Chereads / Istri Sambung / Chapter 22 - BATHUB

Chapter 22 - BATHUB

Sampai di rumah.

Yunki langsung masuk ke dalam dan melangkah menuju kamar kembar.

"O ... oh, sudah pulang?" tanyaku yang sekilas menatap ke arah pintu kamar.

Di pintu kamar kembar terlihat sosok lelaki yang sangat dingin namun tampan, ia tidak menjawab pertanyaanku dengan cepat. Melainkan, ia melangkah terlebih dahulu ke arahku saat aku menggendong Hana.

"Ya aku sudah pulang," jawab Yunki yang tiba-tiba saja mencium keningku.

Spontan aku sangat terkejut karena tingkahnya yang tiba-tiba seperti itu, aku agak mundur ke belakang seperti ingin jatuh. Dengan cepat Yunki merangkul pinggangku dan menatapku.

"Kamu kenapa?" tanya Yunki.

Deg.

Deg.

Jantungku berdetak lebih cepat. Sepertinya jantungku sedang tidak sehat, haruskah besok aku ke dokter?

"Kamu kenapa?" tanya Yunki lagi yang masih menatapku.

Aku juga masih menatapnya namun entah kenapa saat diriku ingin menjawab pertanyaannya, mulut dan lidahku seperti terkunci. Aku hanya bisa memandangi wajah mulusnya itu, wajahnya benar-benar mulus seperti baby.

"Kamu udah makan?" Tiba-tiba Yunki menanyakan itu padaku.

"A ... aku udah makan tadi siang," jawabku yang perlahan-lahan melepaskan tangan Yunki yang menyentuh pinggangku.

"Baguslah!" Yunki menyimpan tasnya di atas meja dekat tempat tidur kembar.

Yunki mendekati tempat tidur kembar dan melihat Hani yang dari tadi menatapnya dengan senyuman. Yunki langsung menggendong anaknya yang lucu itu.

"Halo anak ayah yang cantik, gimana hari ini? Apa lelah?" tanya Yunki sambil menatap Hani.

"Lelah?" aku mengulang ucapan Yunki.

Yunki tidak merespon ucapanku, seketika aku berpikir. Memangnya baby bisa lelah? Kenapa dia menanyakan itu pada Hani? Sepertinya dia kurang vitamin.

"Jadi kapan kamu akan belajar masak?" Tiba-tiba saja Yunki menanyakan itu padaku.

Yunki menanyakan itu tanpa menatapku, aku menggarukkan kepalaku dan bingung mau menjawab apa.

"Kapan mau masak?" Yunki bertanya itu lagi dan menatap diriku.

Aku juga menatapnya. "A ... aku belum tau," jawabku yang bingung.

Masak? OMG, haruskah aku benar-benar masak? Kenapa dia selalu menyusahkan diriku? Kenapa juga kak Yura menikahi lelaki ini, padahal dia pintar masak tapi kenapa masih menyuruh istrinya untuk masak? Ah dia menyebalkan!

"Kamu harus tau, seorang istri dan seorang ibu itu sangat wajib bisa masak," ucap Yunki.

"Iya aku tau!"

"Jadi mulai besok belajar masak!" tegas Yunki.

"Be ... besok?" aku membulatkan mata saat mendengar kata besok.

"Kenapa? Apa besok kamu ada kuliah tambahan?" tanya Yunki dengan wajah datarnya.

"Tidak ada kok," jawabku.

"Ya sudah bagus, besok jam lima pagi harus sudah bangun!" Yunki berucap dengan sangat tegas.

"Hah? Jam lima?" Lagi-lagi aku membulatkan mata dengan ucapan Yunki.

Kenapa dia benar-benar menyiksa diriku? Besok jam lima? Yang benar saja masak jam lima, apa enggak sekalian aja jam tiga pagi?

"Kenapa? Apa kamu keberatan?" tanya Yunki.

"Tidak," jawabku dengan cepat.

Aku mengikuti aja apa yang ia ingin lakukan, karena aku malas bertengkar dengan hal seperti ini. Sekilas aku menatap Hana yang masih aku gendong, ia tersenyum padaku seperti mengerti apa yang di ucapkan ayahnya itu. Lalu aku mengecup pipi Hana yang sangat mulus dan sudah wangi, setelah itu aku juga tersenyum padanya.

"Sepertinya anak ibu mengerti apa yang di ucapkan ayah, ibu tidak masalah kalau Hana senang dengan semuanya," batinku.

Melihat Hana tersenyum seperti ini membuat hatiku sangat tenang, sepertinya adanya anak dalam pernikahan membuat pasangan suami-istri bahagia. Pantas aja banyak orang yang menikah langsung memiliki anak, mungkin karena seperti ini.

Cukup lama kami menggendong Hana dan Hani dalam gendongan masing-masing. Tiba-tiba aja.

"Loh, kenapa ayah di pipisin begini?" Yunki menatap Hani yang ternyata udah tersenyum dan agak tertawa ketika melihat Yunki yang agak merengek karena baju kerjanya di pipisin begitu aja oleh Hani.

"Aduh Hani," aku langsung meniduri Hana di tempat tidur dan mengambil Hani dari gendongan Yunki.

"Sepertinya Hani sangat menyukai ayahnya seperti ini." Yunki menatap Hani yang masih tersenyum padanya.

Lalu aku menatap Hani dan ternyata benar, Hani masih tersenyum pada Yunki. Sepertinya Hani sengaja melakukan ini pada ayahnya.

"Mungkin Hani ingin ayahnya segera mandi, ya?"

Tiba-tiba aku mengucapkan itu membuat Yunki langsung menatapku, lalu aku menggigit bibir bawahku sendiri. Aku tau pasti setelah ini ia akan memarahi aku, aku menghela nafas dan menundukkan kepalaku.

"Benar, sepertinya Hani menyuruh diriku untuk segera mandi. Hani bau ya saat ayah gendong?"

Hani tidak merespon apa-apa dan ia sudah tidak tersenyum lagi. Sepertinya memang begitulah keinginan Hani, ingin ayahnya segera mandi saat pulang kerja.

"Kalau begitu aku mandi dulu!"

"Iya."

Yunki langsung mengambil tas kerjanya sambil menyentuh baju basahnya, lalu melangkah pergi keluar menuju kamarnya.

"Hani enggak boleh seperti itu lagi ya!"

Aku menggantikan celana Hani dengan yang lainnya, lalu aku juga memakaikan popok padanya. Setelah selesai, aku meniduri Hani di dekat Hana.

"Seharusnya tadi aku langsung memakaikan Hani popok aja ya?"

Sekilas aku meraba celana Hana dan dia udah menggunakan popok, tapi kenapa Hani tidak memakai popok? Sepertinya aku kelupaan.

"Masih muda aja aku udah pikun begini," aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

Yunki sampai di dalam kamar mandinya. Ia melepaskan seluruh pakaiannya dan membuka keran air yang ada di bathtub. Setelah itu ia membersihkan perutnya yang tadi terkena pipis Hani.

"Ada-ada aja anak itu," ucap Yunki sambil tersenyum.

Setelah membersihkan perutnya bekas pipis Hani, ia langsung masuk ke dalam bathtub dan menikmati air hangat.

"Ah, nyaman." Sesekali Yunki memejamkan matanya, ia agak mengantuk saat masuk ke dalam bathtub.

Yunki terlalu nyaman dengan air hangat hingga tidak terasa ia tertidur di sana.

"Sayang," panggil sosok wanita cantik yang baru aja masuk ke dalam kamar mandi.

Yunki menatap wanita itu. "Yura!" Yunki langsung memeluk Yura dengan erat.

"Oh, apa kamu sangat rindu padaku?" Yura benar-benar terkejut saat Yunki memeluknya dengan erat.

Yunki menganggukkan kepalanya. "Sangat rindu, kenapa baru masuk ke sini? Ayo kita mandi bersama!"

Keseharian Yunki dan Yura memang seperti ini, mandi juga mereka selalu bersama-sama. Mereka mandi tidak terlalu memfokuskan harus melakukan itu seperti suami-istri pada umumnya. Melainkan, mereka mandi ya hanya mandi untuk meningkatkan keromantisan mereka dalam rumah tangga.

Yura menahan tangan Yunki. "Untuk sekarang dan selamanya, kamu jangan mengajak aku untuk mandi." Yura melepaskan pelukan Yunki. "Kamu harus mengajak istrimu untuk mandi!"

"Istriku aku ya kamu!" Yunki ingin memeluk Yura lagi namun Yura melangkah mundur dan seperti menghindar darinya.

Lalu Yura menggelengkan kepalanya. "Aku bukan istrimu lagi sayang, aku hanya masa lalu kamu dan ...