Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 27 - Aku Tidak Gila!

Chapter 27 - Aku Tidak Gila!

"Clara, tolong Ibu, Sayang ...," rengek Sea.

Edward segera menyuruh Clara agar meninggalkan tempat ini.

"Clara! Ayo cepat pergi, Nak!" bentak Edward.

"Tapi ...." Gadis itu tampak ragu-ragu.

"Ayo cepat pergi! Kau tahu, 'kan jika Ibumu itu sangat menyeramkan! Dia bisa menyakitimu lagi, Nak!" ujar Edward.

Clara akhirnya menuruti perintah sang ayah, dia perlahan menjauhi kedua orang tuanya.

Melihat hal itu membuat Sea merasa terabaikan dan ini semua karena Edward.

"Edward! Kau benar-benar keterlaluan! Kau sudah mempengaruhi putriku untuk menjauh dariku!" teriak Sea dengan lantang.

Mendengar teriakan Sea, membuat Edward merasa semakin kesal.

"Sea, kau itu benar-benar gila! Percuma aku memberimu kesempatan dan belas kasihan! Karena selamanya kau tak akan pernah mengerti!" ujar Edward.

Deru nafas pria itu semakin menggebu, dia sudah tak  bisa lagi membendung amarah ini. Niatnya untuk mengabisi Sea sudah bulat.

"Aku akan membunuhmu sekarang, Sea!" teriaknya seraya menghunjamkan potongan guci itu kearah Sea. Tapi Sea berhasil menghindar potongan guci itu mengenai tembok dan hancur.

Edward tidak memiliki senjata lagi, Sea kembali meraih pisau karternya yang sempat terjatuh.

"Kau pikir aku akan membiarkan, Bajingan, sepertimu tetap hidup, ya!" Sea menyeringai.

Edward tak tinggal diam, dia mengedarkan pandangannya di sekitar ruangan mencari benda yang bisa ia gunakan untuk melawan Sea.

'Ah sial! Kenapa tak ada satu pun benda yang bisa aku gunakan!' umpatnya di dalam hati.

"Edward, kita lihat siapa yang akan mati hari ini," Sea tersenyum tipis berjalan mendekatinya.

Edward mulai panik dan tak ada pilihan lain, Edward melawan Sea dengan tangan kosong.

Dia mendorong tubuh Sea lagi, dan pisau yang ada di tangan Sea tak sengaja menggores bagian bahunya. Meski begitu dia sudah berhasil membuat Sea terjatuh. Ini adalah kesempatan bagi Edward untuk menghabisi istrinya.

Ketika Sea sedang lengah, dia merebut pisau dari tangannya, dan tanpa berpikir panjang Edward menghunjamkan pisau itu tepat di perut Sea.

Jlub!

"Akh!" Sea meringis kesakitan, "sakit sekali ... kau benar-benar kejam, Edward ...," Sea terkulai lemas sambil memegangi perutnya.

Melihat Sea yang tak berdaya, membuat Edward merasa kasihan.

Seorang lelaki berkelahi dengan perempuan tidaklah sepadan. Lagi pula Sea itu istrinya.

Sea bertingkah menyebalkan karena memang dia memiliki gangguan jiwa, yang artinya apa yang dilakukan oleh Sea itu bukan murni keinginan dari Sea. Dan sebagai suami harusnya Edward tidak boleh meninggalkanya, apa lagi sampai berselingkuh seperti ini. Dia merasa telah menjadi suami yang gagal, karena tak bisa menjaga dan mendidik istrinya dengan benar.

Edward baru menyadari semuanya sekarang.

Ini belum terlambat, mungkin masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya, dengan menolong Sea, dan menyerahkan Sea ke kantor polisi atas kasus pembunuhan yang dilakukannya terhadap Lily.

Apa bila Sea harus di bawa ke Rumah Sakit Jiwa pun tak masalah, mungkin ini jalan yang terbaik bagi Sea.

Perlahan Edward mulai mendekat, dia menolong Sea yang saat ini sedang kesakitan. Dia mencabut pisau karter itu secara perlahan.

Darah mengucur, dan Edward segera menutupnya dengan sobekan kaos.

"Maafkan aku, Sea," tukas Edward seraya memeluk istrinya.

"Kau, minta maaf kepadaku?" tanya Sea dengan suara bergetar.

"Iya, karena aku tak bisa sabar menghadapimu, ayo kita ke Rumah Sakit, dan setelah itu kau juga harus menyerahkan diri ke kantor polisi," ucap Edward.

"Apa! Polisi?!" Sea segera melepaskan pelukan Edward.

"Kau sudah, Gila, ya! Bisa-bisanya menyuruhku ke kantor polisi?!" bentak Sea.

Edward menarik nafas dalam-dalam dan berusaha menenangkan Sea.

"Tidak apa-apa, Sea, aku tetap akan memndampingimu, jika mereka menggiringmu ke Rumah Sakit Jiwa, pun tak mengapa, aku berjanji akan menengokmu setiap hari," pungkas Edward.

"Edward! Kau juga menganggapku sebagai orang gila ya?!" Sea begitu marah dan sangat kecewakan dengan ucapan Edward.

Tapi Edward berusaha untuk membuat Sea tetap tenang.

"Sea, mungkin kau tak terima jika orang mengatakanmu, 'Orang Gila' tapi kau memang memilki sedikit gangguan jiwa. Dan itu artinya kau harus berobat dengan benar, supaya sembuh, dan kita bisa berkumpul, serta hidup bahagia lagi," tutur Edward menasehati Sea.

Tentu saja Sea tak terima mendengar pernyataan Edward, dia merasa ini sebuah penghinaan.

'Dia pikir aku ini, Orang Gila? Aku tidak terima! Dan aku juga tidak akan memaafkanmu, Edward! Kau sudah berselingkuh di belakangku! Aku harus memberinya pelajaran!' bicara Sea di dalam hati.

Dan Sea pun kembali memeluk Edward erat-erat, pria itu mengira jika Sea, mulai mendengarkan ucapannya, sehingga Sea kembali memeluknya. Tetapi ternyata, Edward salah ... secara diam-diam tangan Sea meraih pisau karter yang ada di belakang Edward. Pelukan itu hanyalah pelukan yang sengaja ia gunakan untuk menutupi niat jahatnya.

Di saat Edward lengah, di saat itu pula Sea secara membabibuta menghunjam punggung Edward tanpa jeda.

Tak ada kesempatan bagi Edward untuk melawan, Sea terus menusuk bagian punggungnya hingga tak terhitung berapa jumlahnya. Tubuhnya Edward melemah secara perlahan dengan punggung yang penuh lubang serta kehabisan darah.

Berberapa saat kemudian Sea berhenti menusuk tubuh Edward, dia melepaskan pelukannya, dan tubuh Edward ambruk ke lantai dengan kedua mata yang melotot dan mulut menganga.

Raut wajah Sea terlihat sangat puas.

"Mati kau, Bajingan! Ini, 'kan yang kau cari!" makinya kepada Edward yang sudah tak bernyawa.

Dan tepat di saat itu pula, Clara kembali memasuki kamar orang tuanya.

Dia penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh orang tuanya, karena sejak tadi mereka belum juga keluar dari dalam kamar, Clara tak mungkin pergi sendirian, dia harus menunggu ayahnya keluar dulu. Hal itulah yang membuat gadis itu kembali menaiki tangga dan masuk ke kamar orang tuanya lagi.

Ceklek!

Suara seseorang yang membuka pintu itu membuat Sea tersentak.

"Ibu, kenapa kau membunuh ayahku!?" bentak Clara.

Gadis yang biasanya sangat lemah lembut itu pun mendadak berbicara dengan nada tinggi terhadap ibunya.

"Clara! Kau mengagetkan Ibu, Sayang!" ujar Sea.

Clara langsung memeluk jasad sang Ayah, dan gadis itu menangis sejadi-jadinya.

"Ayah, bangun, Ayah! Tolong jangan tinggalkan aku, Ayah!" ucap Clara dengan derai air mata.

Sea pun mendekati putrinya dan menyentuh rambut Clara.

"Sayang, kau jangan bersedih Ayahmu itu hanya—"

"Pergi!" Clara membentak sang ibu, "jangan menyentuhku!" ucapnya.

"Clara, kau tidak boleh berbicara kasar terhadap ibumu sendiri, Sayang!" ucap Sea.

Gadis itu kembali membentak ibunya.

"Kau bukan ibuku! Kau itu, Monster!" makinya dengan emosi yang meledak-ledak.

"Clara, Sayang, jangan kasar kepada Ibu, Nak," rayu Sea.

Setelah itu Clara pun berlari meninggalkan Sea. Dia menuruni tangga dengan cepat hingga tak sengaja kakinya terpeleset dan tubuh mungilnya terjatuh dari atas tangga.

To be continued