Chereads / Hope! Oh My Angels / Chapter 10 - Bintang 9

Chapter 10 - Bintang 9

Geraman meledak di sekeliling mereka. Pria yang bernama Damian merunduk, dengan jelas Mintaka bisa melihat wajahnya yang sangat pucat dan buas.

Geraman buas menyeruak dari dada Damian dan juga Mintaka, keduanya saling waspada.

Pheuton juga separuh tubuhnya merunduk, sekujur tubuhnya bergetar saat dia melihat sekelompok vampir mengerikan di depan mereka jumlahnya lumayan banyak ada kurang lebih dua puluh orang, lalu ketiga vampir yang pernah dia temui sebelumnya ada di depan mereka bersama seorang manusia.

Cygnus mengerem dengan kuat saat dia berhasil menyusul ketiga kakaknya dan tercengang dengan situasinya saat ini.

Dengan moncongnya Orion memberitahu Cygnus agar menjaga jarak aman dari para vampir di depan mereka.

Sementara geraman terus keluar dari gigi para vampir yang terkatup.

Pheuton tidak mau kalah dia menggeram kuat diikuti kedua adiknya menggema dan memantul.

Semuanya terlihat tegang hanya ada satu yang terlihat biasa saja, Cygnus. Dia baru pertama kalinya berada di situasi seperti ini.

"Hentikan Kak! Jangan menyerangnya." Teriak Almilan.

Mintaka menoleh ke adiknya lalu menatap kembali ke depan.

"Aku rasa kita tidak seharusnya ada di pertempuran ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi, semua penglihatanku tiba-tiba menghilang." Kata Almilan.

"Milan, jangan pesimis, kalau kita mundur, kita akan mati." Jawab Mintaka.

Alnitak maju lalu dia berkata, "Kawan-kawan kalian semua tenanglah."

Mintaka dan Almilan langsung terkejut mendengar adik bungsunya berbicara maju ke depan.

Alnitak melihat situasinya.

Empat kawanan serigala yang siap menyerang, dua puluh vampir menakutkan juga sudah waspada, sementara dia dan kedua kakaknya terjepit dalam situasi ini dikarenakan seorang manusia.

"Nitak, apa yang kamu lakukan?" tanya Almilan.

Alnitak memiringkan kepalanya lalu mengerling, "Serahkan semuanya kepadaku, Kak."

"…"

Almilan dan Mintaka saling berpandangan, sejak kapan adik bungsu mereka punya nyali besar seperti itu.

"Cygnus, berdirilah di samping Kak Pheuton." Seru Orion.

Mendengar itu Cygnus berlari mendekati kakak pertamanya, dia juga waspada meski tahu situasinya sangat genting tapi dalam hati Cygnus, siapa manusia yang ada di depannya itu?

Saat itu juga Misaki membelalakkan matanya, dia tersadar dari hipnotis dan dengan wajah pucat bahkan warna dari wajahnya menghilang, dia sangat ketakutan saat pandangannya langsung bertemu dengan mata merah serigala raksasa yang ada di depannya.

'Apa itu?' dalam hati Misaki, dia melangkah mundur saat sadar betapa dekat dirinya dengan barisan yang ada di depannya dengan tatapan buas ingin memangsa dirinya.

"Hei, manusia …" seru Almilan.

Misaki menoleh, 'Kenapa dia memanggilku manusia? Mereka sebenarnya siapa?'

Misaki semakin bingung tapi dia menatap Almilan.

"Mundur sepuluh langkah." Perintah Almilan pada Misaki.

Misaki menurut saja, dia dengan kedua kakinya yang terasa seperti jeli melangkah mundur. Meski begitu lututnya masih terasa perih dan panas, darah tidak hentinya mengucur.

Almilan melirik sekilas pada bagian kaki Misaki yang terluka, dia sekuat tenaga menahan napasnya.

"Kakak, aku akan menyerang sayap kiri." Seru Alnitak.

"Nitak, tunggu jangan gegabah." Ucap Mintaka.

Alnitak sudah ingin bergerak tapi mau tidak mau dia menahan diri karena kakaknya tidak mengizinkannya, dalam hati Alnitak merasa kesal, giginya bergemeretak.

"Arggh …."

"Argghh …"

Suara raungan barisan vampir itu memekakan telinga semuanya waspada ingin menyerang.

"Siapa kalian?" tanya Pheuton pada barisan vampir, dia berdiri di depan mereka bersisian dengan tiga kembar, jelas sekali Pheuton bisa melihat siapa di sini yang akan menyerang si manusia tapi dia juga tidak mempercayai ketiga saudara kembar ini.

"Hewan bau jangan ikut campur urusan kami." Ujar Damian.

"Kalian ada di hutan wilayah kami, jadi ini juga urusan kami." Ucap Pheuton.

"Kami tidak ada urusannya dengan kalian." Ujar Damian.

"Heh, apa kamu bilang, kalian datang ke wilayah kami lalu kalian bilang kami tidak ada urusan. Kakak, serang sekarang juga." Geram Deneb, dia sudah berkeliling mengitari barisan itu sejak tadi.

Kalau saja kakaknya tidak menahan dia agar tidak menyerang Deneb sudah menghabisi manusia terkutuk itu.

Deneb matanya yang merah menatap tajam ke semua barisan vampir itu.

"Kau, serigala bau jaga mulutmu." Teriak vampir wanita yang berdiri di belakang Damian.

Deneb tersulut emosi, dia langsung menerjang si vampir wanita.

"Deneb …" teriak Pheuton dan juga Orion.

Terlambat …

Bang …

Bang …

Pertempuran pecah semua saling menyerang.

Misaki dengan ketakutan meringkuk di belakang Almilan yang berusaha menghalangi serang beberapa vampir kepadanya.

Mintaka bertarung dengan Damian.

"Kalian bawa manusia itu, kalian bisa mengalahkannya." Seru Damian.

"Kalian berani maju, aku akan membuat kalian menyesal." Seru Almilan.

Alnitak sudah lebih dulu menyerang, dia dengan sembarangan menyerang tanpa perhitungan. Mintaka yang melihat adik bungsunya hanya bisa menggelengkan kepala tapi walau begitu serangan Alnitak juga bagus.

"Cygnus, kau mundur lindungi manusia itu dan bantu si rambut pirang di belakang." Seru Pheuton.

Cygnus langsung berlari ke belakang, meski dia belum mahir bertarung tapi dia juga harus membantu, kan.

Misaki semakin ketakutan saat serigala berukuran besar meski tidak sebesar yang lainnya dengan gemulai berjalan ke arahnya, moncongnya dan juga gigi serigala saat menyeringai membuat bulu kudu Misaki berdiri.

"Apa … apa yang akan kamu lakukan padaku?" seru Misaki, dia mundur selangkah.

'Apa dia takut? Aku tidak ingin menyakitinya.' Seru Cygnus dalam hati dia tersenyum melihat ekspresi ketakutan Misaki kepadanya.

'Manusia lemah.' Ujarnya lagi.

"Hei, kau tetap di tempat." Seru Almilan pada Misaki.

"Di … dia … ingin menggigitku." Jawab Misaki.

"Dia justru ingin melindungimu." Seru Almilan, sambil menangkis serangan vampir yang bertubi-tubi datang kepadanya.

"Serigala kecil, aku serahkan dia kepadamu." Seru Almilan, dia mengerling.

Cygnus merasa senang diperlakukan seperti orang dewasa, dia menggonggong kencang lalu mengitari Misaki.

"Kau … jangan macam-macam …" seru Misaki.

Cygnus dalam hati tertawa.

'Dia imut sekali.'

Pheutn dengan gesit menyerang barisan vampir yang pada akhirnya kocar kacir, barisan mereka yang semula rapi kini berantakan dibantai oleh ketiga saudara serigala dan juga ketiga saudara kembar.

Krek!

Suara leher yang patah terdengar keras saat rahang Deneb menyerang vampir itu dengan sekali serangan.

Semua vampir bergidik ngeri saat melihat ketiga serigala dengan brutal membunuh satu persatu barisan mereka.

"Semuanya mundur." Seru Damian saat dia merasa beberapa barisannya hilang satu persatu.

"Damian … aku tidak akan menyerah, kita harus membawa manusia itu." Seru vampir perempuan matanya garang.

"Kau jangan sombong." Alnitak langsung menyerang vampir perempuan itu.

"Sialan!" serunya.

Wush …

Swing …

Arrggg ….

Errgh …

Keduanya menggeram, vampir wanita memperlihatkan gigi taringnya.

Alnitak hanya tersenyum, "Kau pikir aku takut …"

Woosh …

Alnitak menyerangnya dengan cepat.

Saat itu juga satu vampir tanpa pengawalan dari mereka berhasil menyerang Cygnus, membuatnya kewalahan.

Misaki terhuyung lalu jatuh terduduk, kakinya masih terasa perih saat Cygnus terlempar jauh dari tempatnya.

Dengan cepat seorang vampir pria matanya menyalak langsung ke arah Misaki.

"Aaaaaarrgggh ….."

Teriak Misaki keras.

Semuanya menoleh ke arahnya.

"Sialan!" Orion berlari kencang langsung menggigit bahu vampir itu lalu menyerang lagi, si vampir terduduk dengan mulutnya penuh darah.

Misaki matanya melebar saat dia merasakan kakinya terasa terbakar.

"Aarrgh …." Erang Misaki.

"Kakak …" Teriak Almilan saat dia melihat Misaki telah digigit oleh salah satu vampir.

"Sialan, sudah aku bilang bawa dia hidup-hidup." Geram Damian pada anak buahnya.

Bang …

Mintaka menghajar Damian yang sedang lengah, dia terbang beberapa meter dadanya terasa sakit.

Mintaka mengejarnya lalu terus menghajar vampir itu, dihantam tubuh si vampir ke pohon berkali-kali.

Bang …

Bang …

Arggh …

Suara erangan terdengar di hutan yang sepi.

Misaki terus berteriak menahan sakit yang membakar kulitnya dibagian lutut yang darah sejak tadi mengalir kini semakin deras mengalir.

Wajahnya bukan lagi pucat tapi tanpa warna.

Pheuton, Deneb dan Orion mendengar itu semakin membabi buta, mereka terus menyerang para vampir menghancurkannya mematahkan leher mereka satu persatu tanpa ampun.

Cygnus akhirnya bangun saat dia terbang jauh atas pukulan hebat si vampir barusan, punggungnya sedikit nyeri terhantam pohon besar.

Dengan cepat dia juga berlari kembali ke Misaki.

Terlambat, dia melihat ada bekas gigitan pada lutut Misaki.

Saat itu juga aura merah menyebar di sekitar mereka.

'Apa ini?'

Seru semuanya.

Mereka melihat Alnitak kedua tangannya membentuk jalinan ada sebuah perisai yang auranya berwarna merah dengan cepat berputar-putar.

Alnitak tanpa menunggu lama menyerang siapa pun vampir yang ada di sana dengan aura yang ada di tangannya.

Arrrggh …

Arrggh …

Satu persatu barisan vampir terbakar menjadi abu di tanah.

Damian matanya melebar saat dia melihat kejadian itu dengan cepat dia bangun lalu berseru, "Aku akan membalas semua yang kalian lakukan pada keluargaku."

Setelah itu dia terbang menjauh secepat kilat.

Tersisa satu vampir perempuan berdiri di tengah kawanan serigala.

Tanpa ampun Deneb menyerangnya, menggigit lehernya lalu mematahkannya dengan sekali gerakan, mencabik-cabik tubuh vampir itu hingga koyak.

Deneb merasa kesal dia tidak bisa menghentikannya.

"Deneb, sadarlah." Orion mengepakkan ekornya.

Pheuton menyenggol tubuhnya dengan moncongnya, "Sudah, semuanya sudah berakhir."

Lalu Alnitak dan Almilan berjalan ke arah mereka, sekali serang vampir itu hangus terbakar oleh Alnitak.

"Kau …" Almilan menepuk bahu adiknya, "Keren sekali." Lanjutnya.

Alnitak mengerling, dia lalu merapikan rambut merahnya yang berantakan.

"Huh!" Deneb mendengus melihat keduanya.

Mintaka tengah menolong Misaki yang menggeliat lalu mengejang, tubuh Misaki sangat kaku dan kejang-kejang.

Seluruh tubuhnya terasa terbakar.

Cygnus masih berdiri menatap Misaki di depan Mintaka, dari matanya dia bisa melihat kalau manusia itu kesakitan, ada air mata jatuh dari matanya yang merah menyala.

"Apa yang terjadi padanya?" seru Alnitak.

Saat mereka sudah berdiri mengitari Misaki.

Kawanan serigala itu berubah menjadi manusia.

Pheuton mendekati Mintaka, "Apa mereka sudah menggigitnya?"

Mintaka masih waspada tapi dia menjawab dengan mengangguk.

"Kalian …" Seru Deneb, "Kalian akan membawa dia?"

"Iya." Jawab Mintaka.

"Vampir tidak boleh berurusan dengan manusia." Seru Orion.

"Kalian berdua tenanglah!" Kata Pheuton kepada kedua adiknya.

Alnitak dan Almilan yang berdiri masih tertegun melihat dua wanita cantik di sebelahnya. Tadi, mereka sangat mengerikan sebagai serigala dan sekarang tidak terlihat sama sekali kalau mereka …

Deneb melirik pada keduanya seperti paham dengan tatapan keduanya.

"Ehem …"

Keduanya berdehem lalu mengalihkan pandangan mereka.

Deneb bibirnya cemberut.

"Dasar vampir!"