Setelah Leo meninggalkan kamar kecil tersebut, ada seseorang yang menyusup ke dalam sana. Kedatangannya sontak membuat pria yang ada di dalamnya tersentak.
"K-a-u …." Tubuhnya menggigil seperti seorang yang kedinginan. Bibirnya pula bergetar dan matanya membulat besar. Pria itu mencoba mencari sesuatu sebagai pegangan baginya.
Namun, dirinya tidak menemukan benda berat di sana. Hingga akhirnya ….
Jleb ….
Orang itu menusuknya dengan sembilah pisau yang sengaja dia bawa. Tidak ada suara atau teriakan dari pria tersebut.
"Ini adalah jasa atas semua pekerjaanmu," seru orang tersebut.
Pisau pun ditarik dari bagian perut, dan pria itu langsung tersungkur. Tubuhnya sengaja didudukkan di toilet dengan wajah yang tertunduk ke bawah.
Setelah selesai dia pun meninggalkan kamar kecil tersebut dengan kondisi pintu yang kembali terkunci.
Dirinya memakai setelan jaket hitam dan topi hitam yang menutupi kepalanya. Kedua matanya tidak terlihat, rupa wajahnya pula samar-samar. Dia pergi setelah memastikan keadaan sekitar aman.
Sementara itu. Beberapa jam kemudian. Salah seorang penumpang mencoba ingin masuk kamar kecil itu.
Dirinya seorang wanita yang tidak terlalu muda dan tidak juga tua. Sebut saja namanya Stella. Dia sedang menunggu di depan pintu kamar kecil. Stella tahu bahwa ada orang lain di dalam sana, sebab pintunya terkunci.
"Permisi, tuan, nyonya! Apakah anda sudah selesai di dalam sana? Jika sudah tolong keluarlah, tuan atau nyonya!"
Dirinya ingin segera masuk. Sesuatu sedang mengganjal di perutnya. Stella ingin membuang sisa-sisa makanan yang telah dicerna.
"Tuan! Nyonya! Apakah kalian sudah selesai?"
Meskipun dirinya berulang kali berteriak, namun tidak ada sedikitpun jawaban dari dalam sana.
Bosan menunggu, Stella pun memanggil salah satu pramugari untuk membantunya.
"Lihatlah. Pintunya terkunci. Mungkin saja ada seseorang di dalam sana," kata Stella menerangkan.
Pramugari tersebut pun mencoba mengetuk pintunya.
"Tuan!" panggil untuk seorang laki-laki.
"Nyonya, apakah ada sesuatu di dalam sana? Kalian sudah terlalu lama berada di dalam, yang lain juga ingin masuk," ujar Pramugari bernama Stevi tersebut.
"Bagaimana apakah ada jawaban?" tanya Stella.
Stevi menggelengkan kepalanya, "Tidak ada jawaban dari dalam," ujarnya menuturkan.
Stevi pun mencoba untuk memanggil petugas yang mungkin saja memiliki kunci cadangan untuk membuka pintunya.
"Tunggu sebentar nona. Aku akan segera kembali," kata Stevi dan setelah itu dia pergi.
Tidak lama kemudian Stevi kembali dengan seorang petugas pria yang biasa menangani hal-hal seperti ini.
Petugas yang mendengar keterangan dari Stevi dan Stella segera mencoba membuka pintunya.
Setelah berusaha dengan memakai kunci cadangan akhirnya pintu pun terbuka. Petugas dan Stevi pun masuk bersama-sama. Sedangkan Stella menunggu di luar saja.
Apa yang mereka lihat?
"Aaaaa!" Stevi berteriak dengan sangat keras. Suaranya juga sampai terdengar ke kursi penumpang.
Leo, Sky dan penumpang lainnya turut mendengar suara jeritan tersebut.
Tanpa perlu pikir panjang, Leo segera berlari menuju sumber suara tersebut.
"Leo! Ingin kemana kamu?" panggil Sky.
Tidak ada keterangan pasti, Leo pergi begitu saja, dan sebab itu juga Sky menyusulnya di belakang.
"Ada apa ini? Mengapa ada suara jeritan di sini?" tanya Leo sesampainya dia di kamar kecil tersebut.
Leo melihat seorang pramugari tersungkur di lantai. Entah apa sebabnya, namun kepastiannya pramugari tersebut tampak syok berat.
"Minggir!"
Dengan sifatnya yang gusrak-gusruk, Leo pun masuk ke dalam kamar kecil itu. Dirinya pun dikejutkan dengan jasad pria yang sebelumnya ia temui.
"Ada apa, Leo?" Sky datang untuk ikut memastikan.
Dia juga ikut terkejut ketika melihat jasad seorang pria yang sudah bersimbah darah yang tengah duduk di atas toilet. Leo masih memperhatikan jasad tersebut secara keseluruhan.
"Dia dibunuh!" serunya.
"Apa maksudmu? Kau jangan asal menebak. Tidak mungkin dia dibunuh. Pramugari yang di depan mengatakan pintunya terkunci dari dalam, sudah pasti dia mati karena bunuh diri," tutur Sky.
"Tidak. Dia dibunuh!" kekeh Leo.
Dirinya sadar betul dan sangat mengetahui bahwa pria ini dibunuh. Sebab sebelumnya Leo bertemu dengan pria tersebut dan pria ini tidak menunjukan tanda-tanda dirinya akan bunuh diri. Jelas Leo kepada Sky.
"Oh, jadi seperti itu. Mungkin saja dia dibunuh, tetapi siapa yang sudah dengan tega membunuhnya dan mengunci pintu kamar kecil ini?"
"Dia pembunuhnya!" Stevi datang dan langsung memberi tuduhan kepada mereka yang ada di dalam sana.
Siapa yang ditunjuk Stevi sebagai seorang penjahat, Leo atau Sky?
"Ada apa ini?" tanya Leo linglung.
"Dia adalah pembunuh pria tersebut! Pemuda itulah yang sudah membunuhnya. Aku melihatnya keluar dari kamar kecil ini!"
Telunjuknya mengarah langsung kepada Leo. Sementara itu Leo tampak diam kebingungan.
"Tunggu dulu. Tidak mungkin temanku itu seorang pembunuh. Nona tidak bisa seenaknya menuduh orang seperti itu," kata Sky membela.
"Faktanya memang dia pembunuhnya. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, bahwa dia yang sudah keluar dari kamar kecil ini sebelum kami menemukan jasad pria tersebut," beber Stevi dengan pengakuannya.
Sky memandang Leo dan bertanya, "Leo, benarkah yang dikatakan oleh pramugari ini, bahwa kau yang sudah membunuh pria itu?"
Sky tampak ragu untuk menuduh temannya sebagai tersangka, namun Sky juga tidak bisa mengelak dari fakta bahwa ada saksi mata yang melihat Leo keluar dari kamar kecil ini.
Leo belum memberikan pembelaannya. Dirinya diam dan tidak berkata apa-apa.
"Jawab aku. Leo! Katakan bahwa kau bukanlah pembunuhnya!" bentak Sky yang mulai naik pitam.
Dengan nanar dia memandang Leo. Kera baju Leo pun sampai ditarik olehnya. Sky benar-benar tidak percaya bahwa temannya akan berbuat senekat itu.
"Jawab Leo! Katakan bahwa kau bukanlah pelakunya? Kau tidak mungkin membunuh seseorang tanpa sebab bukan? Leo, katakan sesuatu. Jangan diam seperti ini!"
Diamnya Leo mengartikan bahwa dirinya memang benar membunuh pria tersebut.
Bruk …
Kesal, marah Sky meninju wajah Leo dengan tangan kanannya, sampai Leo membentur cermin di sana.
"Sabar tuan. Tahan emosimu tuan. Jangan kau bertindak seperti itu tuan."
Petugas pun datang untuk melerai perkelahian mereka. Petugas tersebut sampai menahan Sky untuk tidak lagi memukul Leo.
"Lepaskan diriku! Aku harus memberi temanku itu pelajaran. Dia harus dihukum atas tindakannya tersebut."
Memberontak dan berteriak. Sky tidak bisa menahan emosinya. Kebungkaman Leo membuat dirinya kecewa kepada temannya tersebut.
Leo sendiri tidak mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya untuk membuat pembelaan.
Sky terlalu emosi, sampai dirinya tidak lagi ingin mempercayai temannya tersebut.
Kondisi di pesawat pun terasa tegang. Tidak ada satupun orang yang meninggalkan area tersebut.
Bahkan Leo dan Sky pun menjadi bermusuhan akibat insiden pembunuhan ruangan tertutup itu.
Stevi sebagai saksi mata pun tetap berada di sekitar area. Dia lah yang sudah menyaksikan Leo keluar dari kamar kecil ini, dan tentu menjadikan Leo sekarang sebagai tersangka.
****
Bagaimana Leo akan menghadapi kasusnya ini?
Bisakah dirinya terus diam dan menerima tuduhan yang tidak pernah sama sekali dirinya perbuat?
Penasaran?