CHAPTER 24
"Jadi, dia adalah jalang yang kau maksud, Sean?"
…
"Lepaskan!"
Erica memberontak, tentu saja. Ia menatap semua laki-laki berjas hitam dengan kacamata yang bertengger di hidung mereka, belum lagi tubuh yang terlihat kekar, menambah poin bagus bagi seorang bodyguard.
Ia menatap Sean yang berdiri di samping laki-laki yang bernama James, menurut yang di katakan kekasihnya.
Erica menatap semua yang ada di ruangan ini dengan tatapan sangat tajam, bahkan seperti ingin menghabisi mereka semua.
Entah apa maksudnya, menduduki ia di kursi dengan paksa, setelah itu kedua tangannya di taruh ke belakang dan mengikatnya dengan tali, mungkin di double dengan borgol.
Yang paling membuatnya kesal adalah Sean. Kenapa laki-laki itu tidak membantunya? "Apa yang kau lakukan? Berdiri diam saja? Brengsek!"
Namun, Erica tidak melihat Sean menatapnya. Laki-laki itu sibuk mengobrol dengan James, bahkan sejak tadi tidak mempedulikan dirinya yang sedang meronta-ronta minta di lepaskan.
Bagaikan anjing, Erica di perlakukan seperti ini, bedanya ia di duduki pada kursi yang kalau anjing di biarkan begiru saja di tanah.
"SEAN! AKU TAU KAU MENDENGAR KU!"
Erica kesal kepadanya dirinya, kenapa ia bersikap terlalu menye-menye?
"Diam, Erica, aku akan membunuh mu, kamu bagian dari rencana ku. Terimakasih sudah melibatkan diri, kau sangat berguna dan aku tidak akan pernah berubah menjadi orang baik!" Sean berkata seperti ini sambil melihat ke arah Erica dengan senyum yang di tarik.
Erica menggelengkan kepala berkali-kali, setelah itu langsung menyorot matanya yang seolah di tarik ke lubang hitam di luar angkasa sana.
"Erica, Erica! Ada apa dengan mu?!"
Merasakan tubuhnya yang di goyang-goyangkan, Erica menarik alam bawah sadarnya. Ia melihat Sean di hadapannya yang menatapnya dengan khawatir. "Huh?" Dan ternyata itu hanya ilusi semata karena ia mendengar James yang memanggilnya dengan sebutan 'jalang'.
"Aku baik-baik saja." Erica menjawab kekhawatiran Sean dengan nada bicara yang terdengar sangat dingin, bahkan tatapan matanya pun terlihat datar.
Erica menatap James. Mungkin bisa terbilang tampak dengan brewok tipis di sepanjang dagu dan rahangnya, tapi itu tidak menjadi daya tarik Erica yang memang tipe wanita yang tidak gampang terpesona dengan laki-laki.
"Apa urusan mu dengan jalang? Kau terlihat seperti tukang sampah daripada mafia,"
Setelah berkata seperti ini, ia melewati Sean, bahkan kini menatap James dengan tatapan berani. Ia mendongakkan kepala, menunjukkan wibawanya sebagai seorang wanita yang sangat terpancar di tubuhnya.
Para bodyguard yang ingin menghentikan tindakan Erica pun tidak bisa karena James memerintah untuk tidak memakai kekerasan dengan wanita di hadapannya ini.
Sean tidak mengambil tindakan, bahkan ia kini melihat ke arah wanitanya dengan tangan yang di lipat ke depan dadanya. Ia menaikkan sebelah alis, setelah itu menyerahkan semua pada kekasihnya.
Ya, ia memang sudah tau pertemuan ini, tapi ia tidak percaya kalau James menghampirinya ke mansion ini. Mungkin, Erica bisa memberikan pelajaran karena James bisa saja membocorkan informasi keberadaan mansionnya.
Tidak ada yang bisa di percaya dari para penjahat, walau berniat bekerja sama sekalipun.
Erica menatap James dengan tatapan yang menantang. "Kenapa diam?" Ia menaikkan sebelah alisnya, menatap laki-laki di depannya dengan ganas. Kalau saja ia tidak bisa mengendalikan, pasti kini sudah menyapu bersih James dan para bodyguardnya.
Ia memiliki kemampuan bela diri yng bagus, belum lagi selama menjadi kekasih Sean juga di latih banyak hal.
"Tidak heran Sean tertarik pada mu," namun James malah berkata seperti ini.
Erica yang mendengar itu pun tertawa. Kalau Sean bisa bersandiwara dengannya, kenapa ia tidak bisa? "Sean? Dia lebih cocok menjadi babu seks daripada kekasih, aku pun tidak tertarik."
Kena kau, Sean!
Kalau secara pribadi, Sean tidak pernah masalah dengan hinaan yang di berikan Erica kepadanya karena itu merupakan makanan sehari-hari baginya. Bahkan, ia pun merasa kalau setiap hinaan yang Erica berikan kepadanya itu termasuk sebuah pujian yang menggelikan.
James melihat Erica dari atas sampai bawah, tatapannya menilai. Ia tau kalau dress mini yang di pakai wanita di hadapannya ini bukanlah sembarang dress, mungkin di beli mahal di salah satu toko besar ternama yang harganya berkisar ratusan juta.
Bugh!
"Argh…" James meringis kala mendapatkan pukulan tas pada perutnya.
Hal ini menjadikan para bodyguard langsung menodongkan pistol ke arah Erica. Sedangkan wanita yang habis memukul laki-laki di hadapannya itu pun bersikap biasa saja, bahkan sedang merapikan dressnya yang sedikit terangkat.
"Lemah." dan bergumam seperti ini sebagai pengakhiran.
Sean masih mengintai. Tatapannya berubah tajam, yang tadinya ia mengira ini adalah tontonan menyenangkan untuk melihat James kehilangan perkataannya. Namun ternyata salah, James tidak lebih dari laki-laki yang hanya berani dengan wanita.
Dalam diam, Sean mengaktifkan sistem keamanan rumahnya. Ia menekan sebuah tombol yang langsung memunculkan laser yang mengarah ke masing-masing bodyguard termasuk James tanpa mereka sadari.
Tidak ada yang bisa menyakiti salah satu wanita penting di hidupnya, rekan kerjanya sekalipun.
Erica menarik senyuman. Jika mereka ingin menambaknya juga tak masalah, lagipula pasti Sean tidak akan tinggal diam.
James menatap Erica dengan kesal. Bagaimana tidak? tak ada seorang pun yang berani memukulnya, apalagi seorang wanita yang biasanya bertekuk lutut ketakutan dan rela memberikan apa saja untuknya. Namun, Erica sepertinya bukan wanita seperti itu.
"You're just a lucky little bitch to be picked up by Sean, otherwise you'll end up on the streets."
Erica menggeram, kedua tangannya terkepal, ia memejamkan mata untuk menghilangkan rasa kesal yang seolah menyeruak ke seluruh tubuhnya. 'Tahan, Erica. Dia hanyalah laki-laki menyebalkan yang tak punya sopan santun, jangan sekali-kali mengatakan informasi apapun mengenai dimana tempat mu bekerja sebenarnya.'
DOR!
Erica langsung membuka kedua matanya kala mendengar suara tembakan yang banyak namun dalam satu waktu. Dan yang ia lihat di hadapannya saat ini adalah… Semua orang tersungkur di teras mansion besar Sean.
"Yah, setidaknya bukan hal yang merepotkan untuk menyingkirkan jasad mereka, bukan?"
Erica tersentak kala tangan kekar Sean memeluknya dari belakang, menangkup buah dadanya namun tidak berniat untuk bertindak mesum.
"Kau membunuh yang bukan target—"
"They hurt your heart, only I can do it for you."
Erica pun tersentak. Ia sakit hati dengan perilaku James, dan itu benar adanya. Dan Sean peka terhadap apa yang ia rasakan? Itu adalah hal yang paling membuatnya terkejut sekaligus merasa senang di waktu yang bersamaan.
Namun, Erica berdehem dan langsung melepaskan pelukan Sean dari tubuhnya.
"Sudah? Aku yakin kau sibuk dan harus membersihkan semua mayat ini, aku ingin tidur."
…
Next chapter