"Tuan muda."
"Tuan muda."
"Zhao Yang."
"Zhao Yang."
Jing Mi berusaha menepuk pipi dari Zhao Yang yang tertidur dengan dengkurannya yang meringis di atas meja. Wajah yang sudah kemerahan membuat dirinya jauh dari kesadaran.
Sementara itu, di depan meja terlihat seorang gadis cantik bersama dengan wanita sebaya dengan sang paman.
Tiba-tiba, Zhao Yang terayun dan terdengar oleh keluhan dari rintihan serta teguran dari Jing Mi. Dirinya terperanjak ketika melihat tubuh dua orang wanita yang ada di depan pandangannya.
"Hah?!!" sergah Zhao Yang sontak berdiri sambil memundurkan langkahnya.
Kini, penglihatannya sangat kacau dengan penglihatan yang sedikit kabur dari biasanya. Salah satu tangannya meraba pelan kepalanya sambil menahan rasa pusing dari tidurannya.
"Aku kenapa?" keluhnya meringis.
"Tuan, tuan sedang ketiduran di atas meja. Tuan sudah terlalu banyak minum. Itulah kenapa tuan bermimpi aneh dan menjerit," ungkap Jing Mi kepada dirinya.
"Hah? Bibi??" sapa Zhao Yang mulai menyadarkan dirinya ketika melihat dua wanita ada di hadapannya.
Tepat ia merasakan hal memalukan karena tertidur di atas meja dengan keadaan mabuk parah.
"Maafkan aku, dan apa yang sedang terjadi? Aku tadi melihat wanita yang sedang menggoda diriku," ungkapnya dengan kata-kata yang tak karuan.
"Aiiish, kau ini! Mana ada wanita di sini? Itu hanya adik sepupumu, jangan berkhayal konyol!" gerutu sang bibi menepuk bahu Zhao Yang dengan menggeram.
Zhao Yang akhirnya terperanjak dan segera meraih kursi yang ada di depan penglihatannya. Dibantu oleh Jing Mi untuk membuat dirinya menopang tubuh meraih kursi yang tak jauh dari pandangan.
Jing Mi berdiri dengan tegaknya sambil menjaga posisi Zhao Yang agar tak terhempas oleh kehilangan kesadarannya. Kedua wanita itu pun menduduki kursi lalu memperhatikan lurus ke bola mata Zhao Yang setengah sadar itu.
"Apa yang kau mimpikan?" sebut sang bibi menyorot mata tajam ke arahnya.
Zhao Yang mulai menegakkan tubuhnya, mencoba memperkokoh pertahanan tubuhnya agar tak melumpuh hingga merebah.
"Bukan apa-apa, Bi. Aku hanya bermimpi aneh," ungkapnya sedikit malu.
"Kami tidak ingin mengacaukanmu saat ini. Tapi, kami jadi masuk karena mendengar rintihan darimu," sebut sang bibinya.
"Bibi, aku memalukan sekali!" gerutunya.
"Itulah kenapa kau terlalu lama melajang," keluh sang bibi menggerutu.
"Terlalu lama bagaimana? Umurku masih 25 tahun, Bi," sebut dirinya membela.
"Itu sudah cukup matang, Bodoh!" sosor sang bibi.
"Ibu, sebaiknya aku kembali ke kamar dulu," pamit dari sang putri bibinya.
Zhao Yang merundukkan pandangan ke arah adik sepupunya dengan sepenuh hati. Dimana wanita cantik itu terlihat menahan tawa karena sudah melihat kekonyolannya dalam tidur yang merintih.
Betapa malunya Zhao Yang ketika mendapatkan tatapan hal demikian di raut wanita yang memiliki hubungan marga dengannya.
"Baiklah, pergilah!" sahut bibi Zhao Yang kepada putrinya.
Wanita itu pun meninggalkan ruangan secara perlahan. Dilihat dari penampilan dirinya, dia bukanlah gadis lagi.
"Dia kenapa di sini?" tanya Zhao Yang penasaran.
"Suaminya kebetulan sedang bercuti, jadi dia mampir ke sini," ungkap sang bibinya.
"O, begitu?" sebut Zhao Yang menggangukkan kepala.
"Ayolah, kapan kau akan seperti adik sepupumu itu? Dia bahkan menikah di umur 20 tahunnya," sebut sang bibi.
"Bibi, jangan bicarakan itu lagi! Aku tidak ingin memikirkannya," keluh Zhao Yang memalingkan raut malunya.
Wanita sebaya pamannya mulai beranjak dengan tatapan lurus ke arahnya, "Bibi kembali ke kamar dulu," pamitnya.
"Iya, Bi," sahut Zhao Yang mengangguk pelan.
Dilihatnya wajah Jing Mi dengan sangat serius tanpa sepatah kata pun. Posisi yang tak biasa ia tetap menjaga dirinya berada di dalam rumah. Zhao Yang mulai memperhatikan Jing Mi dengan tatapan keheranan.
"Kenapa kau ke sini?" tanya Zhao Yang curiga.
"Aku hanya menunggu tuan agar tidak jatuh dari kursi," ungkap Jing Mi.
"Hei, aku bukan orang tua," gerutu Zhao Yang merasa kurang nyaman.
"Tenang saja, Tuan! Apa perlu aku menemanimu ke rumah cantik? Di sana kau bisa menemukan banyak hiburan," usul dari Jing Mi membungkuk.
"Maafkan aku, Tuan," sebutnya berlanjut.
"Hei, berani sekali kau?! Aku tidak perlu wanita," keluh Zhao Yang merasa dilecehkan karena mimpinya yang sangat membuatnya menaikkan hormon sang lelaki.
"Maafkan aku, Tuan. Aku permisi!" pamit Jing Mi beranjak dari dalam ruangan.
"Hei, mau lari ke mana kau?! Kau??" sebut Zhao Yang beranjak dan ingin mengejarnya.
Zhao Yang menggerutu dengan bibir membengkok. Tatapannya sedikit terpantul mencemaskan dari dalam jiwa pria perkasa. Ketika ingatannya mengingat mimpi yang sangat jorok, akhirnya ia mulai gelisah dengan segala pemikirannya.
"Aiiish, mimpi yang mengerikan!" keluh Zhao Yang menggusar-gusar wajahnya.
Ia pun kembali menuju pintu keluar lalu melirik wajah Jing Mi yang terdiam sambil menahan senyuman.
"Kau membuatku jadi takut!" resah Zhao Yang mendengus.
Jing Mi akhirnya melepaskan bibir merapatnya, pecah karena ulah dari tingkah sang tuan yang menjerit karena wanita dalam mimpinya.
"Hahaha," kekehnya.
"Hei, diamlah!" geram Zhao Yang memajukan langkahnya.
"Heh!" kekeh Jing Mi lagi.
"Oho!!" erangnya lagi.
Jing Mi akhirnya merundukkan pandangannya dan mulai mendiamkan diri dengan cara awal. Zhao Yang cukup merasa lega ketika melihat sosok pria yang ada di depan matanya sudah terlihat lebih mematung.
"Bagus!" sebut Zhao Yang.
"Ikut aku!" pintanya kepada Jing Mi.
"Baik, Tuan!" sahut Jing Mi dengan tegas.
Keduanya menginjakkan kaki ke atas tanah, di bawah rembulan yang terang benderang masih menyinari ke seluruh penglihatan. Terutama pada pandangan yang akan mengarah mereka pada sudut taman perumahan.
Zhao Yang menghentikan langkahnya ketika menatap pepohonan Plum yang berdiri eloknya.
"Kita harus ke rumah cantik itu!" putus Zhao Yang dengan tegas.
"Hah? Bukannya tuan tadi bilang tidak mau?" keluh Jing Mi terheran.
"Hei, aku ke sana bukan untuk wanita. Tapi, untuk melihat pria itu," sebut Zhao Yang.
"O, begitukah?" sebut Jing Mi menganggukkan kepalanya.
Zhao Yang pun kembali membalikkan badan untuk segera meninggalkan perumahan. Menuju rumah cantik yang ada di sudut perkotaan. Sebuah tempat hiburan telah terlihat di ujung penglihatan. Keduanya berhenti sambil memperhatikan ke seluruh jalanan.
Terlihat para lelaki genit memegangi dua bahu dari dua wanita yang terkekeh geli. Seorang wanita cantik menghampiri dirinya sambil merunduk hormat.
"Tuan, Anda butuh tempat? Kami punya pilihan terbaik untukmu," tawar si wanita itu ditemani seorang pelayan perempuan.
Zhao Yang mendelik lebar ketika melihat si wanita tersebut. Pandangannya beralih menatap Jing Mi yang hanya mengangguk sambil mengedipkan kedua bola matanya. Zhao Yang pun menatap lurus dengan satu tujuan yang ada di sorotan ke arah Jing Mi.
***
Zhi Yang menduduki sudut lantai rumah yang ada di depan halaman rumah depan pengobatan. Dari pemandangan yang ada, banyak bahan-bahan pengobatan yang bergelantungan ke segala tiang pintu.
Namun, tatapannya mengarah pada satu tujuan, yakni bulan terang yang ada di ujung langit gelap.
Seorang pria mendekati dirinya tanpa harus memperlihatkan wujud dari wajah.
Sontak, Zhi Yang terkinjat ketika melihat kehadiran dari sosok pria tersebut.
"Hah!!" sergahnya.