Chereads / Suami Pengganti (Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar) / Chapter 22 - Pijatan Spesial Dari Suami

Chapter 22 - Pijatan Spesial Dari Suami

Almira yang kesal pada Daffa kerena seharian ini dibuat kelelahan melayani keinginan aneh laki-laki itu, terlihat memulai menjalankan aksinya.

Sengaja Almira memakai baju haram lalu tengkurap di atas ranjang milik Daffa. Tak lupa, dia juga membungkus tubuhnya dengan selimut milik lelaki itu, agar Daffa tidak melihat apa yang dia kenakan.

Kabetulan, saat ini sang suami tengah berada di kamar mandi bermain air. Itu membuat Almira leluasa melakukan apa pun yang dia mau sebagai pendukung rencananya.

Lihat saja! Jika seharian tadi Daffa yang mengerjainya, maka kal ini Almira lah yang akan bertindak. Pokoknya, sekarang Daffa harus mau membayar semua yang dia lakukan di kantor. Almira akan memastikan hal itu benar-benar dilakukan Daffa.

Ceklek ….

Suara pintu yang terbuka, membuat Almira bersorak gembira karena ini saatnya beraksi mengerjai sang suami.

"Kamu ngapain terlungkup gitu di kasur aku?" tanya Daffa dengan nada suara yang kentara tidak suka.

"Aku lelah, Daff. Seharian ini kamu menjadikan aku robot. Aku cuman minta dipijitin sebentar saja. Tubuhku benar-benar sakit semua,"keluh Almira dengan suara yang dibuat seperti orang yang benar-benar tersiksa.

"Alah, jangan lebay kamu Almira! Cuman segitu saja kok udah ngeluh berlebihan kayak gini. Emangnya kamu pikir aku bakalan percaya pada perkataan kamu gitu? Enggak ya, Al! Lagipula aku akan pergi ke luar malam ini. Kalau kamu memang mau dipijit, aku bisa memanggilkan tukang pijit untukmu," ucap Daffa cuek dan memilih bersolek di depan cermin.

"Astaga Daffa! Jadi kamu lebih memilih istrimu dipijat oleh orang lain? Lagipula, sebelum aku meminta bantuan padamu, aku sudah lebih dulu meminta salah satu maid menghubungi tukang pijit di sini. Tapi mereka bilang kalau tukang pijat nya itu laki-laki jadi aku menolak. Apa dengan kamu berkata seperti itu karena ingin mengobral tubuh istrimu ini untuk di pegang laki-laki lain?" sengit Almiraira masih tetap tidak merubah posisi tidurannya saat ini.

Daffa yang mendengar perkataan Almira, refleks berbalik. Kalau soal bagi membagi keindahan tubuh Almira, tentu dia tidak akan rela sampai kapanpun.

"Apa enggak ada tukang pijit wanita? Atau kamu tidak bisa meminta maid saja yang memijit kamu?" tanya Daffa mulai melunak.

"Enggak ada, Daff. Tadi aku juga sudah minta sama mereka untuk memijat aku. Tapi mereka menolak karena tidak ahli dan takut menyakiti aku. Untuk itulah aku meminta bantuan dari kamu. Lagian, aku pegal-pegal juga karena kamu, kok!" gerutu Almira dengan alasan yang dibuat-buat karena dia sama sekali tidak melakukan apa yang dikatakannya.

Dengan malas Daffa mendekati Almira. Laki-laki itu langsung mengambil minyak urut di atas nakas yang memang sudah disimpan Almira di sana. 

Setelah dapat, Daffa langsung duduk didekat istrinya dan langsung menyibak selimut yang sedari tadi menutupi tubuh indah istrinya.

Glek ….

Daffa langsung meneguk kasar salivanya saat melihat pemandangan yang begitu indah di hadapannya. 

"Daffa, cepatlah!" pinta Almira dengan seringai kecil di bibirnya.

Balas dendam pada Daffa itu ya hanya dengan cara ini. Menyiksa hasrat laki-itu yang memang gampang sekali melonjak hingga ke ubun-ubun.

"I-iya, Aku akan melakukannya," ucap Daffa tergagap.

Dengan tangan gemetar, Daffa menumpahkan minyak urut itu ke tangannya. Sungguh pemandangan di depannya ini tidak ada duanya.

"Apa kamu kesulitan, Daffa? Apa aku perlu membuka baju tidurku?" tanya Almira yang langsung duduk berhadapan dengan Daffa.

Kembali, Daffa dibuat melotot berkali-kali lipat saat melihat baju dinas itu tidak menutupi apa pun dibaliknya. Kalau saja Almira tidak menggunakan kacamata dan juga segitiga Bermuda, sudah pasti semua keindahan di sana akan terlihat. Namun, pemandangan menantang itu harus terhalang dengan penutup sialan yang benar-benar ingin sekali Daffa singkirkan.

Melihat Daffa yang tidak berkedip sama sekali, membuat Almira langsung bersorak gembira di dalam hati. Secepat kilat wanita itu melepaskan pakaian yang sebenarnya tidak berguna itu lalu kembali tiduran dengan posisi menelungkup.

"Ayo, mulai pijit aku, Daff! Aku sudah tidak tahan lagi!" pinta Almira menyadarkan lamunan Daffa.

"I-iya, Al."

Daffa mulai melakukan tugasnya, memijat lembut punggung mulus istrinya yang tanpa cacat sedikitpun itu. Kalau saja tak ingat pada apa yang dia katakan di awal pernikahan mereka kalau tidak akan tergoda pada Almira. Sudah pasti saat ini Daffa akan melahap habis ikan segar di hadapannya.

"Maafkan aku, ya, Daf. Aku terpaksa meminta bantuan mu. Aku tidak suka disentuh oleh orang asing sembarangan. Tapi karena kamu suamiku, jadi aku hanya bisa mengijinkan kamu saja yang menyentuhku," ucap Almira berlagak kalau memang dia terpaksa mengerjai suaminya seperti ini.

"Iya, Al, tidak apa-apa. Lagipula aku tidak akan senang kalau kamu disentuh pria lain. Biar masalah pijat memijat ini menjadi urusanku," sahut Daffa serius.

Meskipun Daffa seorang pemain, tapi kalau istrinya disentuh oleh pria lain tentu Daffa tidak akan rela. Dia lebih memilih melakukan segalanya sendiri meskipun sayangnya tidak mendapatkan upah yang pantas dia dapat.

"Aku enggak nyangka pijitanmu seenak ini, Daf. Apa kamu mantan tukang pijat?" tanya Almira memuji kelihaian Daffa yang memang benar-benar pandai membuat tubuhnya nyaman.

"Enak saja! Aku tidak pernah memijat siapapun! Kamu orang pertama yang mendapatkan servis berhargaku ini. Lagipula, aku tidak suka di suruh-suruh oleh orang lain karena aku yang harusnya memerintah mereka," sahut Daffa dengan nada suara yang sedikit kesal.

"Benarkah? Wah beruntung sekali aku. Setidaknya, aku masih mendapatkan hal yang pertama kali kamu lakukan. Meskipun itu hanya sebuha pijatan," ucap Almira terdapat sindiran di dalamnya.

"Ayolah Almira, jangan membahas hal pertama dan bukan pertama yang aku lakukan padamu. Yang penting, kamu akan menjadi wanita terakhir yang akan mendampingiku," ucap Daffa tanpa sadar dengan apa yang dia katakan.

Almira tertegun mendengar perkataan suaminya. Namun, lagi-lagi ego mengalahkan Almira. Pasti Daffa mengatakan hal seperti ini hanya untuk merayunya saja.  Membuat dia terbuai lalu tunduk pada lelaki itu. Tidak! Almira tidak mau seperti itu. Meskipun Daffa adalah suaminya, tapi kisah mereka akan berakhir satu tahun ke depan. Almira tidak ingin terlalu larut dengan apa yang Daffa tawarkan karena akhirnya dia juga yang akan kesusahan.

"Hish! Aku enggak mau barang sisa! Pasti nanti aku hanya akan dapat penyakitnya saja karena kamu terlalu banyak celap-celup tidak jelas," sahut Alesha sambil bergidik.

"Enak saja!" kesal Daffa cemberut.

Mendengar kekesalan Daffa, Almira hanya terkekeh saja. Itu membuat Daffa semakin kesal karena merasa selalu jadi bahan bercandaan Almira.

"Apa kamu sudah baikan? Aku harus segera pergi keluar. Teman-teman ku pasti sudah menunggu saat ini," ucak Daffa kala sadar jika waktu semakin beranjak malam.

"Ayolah Daffa, masa baru lima menit kamu udah mau berhenti aja. Aku masih pegal-pegal loh!" rengek Almira karena ingin membuat Daffa kelelahan sama seperti yang laki-laki itu lakukan padanya.

"Lima menit apaan? Ini sudah tiga puluh menit, Almira! Aku sudah pegal!" keluh Daffa kesal.

"Masa? Baiklah! Lima menit lagi saja, oke!" bujuk Almira membuat Daffa mau tak mau menyetujuinya.

Namun, lima menit yang Almira katakan itu terus bertambah hingga lebih dari satu jam. Daffa benar-benar kram karena terlalu lama memanjakan punggung mulus istrinya.

Selain kram tangan, kram otak juga tentunya. Bagaimana bisa seorang Casanova disuguhi ikan segar yang hanya bisa di pandang tapi tidak boleh diterkam.

Dengkuran halus dari sang istri, membuat Daffa langsung memeriksa wanita itu. Ternyata, Almira sudah terlelap ke alam mimpi mungkin karena terlalu keenakan mendapatkan pijatan spesial dari suaminya.

Daffa hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. Entah kenapa Almira selalu punya cara untuk menahannya bersenang-senang di luar.

"Aku tidak tahu akan seperti apa kedepannya kita, Almira. Tapi, apa yang sudah kita lewati satu Minggu ini. Membuat hatiku benar-benar nyaman bersamamu. Mungkinkah aku memang benar-benar jatuh cinta lagi? Dan itu padamu? Pada istri tak tersentuh miliku!" gumam Daffa laku menghadiahkan kecupan kecil di pipi mulus istrinya.

Kalau saja Almira sadar Daffa melakukan hal itu, pasti Almira akan ngamuk seperti biasanya. Tapi karena wanita itu sudah terlelap, jadi Daffa aman dari amukannya.

Karena lelah dan memang waktu tidak memungkinkan untuknya pergi keluar lagi, Daffa memilih ikut naik masuk kedalam simut bersama istrinya. Ditatapnya penuh damba wanita yang tertidur pulas itu, namun tak bisa dia menuntaskan sembarangan hasratnya begitu saja.

"Tidurlah, besok akan ada perang dunia kelima di kamar ini. Aku hanya ingin menikmati malam damai sambil memeluk istriku ini," gumam Daffa sambil terkekeh.