Memang tidak dapat dipungkiri, rasa sakit itu masih sangat terasa. Ameera ingat dadanya terasa panas, tenggorokannya benar-benar tercekat, dan yang paling mengerikan adalah saat dirinya berusaha menarik udara, tetapi sangat sesak dan sulit. Pengalaman berada di ambang kematian nyatanya jauh lebih menyeramkan. Namun, dengan cara seperti itu, ia masih saja tidak bisa melarikan diri dari Axton Axelcen yang ia benci.
Bagaimana bisa takdir yang ia miliki se-demikian menyebalkan? Jalan yang ia lewati selalu saja berduri. Pilihannya untuk bertahan sebagai pelayan ibunya sendiri tetap tidak berjalan dengan baik, dan ia justru jatuh ke tangan mafia yang kejam. Sialnya lagi cara terakhir yang ia gunakan untuk berlari lagi-lagi harus gagal.
