Malam harinya. Leo sudah berada di rumahnya yang besar dan mewah. Meskipun luas, tetapi terasa sepi sebab Leo hanya tinggal seorang diri di rumah sebesar itu.
Leo melepas lelah dengan berendam air panas di bathtub. Dengan menenggelamkan tubuhnya di dalam air menjadi salah satu cara Leo untuk bermeditasi.
Dia sampai memejamkan kedua matanya sebab ini menjadi kesukaan Leo ketika sampai di rumah.
Dret ….
Ponselnya bergetar, tertulis nama Sky di sana.
"Astaga, anak itu. Tidak bisakah dia membuatku tenang satu hari saja," ujarnya kesal.
Merasa terusik dengan panggilan Sky, Leo pun tidak menjawab panggilan tersebut. Dia mereject panggilan tersebut dan kembali bermeditasi.
"Sombong sekali dia," kesal Sky yang entah berada di mana. Di tempat terpisah Sky merasa karena diacuhkan seperti ini.
Sky mencoba menghubungi Leo kembali, untuk yang kesekian kalian.
Ponselnya Leo berdering lagi, kembali meditasinya terganggu. Namun, kali ini Leo mau untuk mendengar semua ocehan dari Sky.
"Mengapa kau lama sekali mengangkat teleponku?" kesal Sky yang terdengar dari sambungan teleponnya.
"Aku sedang berendam. Lagi pula mengapa kau menelponku disaat seperti ini?" balas Leo yang tidak kalah kesalnya dengan Sky.
"Katakan ingin apa kau malam-malam menghubungiku? Jangan katakan sesuatu yang tidak pasti. Aku tidak suka itu," kata Leo menambahkan.
"Baik bawel," ejek Sky demikian.
"Astaga aku tidak bawel. Kau yang terlalu keras kepala saja," balas Leo kembali.
Keduanya berbicara melalui sambungan telepon. Sejujurnya tidak ada permusuhan di antara keduanya, yang terjadi siang ini di restoran hanya kesalahpahaman saja. Ujar Sky ketika meminta maaf kepada Leo, sesudah pertikaian keduanya di restoran.
Perbincangan di telepon masih berlanjut.
"Jadi seperti ini Leo. Ada hal yang harus kau lakukan untukku," pinta Sky.
"Hal yang seperti apa yang ingin aku lakukan untuk kau, anak manja."
"Aku tidak manja. Kau jangan mengejekku dengan sebutan itu," tampik Sky tidak suka disebut manja.
"Baiklah. Aku tarik kata-kataku lagi," kilah Leo melupakan.
Dia menyudahi berendam air panasnya. Seraya menelpon Leo pun memakai handuk dan berjalan meninggalkan kamar mandi.
"Leo," panggil Sky.
"Ya, apa?"
"Bagaimana mau tidak kau membantuku? Ini ada hubungannya dengan organisasi yang membunuh ibumu 10 tahun yang lalu," ujar Sky membeberkan fakta baru.
"Sungguh? Kau tidak berbohong bukan?"
Mendengar pengakuan Sky, Leo dibuat penasaran. 10 tahun dia mencari informasi tentang organisasi yang telah membunuh ibunya, namun belum menemukan titik terangnya.
Ketika mengetahui bahwa Sky mengetahui tentang organisasi itu tentu memantik semangat Leo.
"Jangan berteriak. Suaramu itu sangat tidak bagus," canda Sky menggoda Leo.
"Sky aku serius," omel Leo, ketika hal yang serius dijadikan lelucon.
"Baiklah. Aku hanya ingin menggodamu saja. Tentunya aku tidak akan membuatmu penasaran. Soalnya aku merasa kau sangat antusias untuk mengetahui hal tentang organisasi tersebut. Benar bukan dugaanku ini," terkanya.
"Sudah jangan basa-basi. Katakan apa yang harus aku lakukan. Kau tahu bukan bagaimana sulitnya aku mencari organisasi itu?"
Seriusnya Leo kali ini tentu bukan tanpa sebab. Hal yang sebesar ini pula sangat diketahui oleh Sky. Meskipun dirinya tidak tahu dengan jelas permasalahannya, akan tetapi niatnya adalah membantu Leo.
"Baiklah. Segera temui aku di Tangerang. Aku akan menunggumu," tutup Sky sekaligus memutuskan sambungan teleponnya.
"Sky!" teriak Leo sesudah telepon dimatikan.
"Astaga. Mengapa dia memutuskan sambungannya begitu saja? Mengajak pertemuan di Tangerang, tapi Tangerang di mananya? Tidak jelas," kesalnya. Jengkel karena diputuskan begitu saja.
Sky dengan sengaja ingin membuat Leo berpikir kelas. "Tangerang" namun, Leo tidak tahu pasti di mana letak keberadaan Sky.
Tangerang itu luas, ada Tangerang kota dan Tangerang selatan. Di antara keduanya di mana dia? Itu yang dikeluhkan oleh Leo.
"Tapi, itu tidak masalah. Mencari seorang Sky tidak sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami," bebernya merasa mudah.
Tidak akan sulit bagi Leo untuk menemukan Sky. Koneksi yang dimiliki Leo tersebar seantero negeri. Jadi bukan tidak mungkin Sky akan ditemukan meskipun dia hanya mengatakan kotanya saja.
****
Leo segera bersiap. Seluruh pakaiannya sudah tersedia di lemari. Tidak lupa juga Leo memilah senjata apa yang akan diikutsertakan dalam perjalanan ini.
Ada ribuan senjata tajam dari mulai belati sampai pistol laras panjang pun ada di sana. Koleksi favoritnya adalah belati kecil yang berbentuk seperti keris.
Leo selalu menyelipkan belati tersebut di saku jasnya atau juga pistol kecil di kaos kaki miliknya.
Bagaimana juga Leo harus siap dan siaga dimanapun dirinya berada. Mau di tempat umum atau bertemu dengan para anggota Setan Merah.
Persiapan telah selesai. Leo segera pergi meninggalkan rumah dengan mobil sport warna hitamnya.
Mobil super cepat keluaran inggris itu menjadi kendaraan favoritnya juga.
Leo melaju cepat dan membelah keramaian jalan raya. Jalan kota Jakarta selalu ramai meskipun di malam hari.
Leo menyalakan GPS mobilnya. Layar virtual super canggih tersedia di dalam mobilnya.
Jika GPS yang sering digunakan hanyalah layar kecil, maka lain dengan yang Leo miliki.
Layarnya full di kaca mobil bagian depannya.
"Sky."
Dia hanya tinggal menyebut nama orang yang ingin dirinya tuju, maka seketika lokasinya langsung terlihat.
"Kena kau," pekik Leo senang.
Jadi memang mudah saja bagi Leo untuk menemukan Sky. Lokasi pasti Sky sudah ditemukan, maka Leo menambah kecepatan mobilnya.
****
Kota Tangerang. Hanya perlu 15 menit bagi Sky untuk sampai di kota Tangerang. Memang sulit dipercaya. Jika naik angkutan umum maka akan lama sampai.
Namun, jika mengendarai supercar sudah pasti jarak tempuhnya akan lebih cepat.
Leo masih mengikuti petunjuk dari GPS. Lokasi Sky berada di Balaraja. Leo meluncur cepat ke sana.
****
30 menit kemudian. Leo berhasil menemukan Sky. Mobilnya berhenti di tanah lapang. Leo keluar dari dalam mobil dan datang kepada Sky yang sudah menunggu dirinya.
"45 menit," ujar Sky menghitung waktu tempuh perjalanan Leo.
"Kau datang lebih lambat dari dugaanku," sambungnya ketika Leo yang sudah berdiri di depannya.
Leo melepaskan kacamata yang menjadi aksesoris penopang gayanya.
"Kau tahu sendiri bukan bagaimana kota Jakarta?" balas Leo.
"Jangan mencari alasan. Kau memang lambat. Mobilmu kalah cepat dengan milikku," sungutnya.
Mobilnya memang tidak kalah jauh berbeda dari yang dimiliki Leo. Hanya saja yang Sky miliki itu adalah keluaran terbaru.
"Jelas. Punyamu ini keluaran 2020, sedangkan milikku 2018. Aku ingin memiliki ini satu untuk koleksiku," kata Leo mengelus mobil Sky.
Warnanya merah menyala dan memiliki kecepatan mesin yang jauh lebih cepat dari yang Leo miliki.
"Cepat katakan apa yang harus aku lakukan?" kata Leo. Pertanyaannya yang masuk ke topik pembahasan mereka.
"Astaga, kau ini. Bisa tidak kau sedikit bersabar? Memang kau tidak pernah berubah!" seru Sky.
"Aku hanya tidak ingin membuang waktuku dengan mendengarkan omong kosongmu saja," protesnya.
"Kau tidak pernah asik, Leo."
"Sudahlah jangan mengeluh seperti itu. Cepat katakan informasi apa yang kamu ketahui tentang organisasi tersebut," desak Leo
Berjalan dia dan masuk ke dalam mobil Sky yang sejak lama menjadi incaran Leo juga.
"Bagaimana suka tidak?" tanya Sky mengganti topiknya.
"Jangan mencari alasan. Katakan jangan membuang waktuku. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk mendengarkan omong kosongmu itu," ketus Leo.
"Baik. Aku katakan. Tapi jangan terkejut," balas Sky kembali.
Apa yang akan Sky katakan?
Seperti apa kelanjutannya?
****