Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 16 - Kembali Curiga

Chapter 16 - Kembali Curiga

[Alice, bagaimana Archer bisa hilang?!]

"Maafkan aku, Bella, tapi aku dan para rekan kerja Archer benar-benar tidak tahu keberadaannya, kami sedang berusaha mencarinya!" jawab Alice.

[Ya, Tuhan! Bagaimana ini? Suamiku hilang!?] tangis Bella pecah.

"Bella, tenangkan  hatimu, Bella, percayalah jika Archer pasti baik-baik saja," ujar Alice.

[Bagaimana aku bisa tenang, Alice, kalau keberadaan suamiku saja aku tidak tahu? Bagaimana kalau dia itu sedang dalam bahaya?!]

"Bella, yakinlah, jika Archer baik-baik saja, kau harus kuat demi, Daniel dan Diana, berdoalah yang terbaik untuk Archer," pinta Alice.

Dia terus berusaha menenangkan kakaknya, tapi Bella masih tampak belum tenang, isak tangis sesenggukan masih terdengar jelas lawat telepon.

Tapi Alice tak mau menyerah, dia berusaha meyakinkan Bella jika Archer baik-baik saja.

Perlahan tapi pasti akhirnya  Bella mulai sedikit tenang dan dia mengakhiri panggilan teleponnya.

"Nona Alice, siapa yang menelpon Anda?" tanya Rose.

"Dia kakakku, Nyonya," jawab Alice.

"Aku dengar ada yang hilang, siapa yang hilang? Apa kerabat Anda, ada yang hilang juga?" tanya Rose.

"Ah benar, Nyonya, kakak iparku tiba-tiba menghilang entah kemana. Dia sedang bertugas di kota ini, tapi dimulai dari kemarin malam, dia seperti lenyap begitu saja," tutur Alice.

"Astaga, aku ini benar-benar orang yang tak tahu diri, aku sudah pergi dan mengiba kepada orang yang saat ini juga sedang dalam kesulitan karena kehilangan seseorang. Maafkan saya, Nona Alice," Rose tampak menundukkan wajahnya.

"Tidak apa-apa, Nyonya, saya tidak keberatan Nyonya, sungguh. Hanya saja agak sedikit heran kenapa kita malah memiliki masalah yang sama. Livy  belum ditemukan dan sekarang malah kakak iparku yang hilang, sebenarnya ada apa dengan kota ini?"  rutuk Alice.

"Entalah, Nona. Aku malah berpikir jika penculiknya itu sama," imbuh Rose.

"Kenapa Nyonya, berpikir jika ini semua adalah ulah penculik?" tanya Alice.

"Aku tidak tahu juga, Nona. Tapi masa iya para polisi saja sampai tak menemukan putriku, padahal aku juga sudah menyebar pamflet, dan sekarang malah kakak ipar, Anda?" pungkas Rose.

Sebenarnya Alice pun masih mencurigai Sea. Tapi kecurigaanya itu hanya sekitar 50 persen saja. Karena rasanya tidak mungkin jika Sea adalah penculikannya. Sea adalah orang yang sangat baik, lemah lembut, dan ramah.

Tentu saja tidak akan mungkin jika dia yang sudah menculiknya.

Tapi di sisi lain, satu-satunya orang yang terakhir melihat Livy dan Archer adalah Sea.

"Aku juga tidak mungkin bertanya lagi kepada, Sea. Karena sudah pasti dia akan marah kepadaku," gumam Alice.

"Nona Alice, bicara apa?" tanya Rose

Seketika Alice mengerjap dengan cepat.

"Ah tidak, Nyonya!" jawab Alice dengan cepat.

Lalu Rose membuka ponselnya dia melihat pesan masuk dan setelah itu dia berpamitan kepada Alice.

"Nona Alice, saya permisi dulu ya, karena suami saya menyuruh saya agar segera pulang," ujar Rose.

"Ah baiklah, Nyonya, hati-hati di jalan," tukas Alice.

"Baik, Nona, sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena sudah mengizinkan saya mampir dan mau mendegarkan keluh kesah saya,"

"Iya, Nyonya, sama-sama," jawab Alice dengan senyuman yang ramah.

Wanita paruh bayah itu berlalu pergi, sementara Alice masih berdiri sambil memandangi kepergian si wanita.

Sekejap dia kembali teringat dengan ucapan Sea tadi. Yang tiba-tiba Sea berkata jika dia 'bukanlah seorang pembunuh atau pengoleksi mayat'

Hal itu terasa aneh, walau tadi Sea sudah menyangkalnya, tapi tetap saja hal itu masih terdapat keanehan.

Pikiran Sea terlalu jauh melampaui akal sehat. Alice terdiam sesaat dan mencerna baik-baik ucapan Sea tadi.

"Sea bicara begitu bisa jadi apa yang dia sangkal itu benar adanya," gumam Alice.

"Berarti, Sea ...?" Alice menajamkam penglihatannya.

"Dia itu benar-benar, Pembunuh!?"

Seketika tubuh Alice terasa panas dengan jantung yang berdebar-debar begitu cepat.

Alice bingung harus berbuat apa, untuk membuktikan kecurigaannya ini, karena tidak mungkin juga dia tiba-tiba masuk ke rumah Sea tanpa alasan.

Kalau sampai dugaannya salah, dan Sea mengetahui jika Alice masih mencurigainya, maka hal ini bisa mmbuat hubungan Sea dan Alice menjadi buruk.

Alice tak mau mendapatkan masalah lagi, baru saja dia hidup tenang di kota ini, dan  perlahan bisa melupakan Carlos, tapi malah timbul masalah baru.

"Aku harus bagaimana? Dan satu-satunya orang yang saat ini aku percaya adalah Felix, yah! Aku memang harus segera menemuinya!" Alice segera meraih sepedanya, tapi sayangnya dia baru teringat akan suatu hal....

"Astaga! Kenapa aku baru ingat? Felix, 'kan sedang pergi ke Oxford! Dia sedang berkunjung di rumah saudaranya di sana!"

Alice pun mengurungkan niatnya, dia kembali duduk di sofa dengan wajah kecewa.

"Aku tidak mungkin pergi ke Oxford sekarang, dan aku juga tidak mungkin bisa menemui Sea sekarang, aku takut jika dia nanti akan marah karena aku sudah mencurigainya.

"Hais, bagaimana ini?" Alice tampak tak tenang dan berkali-kali menggaruk-garuk kepalanya sambil menggigit kuku jari.

Dia berharap akan  ada keajaiban, dan bisa menemukan titik terang untuk masalah ini.

"Ya, Tuhan, tolong berikan jalan,"

Tok! Tok!

"Ah, siapa itu?" Alice tampak tersentak.

"Alice!" Seseorang memanggilnya.

"Itu, 'kan suara  Felix!" Alice pun langsung berdiri dan  berlari membukakan pintu.

Ceklak!

"Felix! Kau tidak jadi pergi?" tanya Alice.

"Aku tidak jadi pergi sekarang, mungkin lusa aku baru pergi ke sana," jawab Felix.

"Baguslah, karena ada hal penting yang ingin aku katakan kepadamu!" tukas Alice dengan wajah yang panik.

"Ada apa, Alice? Kenapa kamu klihatan panik begitu?" tanya Felix.

"Felix, selain Livy yang menghilang, sekarang kakak iparku juga menghilang," tukas Alice.

"Ah, maksudnya?" tanya Felix.

Lalu Alice pun menjelaskan semuanya kepada Felix, termasuk kecurigaannya terhadap Sea.

Bahkan Alice juga menceritakan kepada Felix, tentang sikap Sea yang terkadang sangat aneh, dan bercak darah yang beberapa kali ia temukan di pakaian yang dikenakan oleh Sea.

"Apa kamu yakin jika Sea itu adalah seseorang yang memiliki kelainan mental dan suka mengoleksi mayat?" tanya Felix.

"Entalah, aku sebenarnya antara yakin dan tidak yakin juga akan hal itu. Tapi satu-satunya orang yang terakhir kali, bertemu dengan Livy dan Archer adalah, Sea!" tegas Alice.

"Baiklah aku akan melaporkan ini kepada rekanku yang seorang Polisi, semoga saja dia bisa menyelidiki hal ini," tukas Felix.

"Tapi, aku mohon tolong rahasiakan identitasku, jangan bilang kalau aku yang awalnya mencurigai Sea, dan melaporkan ini kepadamu, karena aku tidak mau hubunganku dengan Sea menjadi rusak," pesan Alice.

"Tenanglah, Alice, aku jamin Identitasmu akan aman," pungkas Felix.

"Terima kasih, Felix, lagi-lagi hanya kau yang bisa menolongku,"

To be continued