Alice tengah pergi bersama dengan Felix. Dan hal ini tentu menjadi hal yang menggembirakan bagi Felix.
Dia selangkah lebih maju dari Carlos.
Sementara Carlos hanya bisa menelan kekecewaan dan kekalahan dari Felix.
"Bella, aku pamit pulang!" ujar Carlos.
"Iya!" sahut Bella. Kemudian wanita itu keluar dari dapur, dan mulai menutup pintu rumah.
Dia melihat Carlos yang sudah melaju dengan mobilnya.
"Ah ... di sudah pergi," gumam Bella, "ternyata benar ... jika karma itu memang nyata," ucapnya seraya menghela napas panjang.
"Tapi, kalau dilihat-lihat Carlos itu kasihan juga, ya?" Bella tampak prihatin dengan pria itu.
"Ibu!" tiba-tiba dia di kagetkan oleh Diana, gadis itu menubruknya dari belakang.
"Astaga, Diana! Kenapa kamu mengagetkan Ibu?" oceh Bella.
"Maaf, Bu. Aku hanya ingin menujukkan ini!" ujar Diana seraya menujukkan hasil lukisannya.
"Wah, cantiknya!" puji Bella.
Kemudian wanita itu meraih kertas dari tangan Diana.
"Ini gambar siapa?" bela meraba kertas itu.
Meski hanya lukisan seorang anak berumur 5 tahun, tetapi terlihat sekali jika Diana memang berbakat di bidang ini.
Lukisan gadis kecil itu terlihat indah, meski kurang sempurna layaknya pelukis profesional.
"Tidak sia-sia kamu sering menghabiskan waktu dengan Paman Carlos, kamu juga ketularan bakat melukisnya!" tukas Bella.
Diana pun tersenyum dengan bangga.
"Iya, Paman memang sering mengajariku melukis. Dan tahu tidak, Bu! Jika gadis yang aku lukis itu adalah teman baruku?" ujar Diana.
Seketika Bella mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan Diana.
"Memang siapa dia?" tanya Bella.
"Namanya, Clara. Aku baru saja mengenalnya, dia berasal dari London!" jawab Diana.
Kedua mata Bella seketika menajam. Nama Clara itu tidak asing terdengar, Alice sering menyebut nama itu. Alice juga bercerita jika Clara adalah putri kandung dari Sea yang sudah meninggal.
Clara juga sering hadir di dalam mimpi Alice.
Bella hampir tak percaya dengan semua ini.
Dalam benaknya bertanya-tanya, tentang keberadaan hantu Clara.
'Apa Clara itu benar-benar ada? Dan bukanlah orang mati itu akan pergi ke alam selanjutnya? Lalu mengapa dia masih ada di dunia manusia?' batin Bella.
"Ibu, kenapa malah melamun?" tanya Diana dengan polos.
Segera Bella mengerjapkan kedua matanya dengan cepat.
"Eh, Ibu tidak namun kok!" sahut Bella, menutupi segala kekhawatirannya.
Bella berusaha meyakinkan dirinya pula, bahwa apa yang dilakukan Diana itu hanya kebetulan. Dan hantu Clara itu tidak ada. Alice hanya berhalusinasi serta tak bisa membedakan dunia nyata dan dunia mimpi.
Sedangkan Diana, hanyalah gadis kecil yang memiliki banyak imajinasi. Selain itu dia juga memiliki banyak teman di sekolahnya, wajar jika dia menggambar seorang gadis kecil.
Dan di dunia ini gadis yang bernama Clara sangatlah banyak.
"Yasudah, rapikan semua alat lukisanmu, dan ayo kita makan!" suruh Bella pada Diana.
"Baiklah, Bu!" jawab gadis itu.
Dia meletakkan hasil lukisannya di atas meja belajar, kemudian dia berkumpul dengan kakak beserta ibunya di meja makan.
*****
Beberapa saat kemudian Alice datang, tampak Bella yang tengah sibuk mencuci piring, Daniel menonton televisi dan Diana sedang asyik menggambar.
Gadis itu tampak ceria, sesekali dia tersenyum sambil memandang sudut tembok.
Seolah-olah di tempat itu sedang ada seseorang, padahal tak ada siapa pun di sana.
"Diana, sedang mengobrol dengan siapa?" gumam Alice. Dia hendak menghampiri gadis itu, namun Bella malah memanggilnya.
"Alice! Ayo makan!" kata Bella. "Aku masih menyisakan sup dan ayam untukmu!" timpalnya.
"Ah, terima kasih, Bella! Tapi aku baru saja makan bersama dengan Felix!" jawab Alice.
"Ah begitu, ya? Baiklah!" sahut Bella.
Alice kembali mendekati Diana, gadis itu tampak merapikan alat-alat lukisnya kembali. Pencil dan crayon ia taruh di dalam tempat khusus.
"Menggambarnya sudah selesai. Kalau aku rajin berlatih, aku yakin akan menjadi pelukis hebat seperti Paman Carlos," gumam Diana.
"Hai, Diana! Kamu sudah makan?" tanya Alice.
"Sudah, Bibi!" jawabnya dengan ceria.
Kedua mata Alice tak sengaja melihat selemabar kertas yang tergeletak di atas meja.
Alice meraih kertas itu, kemudian dia memandang dengan seksama, tampak seorang gadis kecil dengan rambut panjang tengah berdiri.
Wajahnya tertutup rambut lurus, yang tergerai indah, dengan gaun putih dan ia menudukkan kepalanya.
"Dia seperti ...." Netra Alice mulai menajam.
"Dia adalah, Clara!" ujar Diana.
Alice langsung membuang kertas itu. Dan dia berjalan mundur.
"Bibi Alice, kenapa?" tanya Diana.
Alice tak menjawab pertanyaan gadis itu. Alice ketakutan dan seakan tak dapat berbicara.
"Kenapa, Bibi Alice, membuang lukisanku? Apa lukisanku jelek?" tanya Diana dengan raut wajah yang kecewa.
Alice berlari menuju kamar, dan dia menutup pintu kamarnya dengan rapat-rapat.
"Bibi Alice! Tunggu!" teriak Diana.
Melihat suara gaduh itu Bella menghampiri putrinya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Bella pada Diana.
"Bibi Alice, Bu. Dia membuang lukisanku!" ujar Diana.
Bella segera meraih lukisan itu, dan menyimpannya di tempat yang aman.
'Astaga! Aku lupa menyimpan lukisan itu dari Alice!' bicara Bella di dalam hati.
"Ibu, kenapa Ibu menaruhnya di sana?" tanya Diana.
"Ibu—"
"Bu! Aku ingin memajang lukisan itu di dinding! Karena itu lukisanku yang terbaik!" protes Diana.
"Sayang, jangan lakukan itu, Nak! Bibi Alice tidak suka dengan lukisan itu, jadi sebaiknya kamu menyimpannya!" Bella menasehati putrinya. "Bila perlu, kamu jangan menggambar seperti itu lagi, ya! Kamu, 'kan bisa menggambar objek lainnya," ujar Bella.
"Kenapa? Dan apa alasannya, Bu?" Gadis itu tampak penasaran.
Bella benar-benar tak tahu harus bagaimana menjelaskannya.
Akhinya dia mengalihkan pembicaraan, ketika Daniel mulai datang.
"Hai, Daniel!" panggil Bella.
"Iya, ada apa, Bu?" sahut anak lelaki itu.
Kemudian Bella meberikan uang kepada putra sulungnya.
"Tolong ajak adikmu untuk membeli es krim, ya!" tukas Bella.
Daniel terlihat bingung, namun anak itu tak membantah perintah sang Ibu.
"Baiklah, Bu," jawab Daniel. Dia menarik tangan adiknya dan berlalu pergi, Diana juga tampak pasrah. Dia tak membahas tentang lukisannya lagi, kerena gadis kecil itu masih terfokus pada es krim. Makanan kesukaannya.
***
Setelah kedua anaknya pergi, Bella bergegas menghampiri Alice.
"Alice!" panggil Bella seraya mengetuk pintu kamar Alice.
"Keluarlah, kita bicara sebentar saja, Alice!" ujar Bella.
Ceklek!
Pintu kamar itu terbuka. Alice berdiri di depan pintu dengan wajah ketakutan, kemudian dia memeluk tubuh Bella.
"Bella, dia benar-benar ada! Dia juga mengganggu Diana!" ujar Alice dengan suara gemetaran.
"Tidak, Alice! Itu hanya kebetulan saja! Clara itu hanya teman sekolah Diana! " ujar Bella, dia berbicara asal-asalan untuk menenangkan adiknya. Sebenarnya itu hanya dugaan Bella saja. Dan dia tidak ingat jika putrinya memiliki teman sekelas yang bernama 'Clara' atau tidak.
"Tidak! Dia bukan teman sekolah Diana! Tapi dia adalah Clara putri dari Sea!" tegas Alice.
To be continued