"Em ... emmmm, ini sangat enak."
"Makanya kalau masak di cobain dulu, baru protes." Yunki kembali mengambil kimchi untukku.
"Sudah, aku bisa makan sendiri," aku malu kalau terus-terusan di suapi seperti ini.
Yunki mengusap kepalaku. "Tidak apa sayang, aku ingin memanjakan dirimu pagi ini."
"Hem, baiklah."
Aku hanya bisa menurut padanya, lalu Yunki masih menyuapiku beberapa lauk-pauk yang ada di atas meja. Tatapan Yunki sangat hangat, beda dari tatapan kemarin-kemarin.
"Sebenarnya, Yunki kenapa?" batinku yang masih bingung dengan tingkahnya pagi ini.
Namun aku tidak menghiraukannya karena aku sangat suka di perlakukan seperti ini, sesekali Yunki menatapku sambil tersenyum. Yunki seperti ingin berbicara padaku namun bingung memulainya dari mana.
Dua puluh menit kemudian. Kami selesai makan, aku ingin mencuci peralatan makan itu namun Yunki menahan tanganku dan berkata. "Kalau kamu ke kampus, boleh aku mengantarkan kamu?"
Aku sedikit terkejut saat Yunki mengatakan itu padaku, lalu aku menjawab. "Ke ... kenapa mau antar aku ke kampus?" jawabku yang di akhiri pertanyaan untuknya.
"Tidak apa, aku hanya ingin dekat lebih dalam lagi dengan istriku, boleh?" Yunki seperti benar-benar tulus mengucapkan itu.
Bola matanya yang sangat indah, sipit dan sangat tajam ketika menatapku. Membuat hatiku tidak bisa berkutik saat di tatap olehnya.
"Bo ... boleh saja, berarti kembar juga nanti ikut?"
"Tentu."
"Ya sudah aku mau lanjut cuci semua ini," aku menatap seluruh peralatan makan kotor di atas meja.
Yunki menganggukkan kepalanya dan berkata. "Kamu butuh pembantu tidak?" tanya Yunki seperti mencemaskan sesuatu.
"Tidak perlu," jawabku dengan gelengan kepala.
"Yakin?" Yunki seperti tidak percaya dengan jawabanku.
"Iya yakin."
"Pembantunya khusus bersih-bersih rumah aja kok, untuk masak dan jagain kembar biar kita aja," saran Yunki yang benar-benar mengkhawatirkan sesuatu.
Sepertinya Yunki mengkhawatirkan diriku yang takut tidak bisa mengurus dan mengatur semuanya. Memang benar sih aku tidak bisa mengurus semuanya sekaligus, tapi aku tidak yakin punya pembantu di sini. Apa lagi pembantu jaman sekarang yang udah berani menggoda tuannya, aku sangat tidak mau Yunki di goda oleh wanita lain.
"Pembantunya tidak muda kok, agak berumur aja, gimana?"
Yunki seperti tau apa yang ada di dalam pikiran aku, dan aku mulai berpikir lagi untuk saran yang Yunki berikan.
"Bagaimana?" Yunki mengusap kepalaku. "Kalau tidak mau tidak apa-apa," ucap Yunki.
"Aku mau," aku menyentuh tangannya.
"Baiklah, hari ini aku akan mencari pembantu untuk di rumah kita." Yunki menggengam tanganku itu.
Beberapa menit kemudian. Yunki pergi ke kantor dan aku masih melanjutkan tugas rumah tangga.
Jam 10.00.
"Akhirnya selesai juga," ucap aku sambil mengelap keringat yang ada di leher.
Aku langsung merebahkan punggungku di sofa ruang tengah, sekilas aku menatap jam dinding dan melirik sekitar rumah yang sangat sepi dan hening.
"Sedih sekali menjadi ibu rumah tangga, tiap hari kerjaannya seperti ini terus," ucapku.
Tidak bisa membayangkan kalau diriku benar-benar menjadi ibu rumah tangga, sehari-hari diam di rumah, mengurus anak dan bersih-bersih. Aku yakin bisa stres aku kalau di rumah terus-menerus, aku langsung memikirkan kak Yura. Apa kak Yura menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga? Eh, tapi saat itu kak Yura masih bekerja di perusahaan dan cuti saat kandungannya udah besar.
"Huh, jadi hari ini kita ngapain?"
Aku berpikir dengan sangat keras sampai-sampai kepalaku agak sakit memikirkannya.
"Kita rebahan aja di rumah, dan menikmati menjadi ibu rumah tangga kalau sang suami enggak ada di rumah, hehehe."
Aku bangun dari duduk dan melangkah menuju kamar kembar. Sampai di kamar kembar, ternyata mereka udah bangun dari tidurnya.
"Anak-anak ibu udah bangun?" tanya aku sambil menatap kembar.
Kembar langsung tersenyum saat melihatku, aku sangat senang melihat kembar seperti ini. Kembar benar-benar penyemangat diriku.
"Ayo cepat besar, ibu udah enggak sabar nih mau ajak kalian main. Kalian mau ikut enggak sama ibu?"
Kembar tersenyum lagi padaku, lalu aku mengusap-usap pipi kembar secara bersamaan.
"Oke, waktunya anak-anak ibu minum susu."
Aku langsung mengambil dua botol susu kembar yang ada di atas meja. Lalu aku memberikan susu botol itu pada kembar.
"Habiskan susunya nanti ibu buatkan lagi kalau kurang," ucapku yang memegangi dua botol kembar di dua tanganku.
***
Jam 12.00.
Jam istirahat Yunki masih sibuk mengerjakan pekerjaannya.
Tok.
Tok.
"Permisi Bos," ucap seseorang dari luar ruangan.
"Ya masuk," ucap Yunki yang masih sibuk dengan laptop dan beberapa berkas yang ada di atas meja kerjanya.
Seseorang itu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Yunki. Ia langsung membungkuk sopan saat berada di depan meja kerja Yunki.
"Ada apa, Lia?" tanya Yunki tanpa meliriknya.
Sebenarnya Yunki sama sekali tidak melihat sosok seseorang itu yang masuk siapa, namun ia udah tau kalau yang masuk adalah Lia sang sekertaris. Sepertinya Yunki memiliki mata batin.
"Ini beberapa pembantu yang menurut saya cocok untuk bekerja di rumah, Bos," jawab Lia sambil memberikan map putih di atas meja Yunki.
Dengan cepat Yunki langsung melirik ke arah map itu. "Umur berapa dia?" tanya Yunki yang perlahan-lahan membuka map itu.
"Umur tiga puluh tahun Bos," jawab Lia. "Minimal umur tiga puluhan karena Bos minta yang agak berumur, kan?"
"Benar, saya rasa istri saja tidak menyukai pembantu di bawah umurnya. Hem maksud saya, Yuna tidak menyukai pembantu yang masih muda."
"Memang seharusnya untuk pembantu di rumah dengan bertugas bersih-bersih cocok yang berumur, karena mereka pasti berpengalaman mengurus pekerjaan rumah."
"Ya benar, ya udah nanti saya kabari mau pilih yang mana dan saya harus benar-benar mengoreksi semua data-data ini," ucap Yunki.
"Baik Bos, kalau begitu saya permisi." Lia membungkuk sopan dan melangkah pergi.
Sekilas Yunki melihat beberapa data dan belum membaca detailnya, ia kembali bekerja.
"Hari ini enggak boleh pulang telat," gumam Yunki yang sibuk mengetik pekerjaan di dalam laptopnya.
12.30.
Yunki selesai dengan pekerjaannya, ia mengatur nafas sambil meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Sepertinya aku butuh olahraga," gumam Yunki yang mulai terasa sakit pada bagian tubuhnya.
Yunki bangun dari duduknya dan mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Lalu ada pesan masuk ke dalam ponselnya.
(Pesan)
Nara: Yunki, ayo kita ke Klub!
"Klub? Apa dia udah gila?" Yunki menggeleng-gelengkan kepalanya setelah membaca pesan itu, ia langsung menghapus pesan itu dan mencoba mengirim pesan pada seseorang.
"Dia sedang apa?" Yunki sedang memikirkan seseorang.
Udah pasti Yunki lagi memikirkan istrinya Yuna, akhir-akhir ini Yunki lagi jatuh cinta seperti anak ABG.