Mobil Jeep hitam yang ditumpangi Reiji dan Chandra itu berhenti di depan sebuah bangunan yang sepertinya telah lama tak dihuni. Sebagian besar temboknya menghitam dan berlumut. Sekelilingnya juga ditumbuhi tanaman menjalar. Semak belukar memenuhi halaman gedung ini.
Reiji keluar mobil. Pemandangan yang pertama ia lihat hanya gedung tua dikelilingi semak dan pohon rindang di sekitarnya. Di sebelah bangunan utama ada gubuk besar, mungkin paviliun, pikirnya.
"Kau serius ini rumahnya Chandra, Ric? Ini bukannya hanya bangunan kuno yang tak berpenghuni gitu, ya? Apa jangan-jangan Chandra itu sebenarnya penyihir?" racau Reiji pada teman barunya, Eric.
"Ini adalah bangunan milik keluarga Mehendra, keluarganya Chandra. Jadi, aku yakin pasti Yuji sedang disekap di sini, Rei." Eric menyahut.
Reiji melihat Eric berjalan mendekat ke gerbang, yang besinya sudah berkarat. Eric berjalan mendahului Reiji. Reiji yang tidak tahu harus berbuat apa, tapi sudah terlanjur ke sini pada akhirnya mengikuti langkah Eric. Ia belum menaruh curiga.
Di depan gerbang besi berkarat itu, ada papan nama kayu yang penuh dengan debu.
Reiji ikut mendekat. Dia dan Eric membersihkan papan nama tadi. "Istana Terkutuk," ucap Reiji ketika tulisan di papan nama sudah dapat dibaca. Reiji langsung mengernyit. "Bukannya kau bilang tadi jika ini kediaman lama Mahendra, huh?" sentak Reiji.
"He'em." Eric mengangguk. Eric memandang sejenak papan nama tersebut. Ia tersenyum singkat. Entah apa yang teman baru Reiji itu pikirkan. "Ini memang disebut Istana Trrkutuk, tapi bangunan ini memang milik keluarganya Chandra, Keluarga Mahendra," sambung Eric menjelaskan.
"Kau yakin ini tempatnya, Eric?"
"Iya, aku yakin, Rei. Ini salah satu tempat yang mungkin saja digunakan Chandra untuk menyekap para mangsanya. Sudah kukatakan jika aku ini tetangganya, Rei. Sedikit banyak aku ini tahu seluk beluk keluarga Chandra." Eric kembali menjelaskan.
"Jadi, Bang Yuji itu bukan korban pertama Chandra, ya?"
"Iya, Rei. Saat SMP dulu, Chandra juga pernah masuk ke penjara anak karena menyekap remaja laki-laki yang ia taksir. Kebetulan korbannya waktu itu adalah tetanggaku juga. Jadi, aku tahu keseluruhan ceritanya."
Angin tiba-tiba berembus kencang, menerbangkan debu dan dedaunan kering. Reiji refleks menutup matanya, tapi beberapa butir debu berhasil masuk ke matanya.
Reiji mengucek matanya hingga memerah.
"Kenapa, Rei?"
"Aakhh, perih! Apa-apaan kamu ini, Eric? Ini perih tahu!" bentak Reiji.
"Eh? Maaf ya, Rei! Aku tidak bermaksud melukai mata kamu. Itu tadi tidak sengaja. Serius!"
"Mataku masih perih tahu enggak, Ric!" kesal Reiji.
Eric memeriksa mata Reiji. Ia berusaha mendapatkan izin untuk mencoba meniup mata Reiji, tapi langsung ditolak oleh Reiji. Padahal, itu kesempatan emas bagi Eric untuk mendekatkan bibirnya ke wajah Reiji.
Baiklah, Eric ini sepertinya satu komplotan dengan Chandra.
"Sudah. Jangan dekati aku lagi, Eric! Ini nanti akan sembuh dengan sendirinya kok?" lirih Reiji yang sudah merasakan firasat buruk.
Eric kini langsung terdiam, merasa jika Reiji kini sudah lebih waspada akan dirinya. Eric terlihat menyesal karena sudah membuat Reiji tidak nyaman.
Reiji perlahan memasuki gerbang berkarat itu. Ia berjalan dengan hati-hati di antara semak belukar yang memenuhi seluruh halaman banguna kuno ini.
Bangunan yang sepertinya telah lama tak dihuni. Terlihat seperti rumah mewah berlantai dua dulunya. Memang terlihat seperti istana-istana seperti di drama kolosal yang biasa Bang Yuji-nya lihat, batin Reiji. Jadi, tidak heran jika tempat ini dinamakan Istana Terkutuk. Reiji kembali membatin.
Di sebelah Utara istana, terdapat sebuah paviliun. Mata Reiji tertuju pada paviliun itu. Ia membuka pagar besi yang sudah berkarat itu. Sekilas ia berbalik.
"Hey! Cepatlah ke sini, Eric! Apa yang kau lakukan di sana, eum? Bukankah kau tadi sudah berjanji akan membantuku mencari Bang Yuji?!" teriak Reiji, yang membuat Eric langsung berlari ke arahnya.
Kini, Eric sudah berada di belakang remaja tampan bertubuh tinggi itu.
"Sebenarnya, ada berapa bangunan milik keluarganya Chandra itu, Eric?" Reiji bertanya.
"Ada beberapa, Rei. Kita akan mengunjungi semua tempat itu untuk mencari keberadaan Abangmu." Eric menyahut. Ia akhirnya dapat mengendus rambut Reiji. Aroma rambut Reiji sangat harum dan maskulin. Dan itu membuat Eric betah berada dekat-dekat di belakang Reiji.
"Apa di sini tidak pernah ditinggali orang?!"
"Aku tidak tahu, Rei. Mungkin keluarga Mahendra hanya menjadikan bangunan ini sebagai investasi jangka panjang. Jadi, tidak menggunakannya lagi."
"Tapi, jika memang ada Eric dan Bang Yuji di dalam, pasti ada tanda-tanda keberadaan mereka, 'kan? Seperti kendaraan Chandra misalnya. Di sekitar sini tidak ada kendaraan lain, selain mobilmu itu, Ric. Tidak mungkin Chandra berjalan kaki ke sini, 'kan? Kita bahkan harus berkendara hingga tiga jam untuk sampai ke lokasi ini tadi."
"Ahahaha ... kau ini benar-benar polos ya, Rei. Bisa saja 'kan Chandra itu ke sini dengan salah satu anak buahnya. Lalu, mobilnya dibawa oleh putra anak buahnya itu."
"Mungkin Chandra menyembunyikan Abangmu di tempat tersembunyi di bangunan ini, Rei!" sambung Eric.
Baiklah, Reiji harus langsung masuk dan segera menemukan abangnya, batinnya.
Langit tiba-tiba saja mendung, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Reiji berlari menuju Istana Terkutuk itu. Eric mengikuti dari belakang dengan membawa senter karena di sekitar mereka mendadak gelap karena mendung yang sangat tebal.
Saat pertama menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, Reiji merasakan perasaan aneh. Angin berembus kencang kembali, membuat bulu kuduknya meremang. Begitu dingin hingga menusuk ke tulang.
Reiji mengabaikan itu. Ia kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang berjumlah belasan tingkat itu, untuk menuju ke teras Istana Terkutuk itu.
Brak!
Pintu utama bangunan kuno itu terbuka lebar tiba-tiba, membuat Reiji dan Eric menoleh bersamaan. Tak ada siapapun, hanya ruang gelap yang terlihat.
Reiji dan Eric saling melempar panjang. Sebenarnya, banyak firasat-firasat buruk menghantui, tapi mereka mencoba abai.
Bruak!!
Kembali terdengar suara keras dari dalam bangunan. Reiji langsung berlari ke dalam bangunan, tidak mempedulikan meski bangunan itu ada hantunya sekalipun. Yang terpenting adalah Reiji harus menemukan Yuji saat ini.
"Bang Yu!! Kamu di mana? Jika mendendengar suaranya Rei, teriakkan, Bang!!" Reiji berteriak sambil berlarian hingga menyisir seluruh ruangan yang berada di bangunan itu.
Setelah belasan menit mencari, tapi Reiji tidak menemukan siapa pun di bangunan ini.
Apa Chandra sudah memindahkan abangnya karena sudah tahu mereka akan ke sini, ya?
Atau, mungkinkah ini memang bukan tempat Chandra menyekap Yuji?
Mungkinkah ada tempat milik keluarga Mahendra yang lain?
Bruak!!
Kembali terdengar bunyi nyaring di salah satu ruangan. Bersamaan itu juga, Reiji merasakan pukulan keras di tengkuknya.
***
Reiji terbangun di tengah ruangan gelap, pengap dan lembab. Ia melihat sekeliling ruangan, tapi tak ada siapa pun. Ia mengambil senter yang tergeletak tak jauh darinya.
Ia mengusap keningnya yang memerah, entah terantuk apa tadi. Reiji mencoba mengingat-ingat.
Ah iya, dia ingat saat ini. Siang tadi, ia bersama teman barunya, Eric, mendatangi lokasi ini. Eric mengatakan jika mungkin saja tempat ini adalah tempat Chandra untuk menyekap Yuji. Reiji langsung percaya akan hal itu karena Reiji merasa tidak punya siapa pun untuk tempat bergantung.
Lalu tadi, saat memasuki salah satu ruangan di Istana Terkutuk itu, tiba-tiba saja Reiji dikagetkan dengan suara lengkingan nyaring. Setelah itu, Reiji merasa ada yang memukul tengkuknya hingga ia jatuh pingsan hingga akhirnya Reiji sadar dengan sendirinya.
"Ya Allah! Kenapa Dede Rei harus mengalami ini semua? Dede Rei tidak kuat, Ya Gusti!" Reiji meratapi nasibnya. Dia sempat mengira bahwa ini mungkin saja mimpi buruk.
Bersambung ....