Malam menjadi perpisahan di antara mereka. Satu bulan belum tentu bisa mengenali dari banyaknya bintang, tetapi satu bintang dapat mengenali satu bulan. Maka, ada satu kenangan yang dapat dibuat terkenang untuk mengingat hingga terkemuka.
Sahabat kecil itu sama-sama berbalik badan dan kembali berjalan pada tujuan masing-masing. Pertemuan itu rasanya singkat, seperti sediakala.
Namun, di sisi gerbang pembatas kota. Zhi Yang membalikkan badannya lalu memperhatikan sisi pintu yang tidak tertutup. Ia pun kembali melaju langkahnya sambil mencari-cari.
Tapi, yang terlihat hanyalah orang-orang yang berlalu lalang dengan penampakan pepohonan serta ranting yang bergoyang.
"Huuft, kenapa aku ini?" gerutunya dalam hati.
Zhi Yang kembali membalikkan badannya dan melanjutkan langkahnya menuju atas perbukitan. Dimana kisah mereka baru saja dimulai. Bagaimana dengan hari besok? Zhi Yang terus melangkahkan kakinya melewati beberapa perumahan yang terlihat sepi.
Hanya beberapa yang masih berlalu lalang di tengah malam buta.
"Kenapa aku jadi kepikiran dengan bocah kecil itu?" gumamnya di sepanjang jalannya.
"Nama yang sama denganku, tetapi sayang aku tidak pernah menemukan dirinya. Ya, sudahlah!" gerutunya menatap bukit yang sudah tidak jauh dari pandangan matanya.
Selangkah demi selangkah, kakinya telah menaiki awal perbukitan yang paling aman bagi mereka. Tempat bermukim mereka yang dipenuhi dengan pepohonan menjulang tinggi. Indahnya hijau, kini dinginnya malam menusuk kulit hingga ke dalam pori-pori.
Malam menjadi pemisah antara bulan dan matahari.
***
Di balik pembatas dinding yang memanjang. Desa itu tak terlihat bahkan tak terdengar oleh telinga Zhao Yang. Lelaki muda dan perkasa dengan ketampanan yang tidak diragukan lagi.
Perjalanan pulang kembali menemani dirinya mendekati dinding perumahan panjang. Langkahnya terhenti ketika melihat sosok pria pengawalnya telah berdiri dengan merundukkan pandangannya.
"Tuan, Anda sudah kembali," sapa Jing Mi.
Zhao Yang mengangguk perlahan, "Hm, aku tidak tega melihat wanita tadi berjalan seorang diri," sebutnya.
"Tidak masalah, Tuan! Anda perlu melakukannya, tetapi Hamba masih memantau dirimu takut terjadi sesuatu, maafkan aku," lirihnya.
Zhao Yang menepuk pundak Jing Mi dengan hangat, "Hahah, terima kasih, kau memang seorang pengawal yang bertanggung jawab. Ayo, kita kembali! Lusa kita akan bersiap untuk kembali," putusnya.
"Siap, Tuan!" sahut si pengawal dengan hormatnya membungkukkan badan.
Kedua pria itu pun menyusuri perkotaan yang mulai bersinar begitu megahnya. Namun, masih dalam peradaban masa lalu. Dunia masa lalu dengan nuansa kerajaan. Kota kecil ini masih menjadi bagian dari wilayah kekuasaan raja Li.
Dimana hampir seluruh Kawasan menjadi tanggung jawab penuh dari kerajaan. Seluruh Kawasan yang terlindungi dari segala penjagaan ketat beserta peraturan yang ketat pula.
Kedua pria itu memasuki gerbang untuk memasuki rumah yang terlihat agak sepi. Namun, salah satu pria menyambut kedatangan dirinya dengan sepenuh hati.
"Tuan Zhao Yang, aku mencarimu ke mana-mana. Tapi, kau bahkan tidak muncul," keluh dari pria agak tua dengan pakaian yang sangat mencolok.
"Maafkan aku, Tuan An Ming," sahut Zhao Yang membungkukkan badannya.
"Ayo kita masuk ke dalam! Di sini sangat dingin," ajak si tuan bersapa An Ming.
Si tuan mengajak sambil memegangi lengan dari Zhao Yang. Lalu, siapakah pria yang tampak bermartabat itu?
Jing Mi menghentikan langkahnya ketika tuannya bersama tuan An Ming memasuki ruangan. Maka, penjagaan pun terjadi di malam itu juga.
Di dalam ruangan, telah tersaji minuman di dalam sekoci. Bertumpuk di atas meja bulat dengan beberapa camilan. Tuan An Ming mempersilakan dirinya untuk menduduki kursi ternyamannya.
"Ah, duduklah wahai keponakanku!" tawar dari tuan An Ming tersebut.
Yang ternyata, dirinya sebagai sang paman bagi Zhao Yang. Kalau begitu, marganya pasti memiliki kesamaan dengan ayahnya.
"Ayahmu memang begitu, dia selalu melupakan diriku sebagai kakaknya. Benar-benar adik tidak tahu diri," keluh paman An Ming.
"Hahaha, dia memang sedikit sibuk, Paman," sahut Zhao Yang lebih hangat dari sapaan di luar rumah tadi.
Kenapa?
"Hm, kau benar! Terkadang hidup memang menyakitkan dari semua yang kita kira. Waktu seakan-akan berhenti dan berjalan begitu cepatnya, tetapi kabar seringkali terlupakan," tutur An Ming.
"Paman benar sekali! Paman, baru-baru ini mereka tidak mengenaliku sebagai keponakanmu. Tapi, aku memintamu untuk merahasiakan ini," pinta Zhao Yang yang ternyata memiliki tujuan yang tersembunyi.
"Ya, aku tahu! Makanya kau tadi berpura-pura memanggilku dengan sebutan tuan," sebut An Ming.
"Tidurlah di sini! Lusa kau sudah mau pergi, teganya kau melakukan itu pada pamanmu ini," keluh si pamannya.
"Ya, baiklah. Aku akan menginap di sini sampai aku kembali ke kota Xi'an," putus Zhao Yang tegas.
"Nah, begitu baru menjadi anak jantan!" puji An Ming.
"Hei, hari sudah semakin malam. Paman ingin ke kamar, dulu! Kau pergilah ke kamar yang ada di balik pintu sebelah ini, ya!" pamit sang paman.
"Kenapa begitu tergesa-gesanya, Paman?" keluh Zhao Yang.
"Ah, bukan apa-apa," pungkas sang pamannya.
An Ming meninggalkan dirinya seorang diri. Namun, perasaan dirinya sedikit lebih khawatir dari yang dibayangkan. Sang paman mulai menutupi pintu, tetapi seorang wanita bersama seorang dayang dengan sang bibi memasuki ruangan.
Sontak, Zhao Yang lebih dicengangkan dengan penampilan dari ketiga wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.
"Hah?! Bibi?" sapa Zhao Yang tercengang.
Seorang gadis cantik dengan penampilan menawan, memakai pakaian hanfu berkelas tersenyum manis malu-malu. Di sisi kiri wanita itu, berdiri sang bibi dengan senyuman nakalnya.
"Zhao Yang, temani dia sebentar! Bibi ingin kau dengannya menjadi satu teman," usul dari bibinya.
Bibi dan satu orang pelayan keluar dari dalam ruangan, sedangkan dirinya hanya tertinggal seorang diri bersama si wanita tersebut.
"Hah? Bibi?!" serunya.
Namun, si wanita itu masih malu-malu karena merasa tertinggal berduaan dengan Zhao Yang. Dengan beraninya, wanita itu mendekati tubuh Zhao Yang lalu membelai pipi dari dirinya.
Zhao Yang telah dibutakan oleh si wanita tersebut. Dengan perlakuan nakal dari si wanita itu bahkan membuatnya mati kutu.
Di balik dinding, Jing Mi merasa keheranan ketika melihat beberapa wanita dan pria saling berpasang-pasangan. Anehnya, Jing Mi mulai menyelinap ke balik dinding yang ada di sebelah ruangan.
Terdengar desahan seorang wanita digoda oleh seorang pria di dalam.
"Hah? Ada yang tidak beres dengan tempat ini," gerutu Jing Mi mulai menyelinap ke arah ruangan sang tuannya.
Namun, di depan ruangan dijaga ketat oleh sang bibinya bersama beberapa pria berpedang panjang.
Di balik dinding ruangan, ternyata si wanita itu mulai menggoda Zhao Yang dengan sepenuh hatinya. Zhao Yang merasa risih dari ulah paman dan bibinya.
"Ternyata kau memanggilku untuk memaksaku menikah??" gerutunya.
"Tuan muda, kau harus terbiasa untuk melayani wanita. Aku akan membiasakannya untukmu," bisik si wanita hampir mencium bibir Zhao Yang.
Lalu, apa yang akan terjadi? Akankah Zhao Yang menerima perlakuan nakalnya di dalam ruangan tersebut?
Setelah baca wajib taruh ke dalam rak!
Direview juga dong ceritanya biar seru-seruan gitu!
Jangan lupa ikuti IG :@rossy_stories.
Nantikan bab selanjutnya yang banyak kejutan. Terima kasih.