Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 18 - Bantuan Yang Gagal

Chapter 18 - Bantuan Yang Gagal

Pria itu tampak lemas di lantai, karena baru saja terjatuh dari atas tangga.

Sementara Sea tengah berjalan mendekatinya, sambil membawa sebilah pisau yang sudah siap menyerang pria itu.

"Hey, kau mau apa?!" teriaknya.

Si pria berusaha untuk bangkit, meski kakinya terasa sakit akibat terkilir, atau mungkin malah mengalami patah tulang akibat jatuh tadi.

Dia berusaha mencari sesuatu yang akan ia gunakan untuk melawan Sea, kemudian dia melihat ada sebuah pisau tertancap di sebuah apel. Pria itu berusaha untuk meraihnya, tapi Sea sudah bergerak lebih cepat, Sea melemparkan pisau dari tangannya kearah si pria, dengan bagian mata pisau berada tepat di depan bak sebuah anak panah.

Pisau itu mendarat tepat sasaran, dan menusuk bagian dada si pria.

Jlub!

"Akh, sial!" umpat si pria sambil  mencabut pisau itu dari dadanya.

Dan tepat di saat itu juga Sea kembali melakukan penyerangan, kali ini dia meraih sebuah tongkat besi yang ada di dekatnya. Tanpa berpikir panjang, Sea mengayunkan tongkat itu ke tubuh si pria hingga berkali-kali.

Buak!

Buak!

"Akh! Hen-ti-kan!" rintih si pria. Dia berusaha memegangi kepalanya agar tongkat itu tidak mengenai bagian kepala. Sambil menahan sakit pria itu memohon kepada Sea agar berhenti, tubuhnya sudah lemas dan tak bisa melawan lagi.

Tapi tak ada belas kasihan bagi Sea. Telinganya seakan tak mendengar rintihan kesakitan, hatinya juga seperti mati rasa, dia tak mengenal iba ataupun kasihan.

Sea terus memukuli pria itu hingga akhirnya pria itu tewas di tempat.

Melihat sudah tidak ada perlawanan lagi dari si pria, Sea menghentikan pukulannya.

Peristiwa menyeramkan itu disaksikan oleh Archer. Kakak ipar Alice itu tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong si pria malang. Jangankan menolong orang lain, menolong dirinya sendiri saja Archer tak mampu.

"Mengapa, Tuan Archer, melihatku seperti itu?" ledek Sea sambil tersenyum.

Archer mendadak keluh, dia tak bisa berkata apa pun lagi. Entah jenis iblis apa Sea ini!  Yang jelas, cukup satu kali dia menemukan wanita menyeramkan seperti Sea.

"Tuan, tahu tidak kalau dia tadi mencari, Tuan?"

"Men-cariku?" Archer melebarkan pupil matanya dengan deru nafas yang menggebu.

"Iya, pria yang tadi ditugaskan untuk mencari, Tuan Archer, dan Livy," jelas Sea.

Mendengarnya perasaan Archer bercampur aduk, senang, kesal sedih, semua bersatu-padu, ternyata orang-orang sedang mencarinya.

Sea mendekati Archer dan memegang bagian dagu Archer, hingga wajahnya terangkat dengan terpaksa.

"Tapi, Sayangnya, dia tidak bisa melumpuhkanku, jadi aku yang terpaksa melumpuhkannya," ujar Sea dengan santai tanpa rasa bersalah.

Sedangkan Archer hanya bisa terdiam dengan penuh kekecewaan, karena dia gagal selamat dari Sea.

Seandainya saja pria tadi bisa mengalahkan Sea, pasti Archer bisa keluar dari ruangan ini.

"Jangan sedih, Tuan Archer, karena masih ada pria satu lagi yang sedang mencari Anda, dia sedang berada di luar rumahku, jadi Anda berdoa saja supaya pria itu bisa mengalahkanku," Sea tersenyum melihat Archer.

'Benarkah!? Masih ada orang yang akan menyelamatkan aku? Huff ... syukurlah ... semoga  saja orang itu bisa menyelamatkanku,' bicara Archer di dalam hati.

Tak berselang lama terdengar seseorang memanggil nama Sea, dan nama si pria yang sudah tewas ini.

"Nona Sea! Di mana, Anda!" teiaknya.

Sea segera menyahuti teriak pria itu, dengan suara yang seakan-akan dia dalam kesulitan.

"Di sini, Pak ...," sahut Sea.

Polisi itu masuk ke dalam ruang bawah tanah, terdengar langkah kaki yang menuruni tangga.

Mendengar kedatangan seseorang yang akan menolongnya, Archer segera berteriak dengan kencang, dia berharap pria itu tidak terpancing oleh Sea. Karena ini adalah kesempatan satu-satunya bagi Archer, agar bisa keluar dari rumah ini.

"Tolong, Pak! Jangan kesini sendirian! Wanita ini menyeramkan!" teriak Archer.

"Aku mohon, Pak! Panggil rekan yang lain dan keluarkan senjatamu!"

Dengan segera Sea membungkam mulut Archer.

"Diam, kau!" hardik Sea dengan telapak tangan menyumbat mulut Archer.

"Umm! Ummp! Buka!" Pria itu berusaha membuka mulutnya meski sangat sulit karena tangan Sea yang menyumbatnya.

"Tolong buk—"

"Diam...," bisik Sea.

Archer pun malah menggigit tangan Sea dengan kuat.

"Akh!" Sea berteriak kesakitan.

"Dasar, Sialan!"

Buak!

Sea memukul kepala Archer dengan tongkat besi hingga pingsan.

Setelah itu Sea berpindah tempat, dia bersembunyi di balik tembok dan menunggu pria itu datang.

Setelah turun di lantai bawah, si pria tampak terkejut ada rekannya yang sudah tewas secara mengenaskan dan di samping rekananya juga ada Archer yang sedang pingsan dan bersimbah darah. Pria itu juga dikejutkan oleh adanya mayat-mayat kering yang sedang duduk di sofa.

Pria itu juga langsung mengeluarkan senjata api dari sakunya.

Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Sea.

Baru melangkah  lagi, tiba-tiba Sea langsung keluar dari persembunyiannya, dan memukul tubuh si pria berulang-ulang. Senjata api milik pria itu terlempar ke lantai.

Sea meraih pistolnya dan....

DUAR...!

Peluru meletup keluar dan menerobos dada si pria yang sedang sekarat, dan kini nyawanya melayang seketika.

"Mati kau!" Sea tertawa dengan puas.

"Aduh, aku memegang senjata api di depan putriku yang polos ini," Sea menghampiri jasad anak kecil.

"Clara, tolong jangan ikuti apa yang baru saja Ibu lakukan tadi ya," ucap Sea seraya mengelus rambut mayat anak kecil.

"Yasudah, Clara main dengan Kak Livy ya? Ibu akan membereskan orang-orang ini dulu,"  Sea menarik satu-persatu jasad pria-pria itu, tapi dia masih menyisakan Archer, karena memang Archer masih hidup, dia hanya pingsan akibat pukulan dari Sea.

Sea memasukan jasad-jasad itu ke dalam sebuah bak mandi yang sudah tak terpakai, kebetulan dalam ruang bawah tanah itu terdapat sebuah toilet tua yang tidak terpakai.

Sea menumpuk-numpuk jasad para pria itu lalu menutupinya dengan cairan semen.

"Aduh, lagi-lagi aku harus melakualam tugas para Tukang Bangunan!" gerutu Sea sambil meratakan semen-semen itu dengan alat khusus.

"Aku harus segera merapikan ini agar tidak ada  yang menyadari atas perbuatanku ini,"

Setelah itu Sea keluar dari ruang bawah tanah, dan mematikan seluruh lampu rumahnya.

Hal itu iya lakukan agar tidak ada yang tahu jika dia sedang berada di rumah dan baru saja membunuh orang.

Kalau keadaan gelap, maka orang-orang mengira jika Sea sedang tidak ada di rumah, saat para anggota kepolisian itu datang.

***

Ceklek! .

Alice membukakan pintu rumahnya, dan hendak keluar mencari makan malam.

Sesaat dia melirik rumah Sea, yang masih gelap gulita.

"Apakah, Sea sedang keluar?" bicara Alice.

Dia merasa aneh karena sudah semalam ini tapi tak satupun lampu yang menyala. Ini Teresa sangat aneh, muncul niatan Alice untuk mengintip dari luar.

Dia juga mencoba membuka pintu rumah Sea.

Ceklek!

"Ti-dak terkunci?"

To be continued