Chereads / Mr. Mafia and His Lady / Chapter 17 - Rencana Naif Betran Purnama

Chapter 17 - Rencana Naif Betran Purnama

Bertran Purnama menyerahkan beberapa lembar kertas bertuliskan alamat pada para reporter yang ia undang dari beberapa stasiun televisi. Ia yang sudah sangat ketakutan karena Axton sepertinya mengincar dirinya, harus bertindak lebih cepat. Apalagi kelompok hitam yang ia ajak bekerja sama masih belum ingin turun tangan. Pasalnya, penambangan ilegal yang ia lakukan bersama komplotan misterius itu sudah berdampak besar dan membuat bencana.

Alhasil, tidak ada pilihan lain, selain menuduh organisasi Sayap Hitam alias Black Wings sebagai dalang di balik aktivitas ilegal tersebut. Tentu saja, sebagai pengusaha, Bertran tidak mau rugi. Lagi pula yang mencari untung bukan dirinya sendiri, tetapi salah satu organisasi hitam yang membuat penawaran dengannya agar bisa mengakses tempat pertambangan tersebut. Sayangnya, ketika aktivitas pertambangan menciptakan sebuah bencana, organisasi tersebut menghilang setelah mengatakan agar Bertran diam terlebih dahulu.

"Axton Axelcen diduga ada di daerah ini. Dia sedang bersembunyi dengan salah satu kaki tangannya. Kalau kalian mendapatkan mereka, saya jamin berita ini akan heboh. Lagi pula kita bisa membantu para korban bencana itu," ucap Bertran.

"Tentu saja, Tuan, dengan senang hati kami akan meliputnya," jawab para reporter.

Bertran meminta mereka pergi. Sesaat setelah itu, ia lantas duduk dengan keadaan tubuh gemetaran. Ia ketakutan meskipun sudah memiliki rencana itu. Bahkan, ketika seharusnya menghubungi pihak berwajib, ia malah meminta bantuan reporter. Entah, pikiran Bertran terlalu kalut. Organisasi yang sempat bekerja sama dengannya masih belum muncul dan ia takut jika sampai salah langkah.

Pasalnya, jika pihak berwajib tidak berhasil meringkus Axton, maka nyawa Bertran akan semakin terancam. Apalagi Axton adalah pimpinan kelompok mafia yang memiliki darah murni dari negara ini, Axton pasti mengerti celah untuk masuk ke dalam tempat mana pun, yang artinya di mana pun Bertran bersembunyi, Axton tetap akan tahu. Sehingga lebih baik tidak terlalu memprovokasi pimpinan mafia Sayap Hitam itu. Dan jika pemberitaan semakin besar, Bertran yakin Axton akan memilih tetap bersembunyi dan menyudahi pencarian terhadap dirinya.

***

Axton dan Justin sudah berada di dalam sebuah mobil, sementara latar keberadaan mereka saat ini adalah wilayah sekitad bangunan tua yang sebenarnya kurang etis jika dijadikan sebagai tempat pertemuan. Sepertinya dugaan Axton mengenai Bertran Purnama yang hendak menjebaknya nyaris benar. Persetujuan soal keinginan bertemu yang mendadak diberikan oleh pengusaha sialan itu memang sangat mencurigakan.

Pasalnya setelah sekian lama menolak bahkan menghindar, Bertran langsung memberikan undangan, bahkan sebelum Justin mengajukan permintaan itu lagi. Kalau dugaan Axton benar mengenai sosok gelap dan hebat tengah melindungi Bertran, maka pada malam hari ini akan ada pertumpahan darah yang tidak bisa terelakkan lagi, kecuali jika ada jebakan lain yang Bertran pasang untuk membuat Axton masuk ke dalam bahaya besar.

"Tuan Axton," ucap Justin sembari menatap sang tuan yang tampak berada di kabin mobil bagian belakang. "Tempag ini terlalu sunyi. Sudah sampai di waktu pertemuan. Tapi, tak seorang pun masuk ke dalam gedung itu."

Axton masih terdiam dalam beberapa saat, dirinya tengah mencoba menganalisa situasi. Memang benar sejak tiga jam ia mengawasi gedung itu, belum ada tanda-tanda seseorang masuk ke dalam area gedung yang memiliki gerbang tampak terbuka lebar.

"Ada apa ini sebenarnya? Apa rencana pengusaha sialan itu?" gumam Axton bertanya-tanya, sementara matanya masih tak lepas dari area luar gedung terbengkalai tersebut.

"Apa mungkin Bertran Purnama sudah ada di dalam sana, sejak sebelum kita sampai di sini?" tebak Justin.

"Bisa jadi, tapi aku masih meragukan hal itu. Pengusaha kaya sepertinya pasti memiliki banyak kesibukan. Sementara kita sudah berada di sini sejak empat jam yang lalu, yang artinya tidak mungkin Bertran berada di sana lebih dari empat jam dengan seluruh agendanya sebagai seorang pengusaha."

"Bisa jadi dia mengambil cuti khusus hari ini, Tuan."

"Hmm? Apa kau sudah bodoh, Justin? Itu dugaan yang sangat konyol menurutku. Tidak mungkin. Kupikir, ada sesuatu yang lebih hebat di dalam sana. Bukan Bertran, tapi orang lain yang menggantikannya. Aku sendiri memakai cara itu untuk memancing kedatangannya, bukan? Lagi pula, pengusaha sialan mana yang berniat bunuh diri? Menemuiku yang jelas-jelas seorang pimpinan mafia, sementara dia adalah pengusaha yang berani mencoreng nama organisasi kita. Jika dia bersedia bertemu denganku tanpa pikir panjang, konyol sekali rasanya. Tidak mungkin dia mempertaruhkan nyawanya sendiri, di saat aku bisa saja langsung membunuhnya ketika sudah bertemu, bukan? Kecuali jika dia berkomplot dengan geng mafia lain."

Justin manggut-manggut. Memang benar apa yang Axton ucapkan barusan. Tidak mungkin Bertran langsung suka rela menemui Axton yang bisa saja langsung membunuhnya, lalu memanipulasi kematiannya menjadi sebuah tragedi kecelakaan. Axton sangat berbahaya bagi Bertran yang mendalangi pencemaran nama organisasi Sayap Hitam alias Black Wings. Bahkan, meski organisasi hitam yang dipimpin oleh Axton tersebut memang sebuah komplotan kriminal kelas kakap, Axton dan anggotanya, tidak akan pernah melibatkan warga sipil tak bersalah untuk menjadi korban atas kejahatan mereka.

Organisasi Sayap Hitam alias Black Wings hanya melayani penjualan senjata secara ilegal, penyelundupan minuman keras, pembunuh bayaran, sampai menaklukkan nyaris semua komplotan di beberapa negara untuk memperluas kekuasaannya. Layaknya kelompok Yakuza di Jepang, sebenarnya Sayap Hitam cukup disegani, karena meskipun bergerak di bidang kejahatan, mereka masih sering terlibat dalam pengiriman bantuan untuk korban bencana.

Lambang sepasang sayap berwarna hitam yang tergambar di box-box sumbangan sudah mewakilkan bahwa pengirim bantuan itu adalah Sayap Hitam alias Black Wings. Jadi, tak mungkin Axton diam saja ketika seseorang begitu berani merusak nama organisasinya, apalagi kali ini melibatkan warga-warga sipil yang tidak bersalah.

Axton berjanji ketika sudah mendapatkan waktu yang tepat, ia tidak akan segan-segan untuk membunuh Bertran Purnama sekaligus orang-orang di belakang pengusaha tambang itu, bahkan jika ada yang berasal dari kalangan pemerintah. Lihat saja! Siapa pun yang sudah berani mengganggu Axton termasuk juga organisasinya, mereka hanya akan bertemu dengan kebinasaan.

"Minta dua orang anggota yang sudah diberikan tugas untuk masuk ke dalam gedung itu, Justin," ucap Axton bertitah. "Katakan pada mereka, tetap pakai pengaman untuk mencegah adanya peluru datang."

Justin mengangguk. "Baik, Tuan," jawabnya.

Detik berikutnya, Justin meraih ponsel khususnya. Ia menghubungi salah satu dari dua anggota yang sudah diberikan tugas untuk menyamar sebagai Axton dan Justin. Kedua anggota tersebut sudah difasilitasi pakaian anti peluru, demi mencegah upaya pembunuhan yang bisa saja Bertran rencanakan. Sementara belasan anggota lain masih siap siaga di beberapa titik terdekat dengan wilayah itu.

Jika Bertran ingin berbuat curang, maka Axton pun bisa lebih curang. Pertemuan yang tiba-tiba disetujui, tidak akan pernah membuat Axton tertipu. Oleh sebab itu, Axton menggunakan taktik penyamaran, dengan menukar identitasnya pada salah satu anggota organisasinya yang memiliki postur tubuh tak jauh berbeda. Pun pada Justin, sebab ia merupakan tangan kanan terpenting. Di mana identitas Justin juga harus tetap dirahasiakan.

Tiba saatnya, kedua anggota organisasi itu masuk ke dalam gedung dengan segala persiapan. Ada ketegangan yang langsung membuncah pada diri Axton, pun pada Justin. Entah apa yang akan Bertran lakukan dengan menggunakan gedung tua itu, di tengah malam seperti ini. Tentunya, Axton tetap harus siap siaga.

"Dia Axton Axelcen? Ayo, ayo! Kita terlambat! Kau sangat lamban!" Seseorang berkata dari arah seberang.

"Sudah ada beberapa rekan kita yang berada di dalam gedung itu. Percayalah kita bisa menangkap keberadaan mafia sialan itu," sahut yang lainnya.

"Bisa jadi berita eklusif dan bonus kita besar. Tuan Bertran juga akan kasih bonusan. Cepat, cepat!"

Mata Justin menajam menatap keberadaan dua orang, yang salah satu dari mereka tampak membawa kamera. Suara mereka terdengar sayup-sayup, tetapi masih cukup sampai di pendengaran Justin.

"Tuan Axton, mereka ...?" Justin berkata sesaat setelah melihat dua orang tak dikenal tersebut menyusul kedua anggotanya masuk ke dalam gedung. "Mereka reporter?"

Axton belum menjawab, masih berpikir. Detik berikutnya, ia justru tertawa. "Hahaha! Naif sekali, bodoh!"

"Jadi, Bertran hanya akan—"

"Sepertinya begitu. Orang itu mengirim reporter untuk menangkap wajahku, demi bisa memperbesar pemberitaan. Keadaan akan semakin runyam saat masyarakat, pemerintah, bahkan FBI tahu bahwa aku berada di negara yang terkena dampak penambangan ilegal itu."

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Tuan Axton? Bahkan meski, dua anggota kita sudah menyamar, tetap saja berita akan naik. Semua orang tetap akan tahu bahwa Tuan Axton berada di negara ini."

"Minta seluruh anggota kita keluar, katakan pada mereka, bahwa mereka adalah orang suruhan Bertran Purnama. Berita yang akan naik, aku jamin langsung berbalik arah."

"Baik, Tuan."

Justin mulai bergerak sigap. Ia mengirimkan pesan siaran pada seluruh anggota organisasi yang ada di sana. Sesuai permintaan Axton, Justin meminta agar mereka mengaku sebagai anak buah Bertran Purnama yang diberikan tugas untuk menangkap Axton pada malam ini. Ditambahi dengan bumbu drama jika ternyata Axton tidak datang, yang hadir justru para reporter.

***