Tasya, nama yang mereka harapkan sebagai penerang kehidupan untuk keluarga, yang sekarang mereka relakan demi kekuasaan dan uang semata, pernikahan yang mulai menuntunnya ke jurang kekelaman dalam hidupnya mulai membuat semua menjadi tak lagi berharga dalam kisahnya.
Gadis yang sudah bertelanjang bulat selama hampir 5 jam ini tak bisa berhenti merintih kala laki-laki yang berada di atasnya yang belum berhenti mencari titik kenikmatannya, sementara dirinya sudah terlalu lelah karena mencapai dirinya hampir puluhan kali.
"Mi, capek"
Suaranya bahkan sudah melemah, namun kabut gairah itu masih sangat terlihat jelas dalam bola matanya.
"Lo nikmat banget sialan" upat nya.
Bahkan matanya sudah sembab, menangis adalah hal yang benar-benar dia lakukan, awalnya dia memang menikmati permainan ini, tapi tidak untuk yang seterusnya.
Ini entah tujuannya yang keberapa puluh kali selama lima jam ini, lubangnya bahkan sudah sangat sakit, walaupun dia beruntung Bumi mulai turun dari tubuhnya, tapi sakitnya tak bisa hilang secepat yang dia mau.
"Enak juga ya, pantesan semua orang ngelakuin hal tercela sebelum nikah, karena nikmatnya tiada tara"
Bahkan dia tak lagi mampu memprotes apapun yang Bumi lakukan terhadap tubuhnya, membiarkan Bumi mendorongnya keras hingga dia benar-benar hampir jatuh dari kasur king size itu, ini malam pertama mereka, tapi rasa neraka untuk Tasya.
Siapa yang berharap semua malam dengan suaminya akan berakhir layaknya dia seperti wanita murahan?, Tak ada yang berkeinginan seperti itu termasuk Tasya, tapi kenapa takdirnya malah ingin bertengkar dengannya?, Kenapa?.
"Mi, gue laper"
Bumi hanya melempar bantal kepada Tasya sebagai jawaban, demi Tuhan ingin rasanya dia menarik ucapannya beberapa tahun yang lalu, tentang arti suami di hidupnya, karena dulu dia pernah berjanji jika menikah nanti dia akan setia kepada satu laki-laki apapun yang Tuhan takdirkan untuk mereka.
Namun akhirnya dia mengerti hati-hati dalam berjanji dan bertindak bisa saja, apa yang kau ucapkan akan menghancurkan mu di kemudian hari.
Dengan sekuat tenaga Tasya bangkit dari tempat tidur, namun rasa sakitnya menjalar 5 kali lipat dari sewaktu dia tidur tadi, tanpa dia sadari pun tubuhnya penuh dengan lebam luka, bahkan semua hisapan Bumi menjadi luka di setiap sisi tubuhnya.
Memejamkan matanya, menghalau rasa sakit yang menyiksa pada selangkangannya, namun perutnya tidak bisa kompromi sama sekali, malah memaksanya untuk berjalan menuju di manapun yang berisikan makanan.
Namun pergerakan Tasya terekam jelas oleh penglihatan Bumi, sekali bentakan saja cukup membuat Tasya berhenti.
"Duduk"
"Mi gue laper demi Allah, gue belum makan dari tadi siang, ini bahkan udah jam berapa gue gak tau" ucap Tasya lemah.
Bumi bangkit dan mendorong Tasya untuk duduk di tempat tidur mereka, yang menyebabkan dia terpekik keras karena rasa sakit itu mulai bertambah karena terjadinya benturan di sana.
"Gak usah teriak sialan, bahkan rumah ini gak ada siapa-siapa lo tau?, Gue gak bayar pembantu untuk rumah besar ini, toh gue punya lo yang bisa kerja buat bersihin ini semua"
Bahkan Tasya tak lagi punya tenaga untuk meladeni apapun perkataan Bumi, dia sibuk menahan rasa sakit dan laparnya.
Tak lama laki-laki itu datang membawa satu makanan cepat saji sepertinya sudah dia hangatkan, tak peduli rasa sakitnya Tasya berlari meraih satu mangkok bubur itu, bahkan dia sibuk melihat apa Bumi membawa makanan lain atau tidak, ya walaupun harus kecewa dia tetap bersyukur perutnya terisi dan dia bisa makan setidaknya hari ini saja.
"Lo makan kayak hewan buas lo tau?"
Tasya tak peduli, aktifitas gilanya selama lima jam sangat menguras tenaganya, bahkan membuat perutnya melilit kelaparan.
"Lo gak akan bisa lepas dari gue, mau lo ngelepasin diri dengan cara apapun, perusahaan ortu lo si bawah perusahaan Papa gue, jadi sekali lo berulah, keluarga lo lewat, ngerti lo?" Ujar Bumi sarkastik.
Gadis itu meremang, apa benar ini akhir dari segala masa jayanya?, Apa dia memang harus merasakan jadi upik abu seumur hidupnya mulai dari hari ini?.
"Sekali lo coba buat kabur, bukan cuma lo yang hancur tapi keluarga lo, ah atau adik lo? Inget batesan lo ini kasur gede, jangan sesekali lo ganggu area tidur gue"
Bumi merebahkan tubuhnya di ranjang mereka, ya bahkan Bumi tak ingin mereka bersentuhan secara fisik kecuali dirinya yang menginginkan itu terjadi.
"Kenapa lo nikahin gue kalau lo mau nyiksa gue Mi?" Setelah mengumpulkan keberaniannya, Tasya mengungkapkan semua sakit yang bahkan mencekiknya begitu keras.
"So lo mau gue jawab apa?, Oh ini gue nikahin lo karena gue cinta sama lo gitu?"
Tawa meremehkan itu menggema di seantero ruangan, bahkan dia bisa merasakan tatapan kebencian dari kedua bola mata Bumi, apa setidak suka itu Bumi terhadap Tasya, entahlah tak ada yang tau dengan ini semua.
"Gue nikahin lo demi Senja dan keluarga kecilnya, kalau lo udah jadi istri gue, lo gak akan bisa ngebantah gue? Lo tau, gak itu memudahkan gue untuk jaga dia dari wanita murahan kayak lo"
"Lo gak seharusnya ngorbanin gue sialan"
Mendengar upatan Tasya, Bumi bergerak dari tempat duduknya, menjambak wanita itu keras, tak peduli bubur yang belum habis itu berserakan di lantai, dia tetap melanjutkan aksinya, bahkan sekarang Tasya jatuh tersungkur jauh dekat pintu keluar kamar seorang Bumi.
"Ngorbanin siapa? Lo? Gue?, Kenapa gue? Yang kerja juga banyak tapi kenapa lo malah pilih gue"ucapnya keras.
"Lo tu cuma sampah yang gue pungut lo harus sadar diri, dan jangan coba laporin polisi, atau lo harus rela liat batu nisan nyokap lo ketancep di tanah?" Bumi melepaskan genggamannya pada rambut Tasya, membiarkan wanita itu kembali ke struktur.
Sekuat tenaga Tasya menangis dalam diamnya, air matanya sebagai pertanda betapa beratnya hidupnya kali ini, harus menuruti bagaimana sandiwara yang sudah mereka jelaskan.
"Mi..lnlp
"Apa?"
"Lo suka sama gue?"
"Ck, lo becanda? Perasaan gue secuil pun gak ada buat lo, udah ini pernikahan cuma kamuflase aja buat kita, lo milik gue, dan lo harus nurut apapun yang gue perintahkan, lo ngelanggar lo harus gue pukul dan gak ada sedikitpun gue mau dengar penolakan atau bahkan protes dari lo, hidup lo tanggung jawab gue, lo tumbuh dengan uang gue sekarang, jadi kubur mimpi indah lo, dan mulai lah terbiasa dengan mimpi buruk sama gue" Bumi tertawa sarkas, dia tidak pernah berbohong untuk itu semua, melihat Senja tersakiti sedikit saja dia akan marah, apa lagi kali ini? membantahnya? Mustahil untuk Tasya lakukan.
"Lo gak boleh keluar rumah kecuali berjemur di belakang dengan pantauan CCTV gue, lo ingat lo gak akan bisa kabur kayak yang lo pengen itu"