Arga duduk di dalam mobil sambil bermain game mobile legend kesukaannya. Sesekali melirik arloji di tangan kirinya sudah setengah jam Arga menunggu Sila karena walapun begitu Sila kalau dandan lama banget. Itu yang bikin Arga males jalan dan keluar bareng sama keluarga.
Arga, Gara, dan juga Sila mereka satu mobil dan mereka berbeda mobil dengan Mama papanya. Basan dan juga lina sudah pergi lebih dulu.
Arga berdecak,"Teh sila kemana sih bang?"Tanya Arga mulai kesal. Arga duduk di kursi penumpang sementara Gara yang menyetir mobil.
Gara menghela nafas,"Kebiasaan" Jawabnya. Gara membuka pintu mobil untuk memanggil Sila yang sedari tadi tak kunjung keluar dari rumah.
Arga menoleh melihat sila baru saja keluar dan mengunci pintu rumah. Arga membuka jendela mobil sambil berteriak ke arah sila.
"Buruan teh! Lelet banget sih jalannya, udah kayak miss indonesia aja"Cela Arga membabi buta dari jendela mobil.
Gara menutup kembali pintu mobil setelah tau sila sudah keluar dari rumah. Dan pastinya sila di maki habis-habisan oleh Arga.
"Dandan aja lama banget, tapi tetap aja buruk rupa" Maki Arga saat Sila sudah duduk di kursi samping kemudi.
"Berisik banget lo"Balas Sila sambil melempar tisu ke arah muka Arga.
Sifat sila memang berbeda ketika berada di rumah dan di sekolah. Saat di rumah Sila dan arga selalu meributkan hal-hal yang sepele. Pasti ada aja yang di ributkan sampai-sampai Lina meminta Gara untuk memisahkan mereka berdua.
Sila itu kakak pertama tapi, yang paling dewasa itu Gara. Sudah ganteng, putih, tinggi, pinter, punya tubuh ideal. Udah perfect banget kalau buat kaum hawa.
"Lo tau nggak sih kalau waktu adalah uang dan lo udah ngebuang-buang waktu gue. Heran deh. Kok doyan banget telat, lagian mau di pakein makeup setebal tepung juga tetep jelek tuh muka. Kagak ada cantik-cantiknya. Masih bagusan monyet yang di taman safari" Arga berdecak dan masih ingin mengomel karena kesal.
Sila mendelik dan Refleks menoleh ke arah Arga"Lo nyamain gue sama monyet? denger ya bapak, mau dimana pun gue berada, gue harus tetap tampil cantik dan elegan."Balas Sila tak mau kalah.
Arga pura-pura memuntahkan semua isi dalam perutnya sambil memandang sila jijik.
"Ada tempat sampah nggak?"Tanya arga
"Lu mau nyari tempat sampah noh di pinggir jalan banyak, lagian lo aneh banget nyari tempat sampah di mobil. kurang aqua om?!"
"Kan lu tempat sampahnya, sekalian mau keluarin semua isi perut gue ke muka lu enek gue liatnya. Dari segi manapun udah nggak layak"Hinanya.
"Bangsat! Kurang ajar banget sih lo jadi adek" Sila berdiri dan naik di atas kursi sambil membawa botol aqua yang ia pukul ke tubuh arga dengan keras.i
Arga yang tidak mau kalah juga membalas perbuatan Sila kakaknya. Terjadilah persaingan sengit yang tidak berujung.
Gara membuang nafas kasar ketika selalu melihat pertikaian mereka berdua. Ia memutar bola matanya malas pada jalan gerbang rumahnya. Gara memutar setirnya dengan sengaja menabrak pembatas jalan. Mobil yang di kendarai gara mengerem mendadak dan alhasil Badan sila yang berdiri itu terhuyung ke depan begitu juga dengan Arga kepalanya terpentok jok yang ada di depan.
"Bangsat" Umpat sila ia mengelus keningnya dan kembali duduk.
Sila menoleh ke arah Gara yang memasang wajah tanpa bersalah.
"Bisa nyupir enggak sih? Udah tau pembatas jalan masih aja lo tabrak!Entar kalau kening gue berdarah gimana?!" Ucap sila kepada gara.
"..."
"Berisik" Ucap Gara dan kembali melanjutkan gas mobilnya.
"Iya nih, bang gara kira-kira dong"Timpal Arga mengaduh kesakitan.
"Lo juga ar bisa nggak sih sehari nggak usah bikin masalah, kalian tu udah pada gede-gede masih aja berantem masalah sepele" Jawab gara mengomel pada adik bungsunya. Sungguh keajaiban melihat Gara banyak bicara karena biasanya gara itu paling mentok ngomong, Jangan, males, berisik.
"Bisa ngomong panjang lebar juga lo gar"Ujar sila tak percaya.
"Diam!!" gertak Gara dengan suara lantang. Mereka semua terkesiap dan mendadak hening dalam perjalanan. Kalau gara sudah marah Arga maupun sila tidak akan ada yang berani menjawab.
Gara membelokkan setirnya masuk ke dalam perkarangan rumah Tante naya. Sudah ada 4 buah mobil berjejer rapi di depan halaman rumahnya termasuk mobil Papa mereka.
Gara keluar mobil lebih dulu seperti biasa ia memasang wajah datar dan dingin. Sementara sila dan Arga masih berada di dalam mobil dama keadaan takut dan gemetar.
"Lo sih bikin gara marah" Ucap sila pada adiknya yang juga merasakan hal yang sama.
"Kok gue, salah teteh sendiri telat"Balasnya nggak mau kalah.
"Kalau aja lo nggak ngajak gue ribut, gue nggak bakal ngeladenin lo"Jawab sila merasa benar dan menurutnya ini adalah salah arga.
"Karena lo mancing gue buat cari keributan"
Akhirnya mereka saling salah-salahan karena menjadi penyebab marahnya gara.
"Eh, tutup panci ini semua berawal dari lo yang ngehina gue"Sila menunjuk-nunjuk ke arah Arga.
"Lah, gue emangnya salah? Lo kan emang jelek, jelek banget malah"Ledek Arga semakin membuat sila kesal.
"Sumpah ya lo bikin gue kesel"Sila melempar semua barang-barang yang ada di dalam mobil.
Sementara Gara sudah berdiri di ambang pintu masuk. Lina keluar ketika tau Anak-anaknya sudah datang.
"Loh, gara? Kakak sama adik kamu mana?"Tanya lina yang hanya melihat gara saja.
Sudut mata gara menunjuk ke arah mobil yang masih terlihat perdebatan antara Sila dan juga arga.
Lina menghela nafas,"Berantem lagi"Katanya.
"Biar gara aja yang ngurus mah"
Lina tersenyum dan mengelus pundaknya lembut," Seharusnya kamu yang jadi kakak dari mereka gar."
Gara terkekeh pelan,"Gara juga berpikirnya gitu mah, yaudah mama tunggu aja disini" Lina mengangguk.
Gara berjalan cepat menghampiri mereka berdua yang masih berada di dalam mobil.
Brakk
Gara menendang mobil dari luar dengan sangat keras. Mereka terkejut dan beralih menatap gara dengan tatapan yang menghunjam.
"Keluar atau gue bakar??"Ucap Gara dingin dan mengancam mereka.
Melihat ekspresi gara yang berubah mereka buru-buru keluar dari dalam mobil sebelum gara semakin marah pada mereka.
"Ga-galak banget si bang"Ucap arga gemetar.
"T-tau nih bikin kaget aja, kalau gue jantungan gimana—"
"Masih mau berantem??" Mereka menggeleng cepat dan langsung lari terbirit-birit masuk ke dalam rumah Tante naya.
Gara bernafas lega dan mengunci mobil dengan remote control.
***
Arga melenggang masuk ke dalam rumah Naya. Sementara sila sudah duduk di samping Lina mamanya.
Kalau di suruh pilih ikut ke rumah tante naya atau tidur? Arga pasti memilih untuk tidur di rumah dari pada harus menghadiri acara reunian orang tuanya. Apalagi pembahasannya seputar jaman mereka sekolah dulu. Bikin arga ngantuk kalau denger ceritanya, udah kayak lagi denger cerita dongeng.
"Cakep bangett!!" Seru gadis cantik berwajah lembut itu.
"Afkhh mana tinggi lagi"Ucapnya lagi.
Arga memasang wajah malas ia menutup kepalanya dengan hoddie dan memasang earphone di telinganya. Arga berdiri sambil menyendenkan tubuhnya di dinding.
Biasanya kalau soal cewek cantik arga nomor satu udah boking duduk paling depan. Tapi, emang lagi males aja dan moodnya lagi nggak bagus.
"Anak kembar kamu satunya mana lin?" Tanya Rara yang fokus menatap Arga tetapi di lihat dari mana pun wajahnya nggak mirip sama Sila.
"Masih di luar"Jawabnya.
Lina menoleh menatap putra bungsunya yang sedari tadi hanya berdiri. Lina menghela nafas pelan, ia memanggil Arga dan menyuruhnya ikut duduk.
"Bentar ya ra"Kata lina beranjak dari sofa.
"Arga"Panggil lina
"Kok berdiri aja sih, sini duduk"Ajak Lina.
"Iya ma"
"Ini anak terakhir aku namanya Arga adiknya si kembar"Ucap Lina pada rara. Rara adalah teman sekolah lina dulu dan mereka sudah sahabatan cukup lama.
"Nggak punya pantat atau emang bisulan"Sindir Sila sambil memalingkan wajahnya.
"Mending gue lah bisulan dari pada punya benjolan di muka"Jawab arga membalas sindiran kakaknya. Yang di maksud arga adalah jerawat yang ada di jidat sila walaupun cuma satu tapi bener-bener ngeganggu banget.
"Lo ngajak berantem??"Sila beranjak melempar bantal sofa ke arah Arga.
"Sila, arga!?" Tegur basan yang suaranya mengeras.
"Arga duluan pah"Adu sila sambil melotot tajam ke arah Arga.
"Semua sama! nggak ada yang salah nggak ada yang benar, kamu juga sila kamu itu kakak pertama dan seharusnya menjadi contoh buat Gara dan juga Arga. Bukannya bikin malu"Ucap basan.
"Pah sudah pah"Lina menghentikan basan yang mungkin amarahnya akan memuncak. Lina menyuruh basan duduk kembali.
"Sila"Panggil Lina
"Iya mah maaf"Sila duduk kembali begitu juga dengan Arga.
Lina menatap kedua sahabatnya dan merasa malu.
"Maaf nay–"
"Nggak papa lin wajar mereka masih anak remaja jadi sering berantem apalagi kakak sama adek. Ya nggak ra"Jawab naya menepuk pelan paha Rara.
"Bener tuh"Jawabnya.
Lina tersenyum manis
"Aku tinggal dulu ya mau ngambil cemilan di belakang" Naya beranjak dan pergi ke dapur.
Sesaat kemudian Seorang wanita pemilik rumah datang sambil membawa beberapa cemilan dan minuman dingin.
"Mau lebaran atau gimana nay? Banyak banget"Ucap dirto suami Rara.
"Ya harus gini dong dir kita jarang banget loh ngumpul apalagi bareng anak-anak"
"Iya juga sih jadi nostalgia"Sambung Basan.
"Terakhir ketemu pas Sila sama Gara masih umur 5 tahun kan yah?"Ujar Rara.
"Iya bener, yampun jadi kangen nyubit sila sama gara pas masih kecil"Jawab Naya sambil memakan satu cemilan kue coklat.
"Anak kamu kemana ra?" Tanya Sila. Karena memang cuma Rara dan dirto yang hanya datang berdua saja.
"Anak aku di london lin, lanjut kuliah di sana" Jawabnya. Anak Rara memang lebih tua dari pada anak Lina dan juga Naya karena Rara menikah dengan dirto itu di umur yang masih muda atau biasanya orang bilang nikah muda.
"Wah!! enak dong satu buntut bentar lagi wisuda terus cari kerja"Kata Lina ikut senang.
"Rencananya sih mau lanjutin bisnis papanya lin" Mereka semua beroria dan juga anak-anak mereka yang sibuk masing-masing.
"Oh iya, Sayang di sapa dong Anak tante lina sama om basan"Ucap naya pada putrinya yang sedari tadi terpaku menatap Arga. Namanya Salsa, gadis cantik yang selalu bersikap lembut.
"I-iya mah" Jawab salsa gugup.
"Salsa"Salsa menjulurkan tangannya pada Arga.
"Arga" Jawabnya tanpa membalas jabat tangan dari Salsa dan hanya fokus memainkan game di handphonenya.
Salsa terdiam atas perlakuan Arga, lina yang melihat itu langsung menegur putranya.
"Arga yang sopan sedikit"Nasihat Lina.
Arga berdecak melepaskan earphonenya,"Hm" Sahutnya.
"Maaf ya nak salsa Arga memang kadang suka gitu orangnya"Ucap Lina merasa tidak enak terhadap putri anak dari sahabatnya.
Salsa menggeleng,"Nggak papa tante"Jawabnya sambil tersenyum.
"Hai sal, kenalin gue sila kalau yang di sana itu kembaran gue namanya gara" Ucap sila sambil menunjuk ke arah gara. Ia bangkit berdiri mengajak salsa berkenalan.
"Hai sila salam kenal"
Arga beranjak dari sofa hendak pergi dari sana tapi di hentikan oleh lina. Lina memegang lengan Arga,"Mau kemana?"Tanya Lina penasaran.
"Keluar mah panas"Jawabnya.
"Panas? kan pakek ace"
"Mau tunggu di mobil" Katanya lagi, arga pergi meninggalan ruang tamu tersebut.
"Arga, arga!!" Panggil lina.
"Anak itu! Nggak di rumah, nggak di tempat orang sama saja"Ucap Basan yang melihat tingkah putranya yang sulit di kasih tau.
"Nayy"Panggil lina, lina merasa malu kalau begini lebih baik ia tak mengajak Arga.
"Nggak papa lin, namanya juga anak muda. Kamu juga pernah gitu kan?!"Jawab Naya. Lina tersenyum tipis.
"Maaf ya nay" Kata lina lagi.
"Iya lin nggak papa lagi. Oh iya, Alva belum ada kabar kah?" Tanya naya karena dari ke empat sahabatnya cuma Alva yang belum datang.
"Katanya sih masih ada kerjaan kantor"Tukas Rara.
"Gimana ya kabarnya si alva?! Udah lama banget nggak liat dia"Timpal Lina.
Saat kedua orang tuanya asik berbincang sila memainkan ponselnya dan membuka beberapa pesan chating dari orang-orang bule. Oh iya, gini-gini selera sila orang bara loh.