Chereads / Awan dari Masa Lalu / Chapter 17 - Waktu Berlalu, Rindu Berlalu

Chapter 17 - Waktu Berlalu, Rindu Berlalu

Banten, Maret 2019

Jauh sudah jalan yang Anna tempuh. Tinggal sedih yang terkumpul penuh gemuruh.

Waktu berlalu rindu berlalu. Hari bertahan sudah ia lepaskan. Merelakannya memang tak mudah. Hanya saja kesedihan harus segera ia ubah. Kepergian selalu menyisakan kenangan. Anna kalah dalam rasa, ia telah tenggelam duka.

Hingga, kabar seseorang itu datang. Anna kini menemukan seseorang yang baru. Saat ia masih menata hatinya. Sejujurnya, Anna tidak ingin terlalu peduli. Hanya saja seorang teman mungkin sedang iseng mengabari. Anna sudah cukup menerima. Anna sudah seharusnya menemukan orang baru yang menemaninya kini. Cukup semua kenangan yang pernah ada.

Ia pikir hidup akan baik-baik saja. Semua harus berjalan seperti sedia kala. Anna dengan seseorang yang memilihnya. Anna dengan hati baru yang mencoba tumbuh di hidupnya. Namun, Anna keliru. Ternyata orang itu adalah masa lalunya. Melupakannya ternyata tidak pernah semudah itu. Kini ... Anna selalu ingin berbagi impian dengan seseorang, membagi cerita tentang rencana-rencana yang ingin ia wujudkan. Tentang hal-hal yang ia perjuangkan demi hidup yang lebih baik. Anna berharap mendapat dukungan, atau setidaknya masukan yang baik. Agar dirinya punya pertimbangan yang matang dan yakin. Maka, ia pilih seseorang itu kembali untuk membagi cerita dan impian itu.

***

Anna menuju sebuah lembaga tempat ia mengajar. Hari ini aktivitasnya cukup padat. Ia bertekad tidak memberi waktu luang untuk hal yang sia-sia. Setiap kesempatan harus manfaat. Kadang ia harus pulang malam karena amanah yang diemban.

Bukan mengeluh, Anna malah bersyukur. Semua aktivitas membuat pikirannya teralih dari memikirkan sebuah nama. Ia tidak mau kecewa. Tanggung jawabnya semakin berat ke depannya. Ia tidak mau memikirkan sebuah rasa yang tidak berbalas. Cemas memikirkan seseorang yang belum tentu memiliki perasaan yang sama dengannya.

Anna meraih tas ketika teleponnya berdering. Sudah beberapa hari ini ia menunggu kabar dari dua orang yang akhir-akhir ini hadir dalam hidupnya. Bukan main ia sangat penasaran dengan segara ia melihat salah satu nama kontaknya.

"Iya, Awan ada apa?" sahut Anna setelah mengucapkan salam.

"Bagaimana kabarmu hari ini, Ann?"

"Alhamrulillah ... Baik?"

"Sekarang kamu lagi sibuk tidak, dan lagi dimana?"

"Masih di Lab, tapi kegiatan praktikum sudah selesai."

"Kamu langsung pulang?"

"Belum tahu, mungkin mau istirahat dulu sebentar."

"Aku mau bertanya sesuatu, pekan lalu kamu pernah bilang sama aku, kamu pergi ke Semarang dan naik kereta, apakah kamu bisa menjelaskan alur setelah Dari stasiun menuju tempat yang aku tuju? aku insyaallah pekan depan akan pergi ada pameran penting di Semarang yang harus aku hadiri" tanya Awan di telepon dan mengirimkan alamat pada Anna.

Mata Anna terperanjat seketika mendengar kata Semarang. Ia diingatkan oleh Awan memang 5 pekan lalu ia pergi ke Semarang bersama keluarganya untuk menghadiri acara pernikahan sepupu yang tinggal disana. Dan menambah kerinduan pada keluarga besarnya yang sedang berada di Semarang.

"Iya ... harus mengikuti map yang kukirim, kamu tinggal ojek online cuman sebentar." dengan nada pelan untuk menghindari suaranya yang mulai bergetar.

"Oke baiklah, makasih, Ann infonya."

"Iya Wan, kamu hati-hati disana, mampir juga ke rumah sepupu aku disana." senyuman kecil Anna terdengar jelas oleh Awan.

Awan tertawa pelan. "Baiklah, tapi sayang gak ada kamu, Ann. Aku harap suatu saat nanti bisa ketemu disana sama kamu."

"Aamiin semoga."

Anna mematikan sambungan setelah mengucapkan salam seraya mendoakan awan dalam hatinya. Debar jantung Anna belum stabil, masih belum menyangka sore itu ia di telepon sang penakluk hatinya, hanya sekedar bertanya dan izin perihal keberangkatan nya ke Semarang. Kalo di pikir-pikir pakai logika kenapa Awan harus bertanya pada dirinya, bukannya temannya lebih banyak dan seharusnya ia bertanya pada pihak acara pameran terkait persyaratan pergi ke sana. Namun, entahlah pikiran Anna terus bertanya-tanya dan ia tak mampu menyembunyikan senyuman harunya itu. Rasa bahagia dan sekaligus momen yang selalu ia nantikan kini hadir kembali. Ia harap akan seterusnya seperti ini.

"Mau kemana, Ann?" tanya Lala ketika melihat sahabatnya itu beranjak pergi dari Laboratorium.

Anna menoleh. Ia baru saja selesai kegiatan di Lab, dan ia berencana untuk langsung pulang.

"La aku pulang duluan. Sudah ditunggu Kakakku, hari ini dia ke serang dan mampir kerumah."

"Nggak ngantuk kamu, Ann?" Lala khawatir karena Anna belum istirahat sama sekali.

"Insya Allah nggak. Aku wudhu dulu sebelum pulang."

"Hati-hati!" Lala merangkul pundak sahabatnya pelan, ia sedikit kesal karena mata kuliahnya belum selesai masih ada 30 menit lagi yang harus ia tempuh.

Anna mengangguk singkat. Ia wudu dulu sebelum ke depan gerbang. Alhamdulillah kantuknya berkurang.

Selama perjalanan di angkot ia kembali mengingat kedapatan telepon dari Awan. Hatinya semakin gemuruh dan tak menentu ia berusaha menenangkan rasa bahagianya dan juga menjaga agar arah pulang tidak hilang dari memorinya.

Sebentar lagi sampai.

Anna tersenyum puas. Alhamdulillah. Saat-saat ini hatinya tidak merasakan kekecewaan yang dulu sangat berlarut-larut, karena ia sudah mulai memahami apa arti dari beberapa pesan dan telepon yang datang dari Awan, dan ia sangat yakin bahwa Awan pun memiliki rasa yang sama dengannya. Rasanya semakin hari Allah selalu menunjukkan hal baik padanya perihal lelaki itu.

Sesampainya di rumah, Anna masuk dan disambut oleh perempuan berperawakan tinggi berisi dan berkulit putih.

***

"Ann! Anna!"

Anna menoleh dan mendapati kak mey sedang berjalan cepat ke arahnya, dan membalas pelukan rindu untuk kakak satu-satunya itu. Teras rumah yang cukup ramai dengan berbagai oleh-oleh dari kampung halamannya dan membuatnya terasa sempit.

"Kenapa?" Anna melihat raut kakaknya itu yang sedikit cemas.

Kak mey mengatur napasnya . "gimana kabarmu disini, betah?"

Anna mengangguk.

"Alhamdulillah."

"Kabar ibu, Bapak dan adik-adik?" Risau menyelimuti wajahnya.

"Alhamdulillah baik juga."

"Kak ... temani aku makan semua makanan yang kau bawa ini, Yuk!" pinta Anna sambil tersenyum kegirangan pada kakaknya itu.

Kak mey tertegun, tetapi dengan cepat mengangguk. "Baik."

Anna bernapas lega. Hanya makanan dan rasa rindu pada keluarganya yang ada dipikirannya saat ini.

"Alhamdulillah." kak mey sumringah. " Kuliahmu sebentar lagi selesai, Ann? Smoga kelak kamu menjadi orang sukses dan segera mendapat jodoh yang baik pilihan-Nya." sahut kak Mey sambil tertawa.

Anna mendengus pelan. Ia memang dulu selalu bercerita pada Kakaknya itu perihal percintaan dan sekaligus aktivitas di kampus. Namun, akhir-akhir ini ia sudah tak lagi menceritakannya karena ia sekarang mulai merasa malu dan mungkin saja sedang masuk fase pendewasaan.

"Becanda, Ann." kilah kak mey seraya tertawa pelan. Ia tahu adiknya itu masih menyimpan rahasia. "Ya udah, mandi dulu, udah sore ."

"Baiklah." ucap Anna, sembari membawa tas untuk di simpan ke kamarnya.

"Ann, bagaimana kabar Lala, sahabatmu. Hari ini tidak menginap disini?"

"Alhamdulillah baik kak, tadi dia masih ada mata kuliah, jadi ia pulang terlambat?"

"Kamu udah beres tugas laporannya?" kak Mey sedang menyiapkan beberapa barang yang ia bawa untuk keperluan adiknya.

"Sudah, Kak." Anna tersenyum sedikit. Ia menoleh ke kakaknya. "Anna ke kamar dulu, Kak." kak mey mengangguk singkat, masih sibuk membereskan barang-barang.

Ketika masuk kamar Anna menuju meja belajar dan duduk di sana. Ia menatap foto keluarganya dengan formasi lengkap, yang semakin membuat rindunya bertambah. Libur semester sebentar lagi. Rasanya tidak sabar. Insya Allah akan pulang secepatnya untuk bertemu keluarganya. Bukan karena berharap bertemu dengan seseorang itu. Anna menarik napas panjang. Hatinya jujur sangat bahagia ketika bertemu dengan keluarga tersayangnya.

"Bagaimana fotonya?" tanya kak Mey yang muncul dari arah belakang Anna.

"Kangen sama semua orang yang ada di foto ini, kak." Anna mendengus pelan.

Mereka memang keluarga yang harmonis selalu saling merindukan satu sama lain. Wajar saja Kak Mey menyempatkan menjenguk adiknya itu meskipun hanya satu hari, karena ada tugas yang harus ia emban, padahal dalam hatinya sangat ingin berlama-lama momen bersama Anna. selalu ... Yah begitulah sudah seharusnya hubungan adik kakak yang baik.

"Aku senang sekali, kakak mampir ke sini setidaknya untuk meredakan rasa rinduku ke orang rumah, karena adanya kakak disini rasanya semua orang rumah hadir juga disini" ucap Anna lirih sembari memegang tangan kakak tersayangnya.

"Sudah, nanti sebentar lagi kita bertemu di rumah, yang penting kamu semangat kuliahnya disini" kak Mey menenangkan Anna.

"Udah istirahat dulu, Kamu pasti capek." sahut kak mey sembari melemparkan seuntai kata perhatian pada adiknya.

Anna mengangguk pelan. Ia memang lelah. Tubuhnya terasa remuk redam.

***

___________________

To ... Be ... Continue ....