Chereads / DIA YANG TAK MEMILIKI HATI / Chapter 24 - BALAPAN LIAR

Chapter 24 - BALAPAN LIAR

Para pria sering kali memandang rendah kaum wanita. Mereka berpikir wanita itu lemah dan hanya bisa menangis saja.

Terutama saat seorang gadis yang berjalan sendiri di tengah kota, malam hari pula. Terkadang pria akan berpikir mengajaknya untuk bermalam atau menggodanya.

Mungkin itu tidak berlaku untuk Stevi. Gadis cantik yang berprofesi sebagai pramugari itu memiliki segudang talenta.

Hanya untuk melumpuhkan lima bahkan sepuluh pria dia pun sanggup untuk melakukannya.

"Ampun. Jangan sakiti kami." Salah satunya telah menerima kekalahan.

Wajahnya babak belur, dengan pelipis mata yang sudah mengeluarkan darah. Stevi tidak memberikan mereka sedikitpun pengampunan. Sampai mereka yang menyerah dengan sendirinya.

"Pergi kalian! Jangan pernah kalian mengganggu wanita-wanita lagi. Ini peringatan yang pertama dan untuk terakhir kalinya!"

Dia berubah menjadi cat woman yang memiliki segudang keahlian. Jangan pernah meremehkan seorang gadis dan melihat dari covernya saja.

Siapa tahu gadis itu adalah Iron Man yang berubah menjadi seorang wanita.

Para pemuda nakalku lari sekencang mungkin. Dalam benaknya, mereka tidak ingin bertemu lagi dengan wanita seperti Gatot Kaca itu.

Kepalan tangannya sungguh sangat besar. Tenaga yang dihasilkan untuk meninju pula sangat kuat. Bahkan dalam satu pukulan dia bisa membuat tanda biru di masing-masing orang.

"Sudah aku katakan. Jangan pernah melihat wanita dari fisiknya saja. Tidak semua wanita akan mau diperlakukan seperti itu. Dan, ya. Tidak semua juga harus lemah dan mengalah."

Stevi membenahi topinya yang sempat terbuka itu. Lalu, menghapus bercak darah yang mengotori tangannya.

"Pria memang selalu payah. Yang ada di otaknya selalu saja hal-hal kotor. Payah."

Kuat dan tangguh. Gambaran asli dari diri Stevi. Dirinya kembali menjelajah malam di kota besar tersebut.

Meski hanya seorang diri. Stevi tidak merasa takut. Untuk apa takut? Rasa takut hanya berlaku bagi seorang pecundang.

****

Sementara itu Leo masih bergelut di jalan raya. Dia belum juga menemukan pria yang sudah melukai Sky.

Rupanya GPS yang terpasang di supercar-nya tidak bisa menemukan lokasi pria itu.

Entah mengapa? Kemungkinan pria itu memiliki perlindungan diri yang kuat, sehingga identitasnya tidak mudah diretas.

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukan di mana keberadaannya?"

Leo menghubungi Naga. Ya, dia salah satu orang yang ada di balik kesuksesan Leo.

"Belum. Aku sedang berusaha untuk mencari semua data tentang pria itu. Sulit sekali mencocokan datanya dengan sketsa wajah yang kau buat."

Otaknya begitu cerdas. Dalam hal melacak dan meretas sebuah informasi, Naga lah Dewanya.

Tidak ada informasi yang tidak bisa dirinya ketahui. Hanya berlandaskan sketsa wajah saja, dia akan mudah menemukannya.

Sepertinya alat canggih yang Naga miliki tidak bisa membobol pertahanan yang dimiliki pria itu. Sampai detik ini juga data pribadinya belum bisa Naga masuki.

"Payah! Ini sangat menyebalkan. Segera temukan pria itu. Bagaimanapun caranya kau harus bisa menemukan dia. Paham!"

Leo menutup sambungan teleponnya. Kesal, menodai ketampanannya. Tidak ada kata menunggu. 

Dia kembali menyetir mobilnya. Rata-rata kecepatan supercarnya di atas 180 km/jam hampir menembus angka 200 km/jam.

Dia membuat jalanan kota New York sebagai lahan balapan.

***

Leo pun pergi ke salah satu jembatan gantung yang ada di sana. New York juga memiliki jembatan yang tak kalah terkenal, yakni Brooklyn Bridge. Brooklyn Bridge merupakan jembatan gantung tertua di Amerika Serikat.

Leo tidak sama sekali menurunkan kecepatannya. Bahkan dia tidak berniat untuk melakukan hal tersebut.

Kecepatan yang fantastis. Tidak terbesit dalam benaknya ingin menjadi seoarang pembalap, meski dahulu dia memiliki cita-cita ingin mempunyai mobil balap.

Setengah perjalanan. Entah kapan supercar yang ada di belakangnya itu hadir?

Leo terus memantau supercar tersebut dari balik kaca spion. Dia tidak mengira jika akan ada seseorang yang mampu mengimbangi kecepatan supercarnya.

Bahkan pengemudi itu berani memberi klakson kepada Leo.

Tit ….

Tentu itu sebuah tantangan bagi Leo. Jelas, sebab pengemudi mobil itu menambah kecepatannya dan berjalan sejajar dengan Leo.

Siapa yang ada di balik kemudi itu? Leo memikirkan orang yang seperti apa, yang bisa menyamai kecepatan mobilnya?

Dengan sengaja kaca mobilnya dibuka. Tentu itu membuat Leo bisa melihat dengan mudah wajah pengemudi itu.

Jeng, jeng, jeng ….

Apa yang Leo lihat?

Bukan main. Dia tak akan percaya ini. Pria yang duduk di kursi kemudi itu bukanlah orang asing baginya.

Pria itu membuka kacamata berwarna birunya itu. Lalu, dengan jelas dia menampakkan diri kepada Leo. Serta senyuman menyeringai darinya, menandakan dia menantang Leo.

Dia pula melambai tangan. Setelahnya pergi kembali. Leo melamun untuk sesaat, tetapi tidak untuk yang selanjutnya.

Dia mengejar ketertinggalannya. Sempat melamun, membuat Leo menjadi lengah. Akan tetapi, bukan Leo jika tidak bisa mengejar atau pun mengalahkan lawannya itu.

****

Terjadi kejar-kejaran antara Leo dengan pria itu. Jika yang di depan menambah kecepatannya, maka hal serupa Leo lakukan.

"Pantang mundur sebelum menang!"

Leo sudah hampir dekat. Mereka melewati jembatan gantung tersebut balapan. Lintasannya yang rata memudahkan keduanya. Ditambah lalu lintas di sini sedikit sepi.

Tentu saja Leo bisa menyalip mobil yang ada di depannya tanpa kendala.

Tepat beberapa meter sebelum sampai di akhir jembatan. Leo berhasil menyalip supercar berwarna kuning itu.

Posisi sekarang Leo memimpin. Pria itu tidak ambil diam. Disusul seperti ini membuatnya semakin tertantang.

"Galaxy tidak pernah kalah." Dia menyebut dengan sangat senang.

Ya, namanya ada Galaxy Adi Putra. Biasa akrab dengan nama Galaxy saja. Pria cukup kaya jika dilihat dari kendaraan yang dia tumpangi.

Galaxy bukanlah asli pemuda Amerika. Dia memiliki garis keturunan Indonesia. Hanya saja dia memang sudah lama menetap di New York ini.

Bukan main-main. Galaxy masih mengejar mobil Leo. Dia mendapat surat tantangan dari Leo setelah Leo berhasil menyalip dirinya tadi.

Bukan perkara sulit bagi Galaxy untuk menyalip Leo kembali. 

"Tidak sulit," ucapnya singkat.

Seolah meremehkan. Galaxy pula ingin sekali melihat sampai di mana kecepatan mobil milik Leo itu?

Mobil yang Leo tumpangi itu keluaran lama. Jelas Galaxy bisa melihat dari body mobil itu.

220 km/jam mungkin sudah cukup untuk bisa menjadi juara di F1. Namun, lawannya bukanlah seorang pembalap handal. Melainkan hanya pemuda biasa yang menyamar sebagai pria kaya.

Beradu di jalan raya kembali. Tak henti-hentinya jalan raya kota New York mereka jadikan sebagai lahan balapan.

Sampai di mana Leo menghentikan mobilnya secara mendadak. Dari kecepatan hampir menyentuh angka 20 km/jam kini hanya di angka 40 km/jam saja.

Galaxy yang tepat di belakangnya harus mengerem mendadak pula. 

Bruk …

Body depan mobilnya harus bertabrakan dengan body belakang mobil Leo.

Leo keluar dari mobil?

Melihat bagian mobilnya lecet apa yang akan Leo perbuat?

JANGAN LUPA BACA BAB SELANJUTNYA!