"Hey, Nona Sea! Tolong lepaskan aku! Sebenarnya kau manusia atau bukan sih?!" teriak Archer menggeliat, "kenapa kau mengumpulkan para mayat kering di sini!?" ujarnya.
"Dan ternyata orang yang sudah menculik Livi Jones itu juga kau, ya?!" teriak Archer seraya menunjuk jasad Livi dengan dagunya.
Sedangkan Sea hanya menggelengkan kepala dengan wajah santai.
"Begini, Tuan Archer, aku mengurungmu di sini bukan tanpa sebab, tapi hal itu aku lakukan karena aku sangat gemas melihat tingkah laku, Tuan," tutur Sea.
"Apa, salahku kepadamu, Sea?!" teriak Archer, "ayo cepat lepaskan aku!" sergahnya.
"Ah maaf, Tuan, tapi saya tidak akan melepaskan Tukang Selingkuh, seperti Anda ini begitu saja," pungkasnya.
"Tukang Selingkuh? Apa maksudmu, Sea!?" Archer dibuat semakin geram saja oleh Sea, tapi sayangnya dia tak sanggup melawan Sea.
Tali-tali yang mengikat kaki dan tangannya terlalu kuat.
"Ah, sial!" umpatnya sambil menggerak-gerakkan tubuhnya dengan kasar.
Sea menaruh sekeranjang buah-buahan itu tepat di depan para mayat keluarganya berkumpul. Lalu dia meraih sebuah pisau yang tadinya tertancap dalam sebuah apel.
"Archer, aku tahu kau sudah mempunyai istri, lalu mengapa kau masih saja mendekati, Alice?" tanya Sea.
"Hey, Sea! Itu urusanku! Bukan urusanmu! Jadi tolong jangan ikut campur!" cantas Archer.
Sea menempelkan sisi pisau di bagian pipi kiri Archer.
"Semua pria yang hobi berselingkuh, Mata Keranjang, dan Hidung Belang, itu akan menjadi urusanku, tak terkecuali kau, Tuan Archer," bisik Sea dengan tatapan yang menyeramkan.
Archer tak bisa tenang sama sekali, terlebih sisi pisau itu sudah berhasil mengiris sebagian pipi kirinya.
"Akh! Perih!" teriaknya.
Melihatnya, Sea malah terkekeh.
"Haha! Ini baru permulaan, Tuan, dan semakin kau bergerak lukamu akan semakin bertambah," ancam Sea.
"Ah, aku mohon, tolong lepaskan aku, Sea ...!"
"Melepaskan, Anda?" Sea bertopang dagu sesaat. "Tidak bisa, Sayang ... sebentar lagi perayaan Halloween, aku ingin kau ikut menikmatinya," ujar Sea.
"Dasar, Wanita Gila! Apa yang kau inginkan dariku?!" teriak Archer.
Sreet....
"Ah, sial!" umpat Archer yang kembali kesakitan. "Sakit sekali ...." Keluhannya.
"Aku sudah bilang, Tuan, kalau kau semakin bergerak, maka lukamu akan bertambah banyak," ujar Sea sambil menjilat darah Archer yang melekat di sisi pisau.
'Wanita yang menyeramkan,' bicara Archer di dalam hati.
Sea meninggalkan Archer sesaat dan mesih memegang bilah pisau itu.
Dia melihat sebuah kalender yang terpampang di atas dinding.
"Sekarang sudah tanggal 28 Oktober, masih ada 3 hari lagi, Halloween akan dirayakan, ini artinya, masih ada 3 hari pula nyawa Anda, akan bersatu dengan raga, dan setelahnya ...." Sea menyeringai seram menatap Archer.
"A-a-apa?!" Archer terbata-bata.
"Tuan Archer, saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan Anda, barkat kesamaan karakter yang Anda miliki dengan suamiku, kini aku bisa mengenangnya," Sea tersenyum seakan sedang bernostalgia.
Entah apa yang ada di pikiran wanita itu, dan entah apa pula kenangan bersama suaminya yang di maksud oleh Sea?
Archer benar-benar tak mengerti, yang ada dipikirkannya, Sea hanyalah wanita gila.
"Baiklah, kalau begitu, aku akan keluar sebentar, kau boleh menunggu di sini bersama keluargaku yang lainnya," tukas Sea.
Archer pikir dengan Sea keluar dari ruang bawah tanah ini, maka Archer bisa menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri, tapi ternyata dia salah.
Sebelum pergi, Sea malah kembali melukai tubuh Archer.
"Tuan, maaf ya, aku benar-benar tidak sanggup kehilangan, Tuan, jadi aku terpaksa...."?
Crok!
"Akh!" teriak Archer kesakitan.
Ternyata sebelum pergi, Sea membacok kaki Archer, hingga sebagian uratnya terputus.
Darah segar langsung membanjiri permukaan lantai, dan Archer mengeluh kesakitan, tapi Sea tak mempedulikannya, dia malah sudah menaiki tangga.
Dan kebetulan sekali saat dia sampai di ruang tamu, terdengar seseorang mengetuk pintu rumahnya.
Tok! Tok!
"Iya, sebenyar!" teriak Sea.
Ceklek!
Sea membuka pintu rumah.
"Hey, Alice, kau tidak berangkat kerja?" sapa Sea dengan ramah.
"Tidak, aku tadi bangun kesiangan," jawab Alice.
"Wah bagaimana bisa? Kau itu, 'kan gadis yang rajin?" tanya Sea.
"Ah, Sea, aku ingin bebicara sesuatu denganmu," ujar Alice mengalihkan pembicaraan.
"Kau, ingin bicara apa, Alice?"
"Boleh aku masuk ke dalam?" tanya Alice.
"Oh, tentu saja, mari silakan masuk,"
Lalu Alice duduk sambil menatap tajam kearah Sea yang sedang duduk di sampingnya.
"Sea, aku ingin bertanya tentang, Archer!" tegas Alice terang-terangan.
"Archer? Siapa dia?" tanya Sea pura-pura tidak tahu.
"Dia, adalah lelaki yang menitipkan kue kepadamu waktu itu," jawab Alice.
"Owh, jadi pria itu bernama, Archer?" tanya Sea memastikannya.
"Yah, dia berbama Archer, dan aku ingin mendengar kejujuranmu. Apa benar kau yang sudah menuliskan surat untuk Archer, dan mengaku jika itu tulisanku?" desak Alice.
'Sial!' umpat Sea di dalam hati.
"Su-surat? Surat apa?" tanya Sea masih berakting tidak tahu-menahu.
"Sea, tolong jangan berbohong kepadaku? Aku yakin kau yang sudah menulis surat itu? Dan di mana Archer, sekarang?!" tanya Alice.
"Astaga, mana aku tahu dia ada dimana? Lagi pula kau ini sedang bicara apa saja aku juga belum memahaminya," ujar Sea dan dia juga memasang wajah yang sedih.
Alice melihat kearah lengan kaos panjang Sea, dan terdapat percikan darah, seketika Alice meraih tangan Sea dengan paksa.
"Darah? Lagi-lagi selalu ada darah? Kau itu sebenarnya siapa, Sea?!" cacar Alice.
"Alice ... kenapa kau bicara begitu?" tanya Sea, "aku salah apa, Alice?"
"Sea, jujur aku ini sangat curiga kepadamu sejak awal bertemu, kau selalu keluar rumah dengan pakaian yang ada noda darah, dan bahkan kau juga membuang pakaian, Gadis Bisu waktu itu yang penuh darah. Padahal aku masih ingat betul wajah gadis itu memang dipenuhi luka lebam, tapi tak ada sedikitpun yang berdarah! Lalu bagaimana bisa kau membuang pakaianya yang berlumuran darah di dalam tong sampah!?" Alice langsung meluapkan emosi dan segala rasa penasarannya terhadap Sea
"Tapi, aku tidak melakukan apapun, Alice, dan aku mohon, jangan menuduhku yang tidak-tidak, apa lagi sampai menuduhku sebagai pembunuh!" keluh Sea sambil pura-pura menangis.
"Alice, aku ini hanya seorang gadis yang lemah, aku ini benar-benar rapuh ... aku baru saja kehilangan suamiku, dan kupikir dengan adanya dirimu sekarang, aku bisa merasa nyaman, karena ada kawan yang senasib dan bisa aku ajak untuk saling berbagi. Aku pikir kau teman yang baik, tapi mengapa kau malah menuduhku yang tidak-tidak seperti ini?" Air mata Sea kian deras membanjiri wajahnya.
"Sea ... kau jangan menangis, kalau begini aku yang jadi kelihatan bersalah?"
"Bagaiamana aku tidak menangis, jika seseorang yang sudah kupercaya tiba-tiba menuduhku yang tidak-tidak, kau ini teman macam apa, Alice?!"
To be continued