Chereads / Persahabatan beda alam / Chapter 6 - PBA 6

Chapter 6 - PBA 6

Sean memulai paginya dengan semangat, lantaran hari ini hari pertamanya bekerja di rumah Bu Darmi. Apapun pekerjaannya nanti, ia akan menerimanya dengan senang hati selagi itu halal dan tentunya menghasilkan uang yang sekiranya bisa membantu kehidupannya beserta sang ayah.

Hari ini Sean sudah siap dengan pakaian biasanya, hanya menggunakan celana kain selutut serta kaos oblong yang warnanya sudah mulai memudar karena terlalu sering dipakai. Sean memakai sandalnya lalu mengunci rumah sebelum akhirnya ia meninggalkan rumah.

Jangan khawatir, ayahnya itu sedang menjual ikan ke pasar dan nanti ketika pulang Lesmana akan menyempatkan diri untuk ke rumah Bu Darmi sekedar membawa kunci darinya.

Tidak membutuhkan waktu lama, Sean sudah tiba di rumah Bu Darmi. Namun, hendak memasuki pelataran rumah Bu Darmi, ia mendapati Pak Fizi yang tengah membaca koran di teras rumah ditemani dengan secangkir kopi.

Tiba-tiba Sean menjadi takut untuk menginjakkan kakinya di rumah itu. Ia takut kalau Pak Fizi tidak menerima kehadirannya dan berakhir dirinya yang tidak jadi bekerja di rumah Bu Darmi. Sean berjalan mundur, sembari matanya yang tak pernah lepas menatap Pak Fizi.

Namun, hal yang tidak diinginkan terjadi. Kakinya menginjak kaleng bekas minuman sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring sehingga membuat Pak Fizi mengalihkan fokusnya ke sumber suara.

Kedua bola mata Sean seketika membulat saat menyadari bahwa Pak Fizi tengah menatapnya dengan tajam. Habislah sudah ia sekarang. Sean menundukkan kepalanya saat tahu kalau Pak Fizi tengah berjalan ke arahnya. Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini jantungnya berdegup dengan sangat cepat.

"Ada perlu apa lagi kamu ke sini?" suara datar Pak Fizi memenuhi pendengaran Sean. Suara yang berasal dari pria itu terdengar sangat menyeramkan bagi Sean. Seumur-umur ia tidak pernah mendengarkan suara datar seperti itu dari ayahnya ataupun dari siapapun.

"Saya bertanya dan tentunya untuk mendapatkan jawaban." Pak Fizi kembali bersuara.

"S-saya... saya ma—"

"Pa! Seannya bawa masuk ke rumah!" teriakan yang berasal dari rumah Bu Darmi membuat Sean menghela napas lega.

Oke, kali ini keberuntungan sedang memihak padanya. Terima kasih, Tuhan.

Dengan keberanian yang tersisa sedikit lagi, Sean mengangkat kepalanya dan menatap ke arah rumah itu di mana Bu Darmi tengah berdiri di ambang pintu. Pak Fizi yang mendengar teriakan dari istrinya lantas menghela napasnya kasar lalu menyuruh Sean untuk masuk ke dalam rumahnya dengan gerakan matanya.

Untungnya Sean paham apa yang dikodekan oleh Pak Fizi. Akhirnya ia mengikuti Pak Fizi untuk masuk ke dalam rumah itu. Sesampainya di dalam rumah yang terbilang mewah, Sean disuruh duduk oleh Bu Darmi.

Dengan ragu, Sean hanya mengikuti perintah Bu Darmi yang sebentar lagi akan menjadi majikannya. Jadi, Sean harus menurut.

"Sean, karena kamu sebagai laki-laki. Jadi, Ibu hanya memerintahkan kamu untuk membersihkan kolam renang di belakang, dan juga mungkin nanti sewaktu-waktu akan saya suruh untuk menyetir mobil. Apa kamu bisa menyetir mobil?"

Sean terdiam kaku.

Beberapa detik kemudian Sean tersadar lalu menatap Bu Darmi dengan kikuk. "Maaf, Bu. Tetapi, kalau menyetir saya tidak bisa."

Bu Darmi menghela napas kecewa. "Yasudah tidak apa-apa. Mungkin kamu akan Ibu tugaskan untuk membersihkan kolam renang serta menggunting tanaman yang sudah mulai menguning. Jadi, tugas kamu hanya ada di halaman belakang saja. Paham?"

"Paham, Bu." Jawab Sean semangat.

Hampir saja tadi ia putus asa karena ia mengira bahwa ketika ia tidak bisa menyetir maka Bu Darmi tidak akan menerimanya sebagai pekerjanya. Namun, keberuntungan memang sedang memihak padanya. Sean benar-benar senang bisa mendapatkan pekerjaan ini, tidak terlalu sulit baginya.

"Baiklah, kalau begitu sekarang kamu boleh mulai bekerja. Akan Ibu antarkan ke halaman belakang." Sean mengangguk lalu mengikuti langkah Bu Darmi dari belakang. Ia tidak menyangka ternyata bagian dalam rumah Bu Darmi sangatlah luas, lebih luas dari yang ia lihat dari luarnya saja.

Sean menatap kagum halaman belakang rumah Bu Darmi yang begitu luas, ada kolam renang juga yang sangat luas, selain itu juga ada taman lengkap dengan ayunan kayunya. Sean jadi berharap kapan ia bisa memiliki rumah seluas ini? Sudah dipastikan dirinya serta sang ayah tidak perlu-perlu lagi membenarkan genteng lantaran bocor ketika hujan.

"Ini alat untuk membersihkan kolam renang. Jadi, ini untuk daun-daun yang mungkin jatuh ke atas kolam renang. Dan ingat, dua minggu sekali air kolam renang diganti. Oh iya, kamu juga nanti harus memberi makan ikan, serta mengganti airnya!" perintah Bu Darmi sambil menyerahkan alat untuk membersihkan kolam renang serta menunjuk kolam ikan yang terletak di sudut halaman ini, dekat dengan taman.

"Kalau begitu saya kembali masuk ke dalam. Nanti, gaji kamu akan saya hitung perhari saja ya. Siapa tahu nanti kamu pasti akan membutuhkannya." Lalu Bu Darmi melenggang pergi, meninggalkan Sean yang tengah tersenyum lebar.

Sean senang saat mengetahui bahwa nanti dirinya akan dibayar setiap hari, dalam artian setelah selesai bekerja ia akan langsung mendapatkan upah. Ia sedari tadi memang tidak berani untuk bertanya tentang bayarannya, yang terpenting ia sudah mendapat pekerjaan pun ia sudah sangat senang.

"Adek! Jangan lari-lari! Awas jatuh ke kolam!"

Laki-laki itu mengalihkan pandangannya saat mendengar suara teriakan dari dalam rumah. Sean sempat terpaku saat melihat seorang gadis cantik tengah dikejar-kejar oleh seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengannya.

"Aduh!"

Sama halnya dengan orang itu, Sean meringis saat merasakan bahunya terbentur dengan kening seseorang. Lantas Sean menoleh ke samping, di mana seorang gadis cantik tadi yang tengah meringis serta mengusap keningnya.

"Sudah Kakak bilang, jangan lari-lari! Kenapa masih tetap lari-lari?"

Tanpa bertanya pun Sean sudah tahu kalau dua orang di depannya ini adalah sepasang adik dan kakak. Terlihat cocok sekali, gadis itu yang cantik dan seorang kakaknya yang tampan, bersih dan memakai pakaian bagus. Tidak seperti dirinya yang hanya memiliki wajah seadanya dan pakaian yang lusuh.

Pandangan adik dan kakak itu mengarah ke padanya membuat Sean terdiam canggung. Ia menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Kamu siapa?" pertanyaan polos itu terlontar dari seorang gadis cantik yang berada di sebelahnya.

"A-aku Sean, pekerja baru di sini." Jawab Sean seadanya.

Gadis itu menganggukan kepalanya. Lalu menoel tangannya agar menatap pada gadis itu, Sean dengan rasa kegugupannya lantas menoleh dan memandang gadis cantik itu penuh tanya.

"Semangat ya kerjanya!" kemudian gadis cantik yang belum Sean ketahui namanya pergi bersama kakaknya.

Sean tersenyum kecil melihat punggung mungil gadis itu yang mulai menghilang di pandangannya. Kunciran rambut gadis itu membuat Sean merasa gemas. Ia baru tahu kalau Bu Darmi memiliki dua orang anak, yang salah satunya sangat menarik perhatiannya.

***