekik Naura merasakan pergelangan tangannya sedikit nyeri.

"Untuk apa kau di sini?"

"Aku hanya tak sengaja melihatnya di sini jadi aku menghampirinya, dan aku tak ada niat buruk pada istrimu itu. Tapi omong-omong istrimu sagat cantik dan polos pantas saja dia mau menikah denganmu," seloroh Bram tersenyum smirk pada Rifki.

"Apa kau tahu siapa dia?" tunjuk Bram pada Naura.

"Dia adalah laki-laki pengecut yang melepaskan sesuatu yang berharga demi sebuah harapan yang tak pasti. Kau tahu Zahra bukanlah anaknya tapi dia adalah anakku."

Deg

"Apa benar itu Mas?" tanya Naura.

"Nanti aku jelaskan di kantor, ayo kita naik kasihan Zahra pasti capek."

Rifki menggendong Zahra diikuti oleh Naura dan juga Bram. Rifki membaringkan tubuh Zahra di sofa dan sementara Rini dan Naura pun ikut dibuat tegang dengan kehadiran Bram, 'Siapa sebenarnya dia.' ujar batin Naura.

"Apa kau ingin tahu yang sebenernya?" tanya Bram.

Naura menganggukan kepala, Rini hanya terdiam karena dia sudah tahu hanya saja dia tak mengerti kenapa sekarang Bram datang kembali apa dia ingin mengambil Zahra dari Rifki.

"Hal yang perlu kamu ketahui dari laki-laki yang bernama Rifki. Dia adalah penipu!" ucap Bram membuat Naura tercengang mendengar penuturan Bram.

"Kau terkejut, aku bisa memakluminya. Dia dan Tamara memang menikah dan Tamara hamil waktu itu tapi bukan dengan Rifki melainkan denganku."

Naura menutup bibirnya dengan tangan, terkejut itu pasti lantas kenapa Zahra ada bersama Rifki?

"Kamu pasti penasaran kenapa dia ada padanya, itu karena waktu dia lahir, aku tak memiliki apapun untuk menyambung hidupnya setelah Tamara meninggal. Maka dari itu Tamara memasrahkan hak asuhnya pada Rifki. Secara finansial dialah yang berhak karena mampu menghidupi Zahra meskipun yang sebenarnya Bram adalah ayah kandungnya.

"Apa masih ada lagi yang tidak aku ketahui selain ini?" tanya Naura menatap intens pada Bram yang duduk di depannya.

"Kau mau tahu lebih lagi, yakin kau tidak akan kaget mendengarnya?" sela Bram dengan tawa mengejek.

"Cukup Bram kau sudah melampaui batas!" hardik Rifki.

"Dan aku tidak akan menutupi fakta yang terjadi," bentak Bram membuat Zahra menangis terkejut melihat orang dewasa saling membentak satu sama lain.

"Cukup jangan diteruskan!" pinta Naura memeluk tubuh Zahra yang ketakutan.