Setelah mendapat persetujuan dari Caroline, Carlos bergegas ke rumah Bella. Untuk menanyakan alamat Alice.
Di depan rumah Bella, Carlos tampak ragu untuk mengetuk pintu rumah itu.
Dia takut jika Bella akan memaki dirinya, karena sudah menyakiti Alice.
Cukup lama Carlos berdiri di depan pintu, tanpa berani mengetuknya.
Carlos tidak mau pulang dengan tangan hampa, tapi dia juga masih ragu untuk bertemu dengan Bella.
"Kau sedang apa di depan rumahku?" tanya Bella yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.
Carlos tersentak, dia menoleh sambil tersenyum kepada Bella.
Semantara wanita itu menatap tajam kearah Carlos, sambil membawa tas belanjaannya.
"Ibu, bukankah itu, Paman Carlos?" ucap Diana, "kanapa Ibu, tidak menyuruhnya masuk?" gadis itu bertanya.
Dengan sabar, Bella berbicara kepada putrinya.
"Diana, kamu masuk duluan ya, di dalam ada Daniel, kalian bisa nonton televisi bersama, nanti Ibu akan menyusul," tukas Bella.
"Tapi, bagaimana dengan, Paman Carlos?"
"Diana, ayo cepat masuk!" sergah Bella.
"Tapi—"
"Biar, Ibu yang berbicara dengannya, ini masalah orang dewasa!" ucap Bella sedikit kasar.
"Ah baiklah, Bu ...." Gadis, kecil itu menunduk sambil masuk ke dalam rumah.
Kini tinggal Bella, bersama dengan Carlos.
"Ayo masuk!" ajak Bella.
Carlos mengangguk dengan sedikit senyuman.
Kemudian Bella juga mempersilakan Carlos untuk duduk walau dengan raut wajah yang jauh dari kata ramah.
Yah, sikap Bella sudah berubah sejak peristiwa yang menimpa rumah tangga adiknya.
Sejak itu Bella sangat membenci Carlos, tentu dia sebagai seorang kakak tidak rela melihat sang adik menderita.
Dia paham betul betapa Alice tulus mencintai Carlos, tapi pria ini malah membalasnya dengan perselingkuhan.
"Kau mau apa datang kemari?" tanya Bella sinis.
"Bella, aku tahu kau sangat terganggu dengan kedatanganku, tapi perlu kau tahu Bella, aku datang kemari karena aku merindukan Alice" jelas Carlos.
"Kau merindukan adikku?" Bella menarik ujung bibirnya dengan raut kesal.
"Iya, memang terdengar sangat menyebalkan, dan aku juga merasa jika aku adalah pria yang tak tahu malu, tapi aku benar-benar sangat merindukannya, Bella," pungkas Carlos.
"Dengar, Carlos! Alice, seakarang sudah hidup tenang di London, kau tak perlu memikirkannya lagi!" cantas Bella.
"Tapi aku ini sangat merindukan, Alice, Bella!"
"Lalu kau mau apa?! Memangnya kalau kau merindukan, Alice, kau bisa menemuinya dengan datang kemari!?" Bella menggelengkan kepalanya, "Alice tidak ada di sini, Carlos!"
"Aku tahu, Bella. Alice sudah tak ada di sini, maka dari itu aku ingin meminta alamat, Alice, aku ingin menemuinya sekarang!"
"Jadi kau datang kemari karena kau ingin meminta alamat, Alice, kepadaku?!" tanya Bella memastikan.
"Iya, Bella!" Carlos menganggukan kepalanya.
Bella langsung berdiri dia menunjuk arah pintu. "Di sana pintu keluarnya, kau bisa pulang lewat sana!" ucap Bella.
Carlos sudah tahu jika pasti akan berakhir seperti ini, dan pasti Bella akan mengusirnya. Tetapi Carlos tak mau menyerah begitu saja, dia terus merayu Bella agar mau memberikan alamat Alice kepadanya.
"Ayolah, Bella. Aku mohon berikan alamat Alice yang ada di London, aku ingin pergi ke sana, aku ingin meminta maaf kepadanya ...," pinta Carlos.
"Tidak! Aku tidak mau kehidupan adiku terusik! Jadi kau lupakan saja Alice!" cantas Bella.
"Bella, kumohon ...." Carlos sampai berlutut di hadapan Bella.
"Hey, jangan berlutut di kakiku! Kau pikir aku ini Ibumu! Cepat pergi!" bentak Bella. Wanita itu semakin murka terhadap Carlos.
"Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum kau memberikan alamatnya!" Carlos masih tak menyerah.
"Hei, kau ini laki-laki macam apa?! Kau sudah berselingkuh dari adikku, dan sekarang kau mencarinya di saat dia sudah bisa melupakanmu?!"
"Bella, aku memang pernah berbuat salah kepadanya, tapi aku ingin memperbaiki semuanya! Apa itu salah?!"
"Salah!" tegas Bella, "kau menyesalinya saat semua sudah terlambat!" Bella menggerakkan kakinya hingga Carlos terjatuh.
Tak ada rasa iba sedikit pun walau Carlos terjatuh gara-gara dia, justeru dia malah memaki Carlos sepuas hatinya.
Bella geram dengan pria yang ada di hadapannya ini.
"Cepat pergi dan temui, Wanita Jalang, itu! Jangan mengajarkan adikku lagi! Wanita baik sepertinya tidak pantas untuk Bajingan, sepertimu!" maki Bella terhadap Carlos.
"Bella, aku mohon ...." Carlos kembali menghampiri Bella, dan berlutut di kaki wanita itu.
"Aku tahu aku memang, Bajingan, dan aku memang seorang pria yang tak tahu malu. Tapi sekarang aku baru sadar, jika Alice itu sangat berharga, aku menyesalinya. Dan kalau Alice mau memaafkanku lagi, maka aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, aku berjanji akan mencintai Alice dengan tulus, dan aku ingin membahagiannya," tutur Carlos dengan kedua netra yang memarah.
Dan tak lama pria itu juga menangis di depan Bella.
Ini kali pertanyaan Bella, melihat seorang Carlos Fisher, menangis dihadapannya. Raut penyesalan terlihat jelas di wajah Carlos.
Meski dia sangat membenci Carlos, tapi melihat pria menangis di hadapannya membuat Bella merasa tak tega.
'Apa aku harus memberikan alamat Alice kepadanya, ya?' bicara Bella di dalam hati.
'Tapi bagaimana kalau Alice marah kepadaku, karena Alice itu sudah terlanjur membenci Carlos. Dan dengan kehadiran Carlos ke London, yang ada akan membuat Alice merasa terusik,' Bella mulai dilema.
"Bell, apa kau tak mau melihat Alice bahagia bersamaku? Apa kau masih tak percaya bila aku bisa membahagiakan adikmu?" Carlos mencecar mantan kakak iparnya itu dengan pertanyaan.
"Maaf, Carlos. Aku tidak bisa memberikan alamat itu sekarang, aku harus bertanya kepada Alice," ucap Bella.
"Kalau begitu berikan saja nomor baru Alice, kepadaku! Biar aku yang menelponnya!" pinta Carlos.
"Tidak, Carlos! Aku tidak bisa memberikannya sekarang, aku akan memberikan kepadamu atas persetujuan Alice!" jawab Bella.
"Yasudah kau bisa menelpon Alice sekarang, Bella. Aku akan menunggu di sini,"
"Tidak bisa, Carlos, karena Alice sedang bekerja. Mungkin nanti aku akan memberi tahumu bila Alice sudah pulang dari tempat kerjanya," pungkas Bella.
"Ah ...." Carlos mendesis dengan wajah yang kecewa, "baiklah, aku akan menunggu kabar baik darimu, Bella," tukas Cerlos.
"Ya, nanti malam kemungkinan aku akan menelpon Alice, sekaligus menanyakan kabar tentang suamiku yang hilang," ucap Bella.
"Apa?! Archer, menghilang?!" Carlos tampak syok mendengarnya.
"Iya," Bella menunduk dengan mata berkaca. Dia kembali terbebani dengan nasib sang suami yang belum jelas keberadaannya.
"Bella, kau baik-baik saja?" tanya Carlos dengan ekspresi yang khawatir.
Bella pun kian bersedih, dia tak tahan lagi harus menyimpan ini semua sendirian.
"Iya, Carlos! Archer menghilang dan aku tak tahu keberadaannya sekarang!" tangis wanita itu pecah, dan Carlos pun segera memeluknya untuk menenangkan Bella.
"Tenangkan hatimu, Bella, percayalah jika Archer, baik-baik saja," tukas Carlos.
To be continued