Chereads / The Sun and The Curse / Chapter 12 - Kenangan lama : Bunga merah muda.

Chapter 12 - Kenangan lama : Bunga merah muda.

Pria yang ada di hadapannya sungguh membuat jatuh hati dari seorang perempuan. Ketampanan yang memancarkan cahaya rembulan sangat meredup lagi berarti. Zhi Yang termangau diam dengan tipuan wajah dari Zhao Yang.

Zhao Yang mendekati dirinya sembari memperhatikan raut diamnya yang sama sekali tak bergerak.

"Nona, kau baik-baik saja?"

Zhao yang menatap datar sambil melambaikan tangannya.

"Oh!" sergah Zhi Yang menjatuhkan pandangannya.

Maka, satu wanita cantik layaknya matahari bertemu dengan seorang lelaki jantan yang bersinar bagaikan mata bulan. Kedua-duanya sangat menjanjikan dunia romantisme yang tersirat.

"Nona, kau terluka?"

Tiba-tiba, suara merdu itu berayun sempurna di antara dinginnya malam. Zhi Yang lagi-lagi terayun perlahan ketika mendengar ucapan merdu yang pernah ia ingat di masa lalunya. Sepuluh tahun yang lalu, ia pernah mendengar ucapan dari seorang pemuda dengan nada yang sama.

Zhi Yang mendongakkan dagunya perlahan menatap wajah Zhao Yang, dimana dirinya tidak mengetahui satu sama lain.

"O, aku baik-baik saja."

Sahutan Zhi Yang merunduk malu.

"Mau kuantar kau pulang? Sangat berbahaya jika kau berjalan sendirian malam-malam begini."

Zhao Yang melirik ke seluruh penglihatan.

Zhi Yang spontan mendongakkan wajahnya menatap raut Zhao Yang sambil menggoyangkan jemarinya untuk menolak dirinya. "Ah … tidak masalah! Aku sudah terbiasa sendiri," ungkapnya.

"Tapi, aku sungguh berterima kasih kepada tuan karena sudah menolongku," lirihnya agak merunduk.

"Itu tidak masalah, mari kuantar!"

Balasan Zhao Yang dengan senyuman manisnya.

Zhi Yang akhirnya terbawa oleh rayuan si pria tampan dengan penampilan yang sangat menggoda tersebut. Ia pun mengikuti langkah pria itu menuju jalan kepulangan.

"O, di mana rumahmu?"

Zhao Yang berpura-pura menjulurkan tangannya.

"Di atas bukit," tunjuk Zhi Yang agak ragu-ragu.

Zhao Yang menganggukkan kepalanya, "O, baiklah!"

Dengan cekatan, Zhi Yang menarik lengan si pria tersebut hingga tubuhnya terayun lalu menatap wajah dirinya lebih dekat.

"Hah! Ada apa?"

Zhao Yang terheran.

"Sampai di bawah bukit saja, Tuan. Aku bisa naik sendiri ke sana," pintanya melirih.

Zhao Yang menaikkan alis, sembari melihat tangan Zhi Yang yang perlahan merangkak naik lalu melepaskan dirinya. Zhi yang membungkukkan tubuhnya, "Maaf sudah merepotkanmu, Tuan! Aku sungguh berutang budi padamu."

Zhi Yang merasa terenyuh.

"Aku tidak tahu harus membalasmu dengan apa?" keluhnya melanjutkan.

Zhao Yang menegakkan tubuhnya, "Ehem! Jangan dipikirkan. Aku bukan tipe orang yang suka diberi balasan budi, tenang saja!"

"Tapi, Tuan! Hidupku dipertaruhkan karena tidak bisa membalas. Maukah besok kau berjanji kepadaku untuk menerima hadiah dariku?"

Zhi Yang spontan memaksa.

Nah! Kali ini, apa yang direncanakan oleh Zhi Yang kepada pemuda tersebut? Zhao Yang yang harus memegang janji dengan wanita yang baru saja ia kenal ini menjadi sangat keberatan baginya.

"Hmmm," dengus Zhao Yang agak keberatan.

"Tenang saja! Aku hanya ingin membalas jasa, setelah itu aku tidak akan memaksamu," pintanya lagi, sembari membungkukkan tubuh dengan sedikit memejamkan matanya.

"Hm, baiklah! Aku menerimanya."

Zhao Yang melebarkan senyumannya.

Zhi Yang mendongakkan tubuhnya, sembari membalas senyuman manis ke arahnya. "Terima kasih, Tuan!" sahutnya ceria.

"Ayo, kita lanjutkan perjalanannya!"

Zhao Yang memberi jarak dan kenyamanan.

Kini, Zhao Yang akhirnya menemani teman kecil. Pada akhirnya, mereka masih saja tidak saling mengenal karena sudah cukup lama setelah sekian tahunan. Beberapa tahun silam telah berlalu.

Apalagi, perpisahan mereka dipisahkan dengan sebuah kejadian yang tidak mengenakkan mata memandang. Keduanya saling menatap dan saling mendiam di antara jalanannya.

"Kau selalu berjalan sendiri?" tanya Zhao Yang penasaran.

Zhi Yang menganggukkan kepalanya sekali sembari merundukkan pandangan, "Hm, aku selalu sendirian. Di sini biasanya tidak ada orang yang seperti mereka tadi. Tapi, entah kenapa aku bertemu mereka di malam hari," keluhnya sambil melirik wajah Zhao Yang.

Keduanya pun melewati jembatan kecil yang akan memisahkan mereka di ujung perjalanan. Namun, Zhi Yang menghentikan langkahnya ketika bunga sakura masih mekar di tengah malam.

Sinar obor jalanan menerobos para bunga merah muda hingga memperlihatkan keindahannya.

Zhi Yang terkesima dengan penampakan bunga tersebut.

"Kau menyukainya?" tanya Zhao Yang perlahan.

Sontak, mata Zhi Yang terhenti memandang bunga merah muda itu berada. Mendengar kata-kata yang pernah ia dengar dari seorang teman lelakinya di waktu kecil. Perlahan, ia menoleh ke raut si pemuda yang sudah dewasa itu sedang memperhatikan dirinya.

"Nona," sapa Zhao Yang dengan kehangatannya.

Zhi Yang menatap lurus dari wajah Zhao Yang, di ujung penglihatannya ada kisah masa lalu sekitar sepuluh tahun yang lalu.

"Kau menyukainya?" tanya Zhao Yang.

"Hm, aku menyukai warnanya," ungkap Zhi Yang.

"Warna merah muda pertanda suka sekaligus kasih sayang. Penuh kebahagiaan di setiap hari. Bunga ini melambangkan kebahagiaan, bunga dari Jepang ini ditanam saat terjadi kedatangan orang-orang ke sini," jelas Zhao Yang.

"Ah!" sergah Zhi Yang terkinjat ketika dirinya berusaha bangkit dari lamunannya.

Sosok pria di depan dirinya bukanlah orang yang sama di masa lalu. Zhi Yang menggelengkan kepalanya sekali, lalu kembali menatap pria yang asing baginya sangat ini.

"Kau baik-baik saja?"

Zhao Yang sambil keheranan.

"Ya, aku baik-baik saja," sahut Zhi Yang terlonjak.

"Kau tampak memucat dan termangu sesaat. Ada yang membuatmu terluka atau semacamnya?" lontar Zhao Yang.

"Ah, tidak. Ayo, kita lanjutkan perjalanan! Aku juga sudah hampir mengantuk."

Dengan perlahan, Zhi Yang mengelakkan tubuhnya lalu menuju langkah berikutnya.

Zhao Yang yang termenung dibuatnya, kembali menatap warna merah bunga dari bunga tersebut. Tapi, warna itu mengingatkannya kembali pada kisah masa lalunya. Zhao Yang kembali melanjutkan langkah untuk menemani kepulangan Zhi Yang menuju rumahnya.

Kali ini, jarak menjadi pemisah di antara mereka. Zhi Yang lebih mempercepat langkahnya setelah bertemu dengan gerbang pemisah antara kota dengan desa dalam. Zhi Yang menghentikan langkahnya, sembari memiringkan pandangan sambil merunduk hormat.

"Tuan muda, sampai di sini dulu! Aku akan memberi hadiah untukmu di hari esok kita berjumpa. Kau bisa menungguku ketika matahari sudah di tengah tiang, tepat di dekat jembatan tadi," pinta Zhi Yang melirih.

Zhao Yang mengangguk sambil membungkuk rapi ke depan dirinya, "Baiklah, Nona. Hati-hati di jalan!" balasnya.

Zhi Yang tak melanjutkan sahutan lagi, tetapi Zhao Yang memaksa memanggil dirinya kembali.

"Tunggu, Nona!" cegah Zhao Yang.

Zhi Yang pun terhenti saat suara itu menghentikan langkahnya.

"Hmm, kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya Zhao Yang penasaran.

"Wu Yang," sebut Zhi Yang kembali membalikkan badan sambil merunduk.

Zhao Yang mengingatkan satu buah nama, tetapi dirinya tak mampu lagi untuk memekik wanita itu yang sudah menjauhi dari pandangannya.

"Wu Yang??"

Dalam hati dia penasaran.

'Dia tidak seperti gadis itu.'

Zhao Yang berpikir.

Setelah baca wajib taruh ke dalam rak!

Direview juga dong ceritanya biar seru-seruan gitu!

Jangan lupa ikuti IG :@rossy_stories.

Nantikan bab selanjutnya yang banyak kejutan. Terima kasih.