Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 12 - Khawatiran Bella

Chapter 12 - Khawatiran Bella

Dengan sorot mata yang dingin, Sea menghampiri Archer yang tak sadarkan diri.

Drrrt....

Ponsel milik Archer bergetar dengan layar menyala.

Sea segera meraih benda pipih itu.

Setelah dicek, ternyata sebuah pesan dari istrinya Archer.

Bella menulis pesan untuk suaminya.

[Archer, apa benar kau akan pulang besok? Daniel dan Diana sudah menanyangkan kepulanganmu terus]

Tulisan dalam pesan yang dikirimkan oleh Bella.

"Dasar lelaki, Hidung Belang! Sudah beristri masih saja menyukai wanita lain," gumam Sea.

Sea pun langsung membalas pesan dari Bella.

[Istri tersayangku, maafkan sumimu ini ya, mungkin besok aku belum bisa pulang. Dan kalau sampai bulan depan aku belum pulang juga, kau boleh mencari pria lain sebagai penggantiku] tulis Sea.

Setelah pesan terkirim, Sea mencopot kartu dan batrai dalam ponsel itu.

Lalu dia membuangnya di tong sampah.

"Baiklah, Tuan Archer, si Tukang Selingkuh, aku akan membuatmu tak bisa selingkuh selamanya," gumam Sea seraya menarik tubuh Archer.

Obat tidur dosis tinggi yang diberikan Sea untuk Archer kini membuat Archer benar-banar tak bisa berbuat apa-apa.

Dia tak juga bangun meskipun Sea tengah menarik tubuhnya dan membawannya masuk ke ruang bawah tanah.

Sesampainya di sana, inilah hal yang paling di tunggu-tunggu oleh Sea.

Wanita bermata biru itu mulai berbicara dengan para mayat kering yang dia anggap sebagai keluarganya. Sea mengenalkan Archer kepada mereka semua.

"Hai semuanya, aku menemukan sampah di jalanan, mungkin kalian tidak akan menerima, si Tukang Selingkuh, ini sebagai keluarga, tapi setidaknya kita bisa menjadikan dia sebagai pembantu!" Sea menyeringai seram.

"Aku akan menaruh Anda, di sini, Tuan Archer. Aku akan membunuh pria seperti Anda itu secara perlahan. Karena kalau terlalu cepat dibunuh rasanya kurang seru," pungkasnya sambil tersenyum tipis. Sea mengikat seluruh tangan dan kaki Archer dengan tali tambang.

"Aku suka menyiksa pria hidung belang, ah ... bukan menyiksa, tapi lebih tepatnya bermain," ujar Sea dengan senyuman jahat.

Setelah itu dia keluar dari ruang bawah tanah itu.

Dan dari balik jendela Sea melihat rumah tetangganya masih tampak kosong.

"Dia belum pulang ya?"

"Haha, baguslah ...,"

Sea duduk di sofa sambil membaca buku resep masakan.

***

Sementara itu, Bella tampak gusar setelah menerima balasan chat dari Archer.

"Kenapa, Archer, membalas pesanku dengan kata-kata seperti ini?" gumam Bella.

Berkali-kali dia berusaha menelepon suaminya tapi nomornya sudah tidak aktif.

"Archer, kau itu kenapa sih, Sayang!" Bella semakin khawatir saja. Wajahnya panik sambil berjalan mondar-mandir dengan tangan menempelkan ponsel di telinganya, berharap sang suami mengangkat telepon darinya.

"Ibu, kenapa Ibu tidak tidur?" tanya Diana, putri kecil Bella.

"Ah, Ibu sedang menelepon ayahmu, Sayang," jawab Bella.

"Ibu, bilang Ayah, sedang bekerja, kalau begitu, sebaiknya Ibu tidur saja, jangan menggangu, Ayah," ujar Diana.

Bella mengelus rambut putrinya.

Bocah yang kini baru berusia 5 tahun itu menatap wajah sang ibu dengan nanar.

Tampaknya sedang ada masalah dengan ibunya.

Tapi entah masalah apa, dia tak paham betul urusan orang dewasa.

"Diana, kamu tidur lagi ya," suruh Bella kepada Diana.

"Iya, Bu. Aku akan tidur, tapi Ibu juga tidur ya, aku ingin tidur sambil dipeluk ibu," ujar Diana.

Sebuah permintaan yang sangat jarang sekali diucapkan oleh Diana.

Bisanya gadis kecil berambut pirang bergelombang itu selalu mandiri, jangankan dipeluk saat tidur, pergi ke toilet sendiri saat malam pun dia berani.

Diana dan Daniel adalah kedua anak yang sangat pemberani dan mandiri.

Tapi entah mengapa malam ini Diana ingin tidur sambil dipeluk sang ibu.

Bella pun bertanya kepada putrinya atas sikap Diana yang berbeda.

"Diana, jadi tidur sekarang?"

"Iya, Bu,"

"Yasudah, ayo kita tidur, biar Ibu memelukmu," ujar Bella.

"Baik, Bu," jawab Diana.

Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasur tepat di samping sang Kakak yaitu Daniel.

Lalu Bella tidur di sampingnya sambil memeluk Diana.

Pelan-pelan Bella bertanya kepada Diana.

"Diana, tumben sekali ingin dipeluk sama Ibu, memangnya ada apa?" tanya Bella.

"Aku takut, Bu," jawab Diana.

"Takut apa?"

"Aku takut saja, entah mengapa perasaanku menjadi tak tenang, Bu. Aku selalu teringat wajah ayah," jelas Diana.

'Kenapa, Diana, berbicara seperti itu, ternyata kami memiliki perasaan yang sama. Oh, Tuhan bagaiamana ini, tolong lindungi Archer,' bicara Bella di dalam hati.

Meski dia merasa khawatir dengan keadaan suaminya, tapi Bella tak boleh terlihat rapuh di depan putrinya, karena hal itu bisa membuat Diana semakin bersedih saja.

"Diana, percaya dengan Ibu, kalau Ayahmu itu baik-baik saja," ujar Bella.

"Bagaimana Ibu, bisa bicara seperti itu?" Gadis polos itu bertanya lagi.

"... karena Ayah, saat ini sedang bekerja, dia tak bisa diganggu. Diana merasa sangat khwatir itu mungkin karena sedang merindukan Ayah. Jadi sebaiknya Diana tidur, dan doakan Ayah supaya baik-baik saja," tutur Bella menasehati putrinya.

"Begitu ya, Bu?"

"Iya, ayo tidur,"

Dalam pelukan hangat Bella, akhirnya gadis kecil itu mulai memjamkan mata dan terlelap.

Namun Bella masih terjaga, dia teringat dengan Alice.

"Alice, 'kan juga ada si sana, mungkin dia bisa membantuku untuk memberikan kabar tentang Archer, karena letak lokasi shooting tempat Archer bekerja itu tak jauh dengan tempat tinggal Alice," Bella segera beranjak dari tempat tidurnya dan dia kembali meraih ponselnya.

***

Drrt....

"Ah, siapa malam-malam begini menelponku?" Alice meraih ponsel dari sakunya.

Wanita itu baru saja pulang ke rumah dia tidak jadi menginap di rumah temannya.

"Halo, Bella! Ada apa?"

[Alice, apa aku boleh minta tolong?]

"Tentu saja, jika aku bisa pasti aku akan menolongmu," jawab Alice.

[Alice, aku mohon tolong datang ke lokasi shooting tempat Archer bekerja, aku ingin tahu keadaan Archer,] ujar Bella.

"Memangnya ada apa dengan suamimu itu?"

[Entahlah, dia tadi mengirim pesan kepadaku dengan kalimat yang aneh, dan setelah itu nomornya tidak aktif lagi. Aku dan Diana sangat mengkhawatirkan Archer. Jadi aku mohon tolong datang ke tempat Archer bekerja dan beritahu aku tentang kondisinya,] tukas Bella.

'Kalau aku datang ke sana yang ada, si Hidung Belang, itu akan semakin mengira aku memberikan harapan kelapadanya,' bicara Alice di dalam hati.

[Bagaimana, Alice, apa kau mau membantu ku?] tanya Bella.

Meski sangat malas untuk bertemu Archer, tapi Alice juga tak mau mengecewakan Bella, sehingga dia terpaksa menuruti pinta Bella.

"Ah baiklah, Bella, bisa kau kirim alamat tempat Archer bekerja, besok pagi-pagi sekali aku akan pergi ke sana," tukas Alice.

[Terima kasih, Alice, aku akan mengirimkan alamatnya lewat pesan,] sahut Bella.

Meski tak tenang sepenuhnya, tapi setidak beban pikiran Bella dapat berkurang, karena Alice bersedia untuk membantunya.

To be continued