Chereads / Istri Sambung / Chapter 24 - DI KAMAR YUNKI

Chapter 24 - DI KAMAR YUNKI

"Belum tidur?"

Baru aja aku masuk ke dalam dapur dan Yunki langsung menoleh ke arahku.

"Belum, kamu?"

"Belum juga."

Aku melangkah menuju kulkas dan membukanya, aku mengambil segelas jus dan melangkah menuju kursi yang ada di dapur. Aku duduk di kursi dan Yunki masih menatapku.

"Apa mau membuat sesuatu?" tanyaku sambil menatapnya

Yunki menggelengkan kepalanya dan berkata. "Tidak, kenapa minum es malam-malam?" jawab Yunki yang diakhiri dengan pertanyaan.

"Enggak kenapa-napa, ini jus siang tadi dan aku lupa belum meminumnya," jawab aku.

"Kamu belum ngantuk?" tanya Yunki sambil melangkah menghampiriku.

Deg.

Deg.

Lagi-lagi jantungku seperti akan copot dari tempatnya, kenapa setiap Yunki menghampiri diriku. Jantungku selalu seperti ini? Kenapa denganku? Besok aku harus ke dokter, untuk memeriksa jantungku.

"Kenapa bengong?"

Tiba-tiba aja Yunki udah duduk di kursi depanku, ia menatapku dengan dalam.

"Tidak apa," jawabku dengan gelengan kepala.

"Besok mau masak apa?" tanya Yunki.

"Tidak tau, aku ikut kamu aja sa ... sayang," aku mencoba membiasakan menyebut dirinya sayang, dari pada kena omelan lagi darinya.

"Ya udah besok masak yang gampang dulu aja." Yunki mengusap kepalaku.

Saat Yunki mengusap kepalaku aku bengong dan menatapnya tanpa berkedip. Entah kenapa hari ini Yunki benar-benar aneh padaku, tadi siang dia seperti membenciku karena pergi begitu aja. Namun saat ia pulang kerja tiba-tiba mencium keningku, dan malam ini ia mengusap kepalaku.

"Boleh aku bertanya?" tanyaku padanya.

"Boleh, tanya aja," jawab Yunki lalu menurunkan tangannya dari kepalaku.

"Jadi aku enggak boleh panggil kak? Harus sayang?"

"Betul!" Yunki menjawabnya dengan sangat cepat.

"Lalu aku boleh memanggil dirimu dengan sebutan kamu juga enggak?"

"Kamu? Kenapa harus kamu?" Yunki agak tidak menyukainya.

"Maksud aku begini, kadang kita selalu tanya gini. Sayang apa udah makan? Atau kadang, sayang kamu udah makan? Apa boleh begitu?" tanyaku yang berharap Yunki paham dengan apa yang aku maksud.

Yunki langsung menganggukkan kepalanya. "Ya itu tidak apa-apa, pokoknya jangan menyebutkan diriku dengan KAK!"

Yunki udah mengerti dengan apa yang aku katakan dan ia masih tidak suka dengan kata KAK, entah kenapa dia sangat membenci itu. Aku langsung meminum jus dan menghabiskannya.

"Apa kamu haus?" Yunki agak kaget saat melihat diriku meneguk jus dengan sekali tegukan.

"Tidak."

Aku bangun dari duduk dan mencuci gelas itu di wastafel. Yunki masih duduk terdiam di kursi itu. Setelah mencuci gelas itu.

"Kamu mau langsung tidur?" tanya Yunki yang bangun dari duduknya.

"Sepertinya, karena ini udah mulai larut malam," jawab aku.

"Tidur di kamar aku, mau?" Tiba-tiba aja Yunki menawarkan kamarnya padaku.

Lalu aku menoleh ke arahnya dengan mengerutkan kening, entah apa yang ada di dalam otak Yunki. Kenapa juga dia menawarkan kamarnya padaku, sebenarnya hari ini dia kenapa sih!

Yunki langsung menggarukkan kepalanya seperti agak canggung. "Ma ... maksudku, aku hanya takut kamu ke siangan."

"Aku udah memasang banyak alarm di sini," aku mengeluarkan ponselku dan menunjukkan padanya.

"Hem, baiklah." Yunki seperti tidak suka dengan jawabanku.

Raut wajahnya di teguk, lalu ia melangkah pergi. Aku langsung menahan tangannya, Yunki menoleh ke arahku.

"Kenapa?" Yunki menatapku.

"Apa aku boleh tidur di kamarmu?" tanyaku.

"Boleh, kalau tidak boleh aku tidak akan menawarkan itu padamu," jawab Yunki.

"Ta ... tapi," aku melepaskan tangan yang menyentuh tangan Yunki. "Tapi, ki ... kita enggak melakukan itu, kan?"

"Itu? Itu apa?"

"I ... itu, yang biasa di lakukan oleh ..."

"Emang kenapa kalau kita melakukan itu?" Yunki mendekatkan wajahnya pada wajahku.

Kini wajah kami berjarak hanya dua sentimeter aja, hembusan nafas yang sangat terasa. Aku mencoba mundur ke belakang.

"Lagi pula kita udah suami-istri, kan?"

Yunki menghampiriku dan merangkul pinggangku, ingin sekali rasanya diriku melepaskan tangannya itu. Namun tidak berani dan udah pasti tidak akan bisa, tangannya sangat erat saat merangkul pinggangku.

"Kalau kita udah suami-istri wajar dong melakukan itu?"

Yunki berpindah posisi berada di depanku, dan kini ke dua tangan Yunki melingkar di pinggangku. Lalu Yunki menarik tubuhku hingga tubuh kami saling menempel.

"ASTAGA, kenapa dengan jantungku," batinku yang udah tidak karuan malam ini.

"Lalu, kapan kita melakukan itu?"

Tiba-tiba Yunki membahas itu lagi, aku menundukkan kepalaku namun Yunki menyentuh daguku dan mengangkatnya agar kami saling bertatapan.

"Yuna, apa kamu tau tugas seorang istri apa?"

Tanya Yunki yang membuat diriku semakin terdiam, lalu aku menggelengkan kepalaku.

"Kamu tidak tau?" Lagi-lagi Yunki menanyakan itu.

"Iya enggak tau," jawabku.

"Enggak tau apa pura-pura enggak tau?"

"A ... aku enggak tau."

Yunki tidak merespon ucapan aku, ia langsung menuntun diriku menuju kamarnya. Sampai di kamarnya, ia menuntun diriku duduk di atas tempat tidur.

"Jadi istri itu harus siap melayani suami di atas sini." Yunki menepuk tempat tidur.

"Ta ... tapi."

Deg.

Deg.

Jantungku semakin tidak karuan, rasanya ingin sekali aku menghilang dari hadapannya.

"Aku tau kamu belum pernah melakukannya, lagi pula aku hanya tidur denganmu aja. Kita udah suami-istri tapi belum tidur bersama di atas tempat tidur," ucap Yunki.

"Tapi, enggak ..."

"Iya kita enggak melakukan hubungan suami-istri." Yunki sangat tau apa yang ada di dalam pikiran aku.

"Baiklah, kita tidur bersama."

Yunki menganggukkan kepalanya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, aku juga ikut merebahkan tubuhku di sampingnya.

"Ya sekarang kita enggak melakukan itu, tapi aku enggak yakin kalau nanti bisa menahannya," batin Yunki sambil menatapku.

"Apa kamu udah ngantuk?" tanyaku sambil melirik Yunki.

"Belum, kamu?"

"Belum juga."

Aku langsung menatap langit-langit kamar Yunki, kita tidak ada pembicaraan sama sekali. Membuat diriku lama-lama mengantuk.

Lima menit kemudian.

"Yuna, besok kamu di rumah, kan?" tanya Yunki.

Hening.

Tidak ada jawaban apapun dariku, sekilas Yunki melirikku.

"Katanya belum tidur, tapi baru beberapa menit udah tidur aja," gumam Yunki sambil mengusap kepalaku.

Yunki langsung menarik selimut dan menyelimuti tubuhku, ia juga ikut masuk ke dalam selimut itu. Kami berada di selimut yang sama, tiba-tiba aja aku memiringkan tubuhku ke arahnya. Lalu Yunki terdiam sejenak karena takut diriku bangun.

"Kenapa dengan anak ini?"

Yunki menatap wajahku dengan serius, lalu tangannya menyentuh bibirku.

"Kapan kita akan melakukan semua itu, Yuna?" gumam Yunki.

"Se ... sekarang aja," ucapku yang masih memejamkan mata.

"Hah?" Yunki agak terkejut saat diriku menyebutkan kata sekarang, namun. "Kamu mengigau," ucap Yunki yang sedikit sedih.

Yunki sedih karena ucapan aku hanya mengigau, ia seperti mengharapkan melakukan itu denganku hari ini. Tapi Yunki tidak mau memaksakan diriku, karena sesuatu yang di paksa itu tidak enak.