Dor ….
Terpaksa Leo harus menarik pelatuknya, agar semua pelayat yang hadir di rumah duka ini dapat diam.
"Jangan ada yang bergerak!" teriaknya.
"Aku ulangi lagi. Tidak ada yang boleh meninggalkan tempat ini. Paham!"
Para pelayat menundukan kepala mereka dengan kedua tangan yang memegang kepala.
Setelahnya Leo segera pergi. Dia berlari menuju aula tengah. Naga pun melakukan hal serupa. Keduanya bertemu di aula utama. Sebelumnya telah terdengar suara tembakan dari area ini.
Namun, sejauh mata memandang baik Leo maupun Naga tidak menemukan hal yang perlu mereka curigai.
Ada satu hal yang Naga dan Leo baru sadari. Yaitu kehadiran Sky. Sampai detik ini Sky tak kunjung datang.
"Coba kau hubungi Sky," kata Naga sedikit cemas.
Leo segera menghubungi ponselnya Sky. Ada raut kecemasan dari keduanya. Sebab seharusnya Sky sudah berada di sini bersama dengan mereka.
"Bagaimana? Apa dia menjawabnya?" tanya Naga kembali.
"Dia tidak menjawabnya," cuap Leo mengejutkan.
Tidak perlu pikir panjang. Leo dan Naga segera berlari ke halaman belakang dari rumah duka ini.
Sampailah keduanya di sana. Kedua mata langsung menjelajah sekitar menjari keberadaan Sky.
"Lihat di sana!" tunjuk Naga.
Leo tidak berujar. Dia berlari sekencang mungkin kepada Sky. Pemuda itu terkapar di tepi kolam renang.
"Sky!" Leo berteriak. Dia memutar tubuh Sky yang sebelumnya berada di posisi tengkurap.
"Dia terluka," cuap Naga.
Leo segera membopong pria yang sudah dianggapnya sebagai adiknya itu. Sementara Leo yang langsung pergi, Naga mencoba memeriksa sekitar.
Bola matana menjelajah ke setiap lahan dari halaman belakang ini. Termasuk kolam renang yang ada di sini.
Namun, tidak ada hal yang Naga temukan. Dia hanya melihat ponsel Sky yang tergeletak di atas rerumputan tipis.
Naga mengambilnya, dan pergi menyusul Leo yang sudah terlebih dahulu meninggalkan tempat ini.
****
Sky dilarikan ke rumah sakit terdekat di sana. Bahkan Leo membopong Sky sampai masuk ke dalam rumah sakit.
Dirinya tidak pernah percaya dengan orang-orang yang ada disekitarnya, kecuali Naga dan Sky.
Saat ini perasaannya seakan-akan sedang diaduk-aduk. Entah disebut apa perasaan ini? Namun, bagi Leo ini pertama kalinya dia merasa peduli dengan orang lain.
"Dokter! Dokter!"
Dia berteriak dengan memakai bahasa Inggris. Dia memanggil dokter yang bertugas di sana, seraya membopong Sky di kedua tangannya.
Leo berlarian di lorong rumah sakit. Dia mencari di mana ruang UGD-nya. Tidak ada kata lelah baginya. Meski tubuh Sky sangat berat.
"Dokter!"
Sudah kesekian kali dia memanggil dokter. Namun, belum ada satu dokter yang mau membantunya.
Leo berlari kembali, hingga akhirnya dia bertemu salah satu dokter di sana.
"Dokter. Tolong selamatkan adikku ini. Dia terluka dokter. Lukanya sangat dalam dokter. Aku mohon dokter."
Dia mencecar terus dokternya, sampai dokter itu tidak memiliki kesempatan untuk berbicara.
"Baik. Segera bawa dia ke ruang pemeriksaan," kata dokternya mengarahkan.
Leo mengikuti kemauan dokter itu. Dengan tetap membopong Sky di kedua tangannya.
Sampai Sky dibaringkan. Leo diminta untuk keluar dan membiarkan dokter yang memeriksa kondisi Sky.
"Maaf tuan. Tuan bisa menunggu di luar saja. Biarkan dokter memeriksa adik tuan ini," ujar perawat yang ada di sana.
Leo didesak untuk keluar. Akhirnya dia pun menurut dan perlahan-lahan mundur meninggalkan ruangan itu.
Tidak ada air mata yang tumpah di pipi Leo. Namun, hatinya merasakan kesedihan yang sangat mendalam.
Leo merasa frustasi ketika melihat Sky terluka, dan harus masuk ke rumah sakit. Entah siapa yang dengan tega menyerang Sky? Leo bertekad akan mencari orang tersebut.
"Leo!" Naga berlari dari berlawanan. Dia baru tiba setelah membereskan semua yang terjadi di rumah duka.
"Bagaimana dengan Sky? Apa lukanya itu sangat dalam? Tentu dia tidak kritis 'kan?" Naga mencemaskan partner kerjanya tersebut.
Meski baru mengenal sosok Sky, tetapi Naga sudah langsung klop dengan Sky.
Leo menggelengkan kepalanya, "Ada apa?" Naga semakin cemas dengan diamnya Leo tersebut.
"Katakan Leo. Kau jangan membuatku berpikir yang tidak-tidak."
"Leo!"
"Diam kau!" Leo berbalik membentak Naga. Perasaannya benar-benar sedang berkecamuk. Ini bukan Leo. Dirinya berbeda.
"Ada apa denganmu? Mengapa kau seperti ini?" bentak Naga.
Kini dirinya yang berteriak keras. Kedua bahu Leo dipegang dengan kuat. Lalu, Naga pula menggoyangkan tubuh Leo yang terlihat lemas itu.
Murung dan seperti seseorang yang putus ada. Seolah-olah tujuan hidupnya sudah tidak ada.
Leo terlihat kacau, sangat urak-urakan. Pakaiannya bersimbah darah Sky. Dan tangannya pula berlumuran darah dari putra Oskar tersebut.
Naga sangat emosi, sampai dia dengan berani membentak Leo.
"Maaf," peluknya.
Tidak lama kemudian dokter pun keluar dari ruangan. Kehadirannya sudah sangat dinanti Leo serta Naga.
"Bagaimana dokter. Apakah adikku itu baik-baik saja?" Leo selalu mengaku bahwa Sky adalah saudaranya.
Dan memang benar. Sky sudah seperti adik bagi Leo. Dirinya sudah menjadi yatim piatu saat usianya menginjak 15 tahun.
Tuan Oskar sekaligus ayahnya Sky, yang sudah mengangkatnya menjadi salah satu bagian keluarga mereka.
"Dia tidak mengalami luka yang serius. Untuk tuan segera membawanya ke rumah sakit, jika tidak itu akan membuat nyawanya dalam bahaya," tutur dokter itu.
Leo langsung melemas. Tulang-tulang kakinya seakan-akan mengecil dan membuatnya tersungkur di lantai.
"Terima kasih banyak, Dokter," kata Naga.
Leo masih dalam posisinya. Dia memegangi dadanya seraya berucap syukur. Sebab Sky terhindar dari maut.
Ketika Naga yang masih masih berbincang dengan dokter itu. Leo berdiri dan apa yang terjadi? Dia berlari sekencang mungkin untuk masuk ke ruangan.
"Sky!"
Terdengar teriakannya memanggil Sky.
"Terima kasih banyak, Dokter," ucap Naga kembali.
"Permisi dokter," katanya dan akhirnya pergi menyusul Leo.
Di dalam Leo sudah duduk mendampingi Sky di sampingnya. Sky terbaring dengan alat-alat medis terpasang di tubuhnya.
"Bagaimana dengan dirinya?" tanya Naga.
Naga juga mendampingi Leo. Sungguh kedua orang ini sangat mencemaskan kondisi Sky yang terlihat buruk.
"Aku merasa lalai, karena sudah membuatnya harus masuk rumah sakit seperti ini."
Leo tertunduk dan menyalahkan dirinya terucap di bibirnya dia sangat menyesal. Sungguh Leo yang berbeda.
"Kau tidak usah menyalahkan dirimu seperti ini. Sky tentunya tidak akan suka melihat dirimu yang kacau," nasihat Naga.
"Percuma saja kau menyesal. Sekarang bukan waktunya, sebab pelaku penyerangan Sky masih hidup di luaran sana," kata Naga menambahkan.
"Yang kau katakan itu benar. Aku terlalu bersedih. Seharusnya aku membalas mereka yang sudah berani mengusik ketenangan keluargaku."
Leo mengepalkan tangannya secara bulat-bulat. Menanamkan tekad yang besar dalam hatinya.
"Membalas dendam adalah cara terbaik agar para pecundang itu mendapatkan pelajarannya." Leo berujar sangat kuat kepada Naga.
Sahabatnya itu menepuk-nepuk bahu Leo. Tanda dirinya mendukung setiap keputusan yang Leo ambil.
"Mereka yang hanya bisa menusuk dari belakang, disebut seorang pengecut. Sampah masyarakat yang harus dihilangkan dari dunia." Leo selalu memegang ungkapan ini.
Siapapun mereka? Bagaimanapun rupa mereka? Leo tidak akan pernah takut. Rasa takut tidak pernah ada di hati Leo.
Setelah ini tugasnya mencari musuh yang sudah berani melukai Sky.
Bisa tidak Leo membalaskan perlakukan mereka kepada Sky?
JANGAN LUPA BACA BAB SELANJUTNYA!