"lo ada kelas Mi?"
Ayumi memakan kue red velvet yang Bumi bawa untuknya, ah iya sebelahnya memang Bumi tinggalkan untuk Tasya, dan dia akan menghubungi wanita itu untuk menyuruhnya memakan yang sebelah kue itu.
"Gue mau cari referensi buat judul skripsi sih"
"Mau gue temenin?"
Ayumi meletakan kopinya di meja, lalu tersenyum ke arah Bumi, ya siapa yang tidak suka salah satu manusia titisan dewi dari sunda ini, perwatakan lembut, dia juga pintar, bahkan kuliah ke London Pun dia tak bayar apa-apa, ya berkat beasiswa yang dia terima hasil dari kepintarannya.
Status Bumi, tak ada yang tau, cincin nikahnya tak pernah sekalipun laki-laki berbehel itu pakai, dan bahkan itu dengan sengaja dia lakukan, karena Tasya bukan apa-apa di hidupnya.
Bumi dan Ayumi sudah berteman selama satu bulan belakangan, ya karena insiden tabrakan itu membuat lutut kaki Ayumi mengalami patah, dan Bumi bertanggung jawab untuk itu semua.
"Lo yakin gak kasih tau keluarga lo di Bandung kalau lo di sini abis kecelakaan"
"Gak deh Mi"
Bumi mendorong kursi roda Ayumi pelan, menikmati pemandangan menuju salah satu perpustakaan di bagian utara kampus, memang di sana lebih lengkap walaupun jauh, wifi nya juga kencang.
"Mau ambil topik tentang apa lo?"
"Hmm mungkin tentang star up"
"Online shop?"
"Ya semacam itu"
Namun perasaan Bumi mulai tidak enak entah karena apa, tiba-tiba dia memikirkan Tasya, namun rasanya sesak.
"Kenapa Mi?"
"Gak apa-apa, yuk"
Cuaca London cukup dingin hari ini, dan Ayumi hanya memakai hoodie dan celana panjang, dengan berinisiatif dia memasangkan syal nya di leher Ayumi, setidaknya wanita itu bisa sedikit lebih hangat.
"Pakek aja, gue kesana ya Yum"
"Oke"
Tatapannya terhenti di salah satu rak, buku yang mungkin sering pengunjung baca karena dari bentuknya tak lagi serapi buku yang lain.
Being human, ya seperti itu judulnya, bagaimana cara memanusiakan manusia, bagaimana cara untuk menjalin sosialisasi dengan sesama, bagaimana saling mengerti dan mau berbagi.
Bumi mengambilnya dan mulai tenggelam dalam bacannya.
"Yang menakutkan itu bukan hantu atau hewan buas, tapi manusia"
Ayumi duduk mengunci kursi rodanya, memperlihatkan buku yang sama dengan apa yang baru saja Bumi ambil.
"Bagus kok bukunya, gue udah pernah baca"
"Tentang"
"Dia itu dua pasangan beda umur, satu masih remaja satu lagi udah 40 tahunan, dia menceritakan kenapa dia bisa pisah padahal udah nikah 10 tahun"
"Oh iya?, gimana tu isinya? Gue males baca btw"
"Nama cewenya Emely dia umurnya 40 tahunan btw trus jatuh cinta sama Jody usianya 25 tahun, tapi kalau masalah finansial gak ada masalah mereka sama-sama punya bisnis dari usia muda, dan karena bisnisnya itu mereka ketemu lalu jatuh cinta" Ayumi memulai cerita.
"Lalu apa yang terjadi sama mereka"
"Emely tu wanita karier, dia keras dan egois, dari segi pendapatan jelas emely lebih banyak di bandingkan Jody, tapi walaupun Emely selalu rendahin Jody masalah uang laki-laki itu gak pernah marah, malah dia tu sabar banget, bahkan Emely sering main tangan juga sama Jodi, tapi cowo itu kayaknya memang hatinya baik banget ya gak masalah dia terima aja, toh mereka udah nikah, tapi kayaknya ini bakal ada seriesnya deh, baru sebulan di sini udah laris" jelasnya lagi.
"Buku ini baru?"
"Iya, katanya author cerita ini itu dari Indonesia, dan ya ini novel terjemahan, kalau lo mau beli E-book nya gue ada Link nya, lebih ngena yang bahasa Indonesia sih menurut gue, lo coba aja baca mana yang lo mau, kalau novel online nya dia juga punya akun namanya helloearth, lo juga bisa berlangganan di sana ceritanya sedih semua, tapi being human menurut gue yang sangat misterius, kayaknya dia lagi ceritain dirinya, tapi gue gak bisa langsung judge juga, ya penasaran aja" Ayumi mengangkat bahunya pertanda dia tidak bermaksud yang aneh-aneh.
"Iya gue baca nanti, mending yang Indo aja puyeng gue yang inggris gini, kirim link nya gue mau beli"
Mereka menghabiskan waktunya bahkan sampai siang di sana, ya Bumi nyaman dengan Ayumi, dia gadis lembut nan menawan, dia juga salah satu mojang Bandung yang diincar para bule di kampus mereka ini, tapi sepertinya Ayumi tak tertarik dengan pria luar, toh dia pernah bercerita segimana gantengnya pria luar pira lokal lebih menawan.
Walaupun pertemuan mereka tidak terkesan baik, Bumi cukup bersyukur dia bisa mengenal Ayumi, bahkan hampir 15 jam dia selalu ada bersama Ayumi.
"Nanti Keera pulang jam berapa? Takut kan kamu kalau sendirian di dorm gak ada yang nolongin, mending kita di kampus aja sampe malem, biar aku bisa pastiin kamu aman"
"Ya gak tau sih Bi, bentar lagi deh aku hubungin keera nya, aku ada kelas soalnya"
"Astaga aku lupa"
Dengan gerakan cepat Bumi mendorong kursi roda Yumi menuju ruangan kelasnya, ya walaupun jauh lelaki itu dengan senang hati membantunya.
Sepanjang jalan hanya tawa yang hadir di paras mereka berdua, kuliah rasa berkencan itu mungkin hal yang pasti mereka rasakan saat ini.
"Bye Mi"
"Bye, gue ada kuliah jam 2 nanti kalau lo kelar duluan lo duduk di depan situ ya minta tolong siapa kek dulu"
"Oke"
Namun setelah Ayumi benar-benar masuk, gawai Bumi berdering, ah ada nama pengurus block apartement nya yang menelphone, namun penjelasan dari beliau membuat jantung Bumi berdetak sangat kencang.
"Thank you sir"
Dia berlari sekencang mungkin menuju parkiran mobil, entah apa yang harus dia pikirkan saat ini karena fokusnya hanya kepada satu kata "maaf saya menemukan keganggalan di apartemen anda, seperti bau hanyir, bisakah anda pulang", ya seperti itu kira-kira yang Bumi tangkap.
Apartemen dan kampus tidak terlalu jauh, Bumi memarkir asal mobilnya di basement dan berlari ke lift yang berada di seberang selatan dari tempatnya memarkir mobil.
Di pintu apartemennya sudah berdiri dua petugas, karena apartemen itu akan selalu melakukan pembersihan gratis pada setiap hari senin, jadi itu termasuk fasilitas dari mereka, namun entah apa yang terjadi di unit Bumi dan Tasya tercium bau hanyir, maka dari itu pihak apartement menghubungi Bumi.
Dan benar saja, penar matanya menangkap Tasya yang sudah terjatuh dan tertimpa beberapa alat yang ada di atas meja, banyak darah dari arah selangkangan wanita itu, dan juga darah yang sudah mengering di bagian lututnya, di pastikan kejadian ini pasti sudah terjadi dalam waktu yang lama.
Dengan jantung yang berdetak kencang Bumi melangkah ke arah Tasya, namun dia menutup mulutnya tidak percaya dengan dengan perkataan salah satu petugas apartement itu.
"I'm so sorry mister"