Chereads / Istri Sambung / Chapter 23 - TERKEJUT

Chapter 23 - TERKEJUT

"BERHENTI YURA!" Yunki berteriak dengan histeris.

"Sayang, kamu harus sadar kalau istrimu saat ini Yuna bukan aku, istrimu saat ini adikku dan aku mohon padamu untuk tidak terlalu cuek padanya." Yura berucap seperti itu sambil meneteskan air mata.

Yunki mencoba menghampirinya dan menyentuh pundaknya, ia menghapus air mata Yura dengan lembut. Yunki tidak pernah tega melihat istrinya nangis di depannya, karena itu adalah kelemahan Yunki selama ini.

"Oke, aku tidak akan cuek padanya tapi kamu jangan nangis seperti ini sayang!"

"Janji ya jangan cuek sama Yuna? Kalau kamu cuek padanya sama aja kamu cuek padaku!"

"Iya sayang, tapi janji kamu jangan nangis lagi, ya?"

"Oke!"

"Jangan lupa, perlakukan Yuna seperti istrimu bukan adikku!"

"Iya bawel!"

"Sayang, kita sudahi semuanya ya!"

"Maksudnya apa?"

Yunki tidak mengerti dengan ucapan Yura. Menyudahi apa? Apa maksudnya?

"Jangan pernah memikirkan aku lagi, tolong pikirkan Yuna dan kembar aja!"

"Maksudnya?"

Yura perlahan-lahan melangkah mundur dengan agak cepat dan Yunki mencoba menghampirinya namun. Yura tiba-tiba aja menghilang begitu aja, membuat Yunki kebingungan dan mencari keberadaan Yura.

"YURAAAAAAA!" teriak Yunki lalu.

Ia tersadar dari tidur singkatnya yang bertemu mendiang istrinya. Yunki langsung mengatur nafasnya dan melirik ke arah pintu kamar mandi.

Yunki menyentuh pipinya yang agak basah akibat menangis, entah kapan dia menangis namun pipinya udah basah.

"Seharusnya aku tak perlu tertidur di dalam sini!"

Yunki agak kesal sendiri setelah mendapatkan mimpi itu, ia bergegas menyelesaikan mandinya.

Setelah selesai mandi, ia hanya memakai handuk di pinggangnya. "Haruskah aku melupakan Yura?"

Lagi-lagi Yunki memikirkan mimpi tadi, padahal tadi agak kesal sendiri mendapatkan mimpi itu. Yunki langsung melangkah keluar dari kamar mandi. Ia melangkah menuju lemari, dan ...

"Kenapa kamu di sini?" tanya Yunki pada seorang wanita yang baru saja menutup lemari pakaiannya.

Wanita itu langsung menoleh ke arahnya, dan ...

"ASTAGA!"

Wanita itu terkejut dan langsung jatuh di lantai, dengan menutup matanya.

"Yuna, kenapa kamu ..."

Seseorang itu adalah Yuna, udah pasti yang masuk itu Yuna karena di dalam rumah ini hanya ada mereka berdua aja. Belum sempat Yunki melanjutkan ucapannya namun diriku mencoba mundur ke belakang, namun mataku masih tertutup.

"Hei, kamu kenapa!" Yunki semakin menghampiri diriku.

"Kak, tolong jangan mendekat. Sebaiknya pakai pakaian dulu!"

"Kak? Kak lagi?" Yunki agak meninggikan suaranya.

Sepertinya aku lupa lagi dengan kata-kata yang di benci Yunki, lalu aku panggil apa? Ah kenapa dia merepotkan aku!"

"Yuna!"

"Sa ... sayang, sebaiknya pakai pakaian dulu. A ... aku tidak bisa melihat setengah badanmu terlihat seperti i ... itu," aku berucap dengan terbata-bata, karena aku benar-benar kaget saat melihat Yunki menghampiriku hanya dengan handuk di pinggangnya.

"Baiklah!"

Yunki seperti bersemangat mendengar kata-kata sayang dariku, ia bergegas mengambil pakaian tidur dan membalikkan tubuhnya. Yunki membelakangi diriku dan melepaskan handuknya begitu aja, lalu ia memakai pakaian. Namun ...

"Apa dia udah ke kamar mandi?"

Aku mencoba mengintipnya, namun aku semakin terkejut saat melihat handuknya ada di bawah lantai. Yunki benar-benar keterlaluan sekali, bisa-bisanya ia langsung mengganti pakaian di depanku. Aku langsung menutup mataku lagi karena aku enggan melihat semua itu, aku pikir ia udah pergi dari hadapanku namun nyatanya belum.

Setelah selesai, Yunki berjongkok tepat di hadapanku. "Aku udah selesai, sayang!"

Yunki mengusap kepalaku dengan sangat lembut, aku terkejut lagi dan mencoba mundur namun Yunki menahan pundakku.

"Kenapa kamu selalu kagetan gitu? Apa aku hantu?" tanya Yunki dengan suara agak tidak suka dengan tingkahku yang seperti ini

Aku langsung membuka mataku dan menatapnya. Wajahnya benar-benar tepat ada di hadapanku. Yunki terus-menerus menatapku tanpa berkedip.

"Bu ... bukan begitu," jawabku dengan gugup.

Yunki menuntun diriku bangun dari lantai. "Oke, mulai sekarang panggil aku sayang!" tegas Yunki lalu meninggalkan diriku begitu aja.

"E ... eh, ja ... jangan gitu dong!"

Aku mencoba mengikuti langkahnya dari belakang, Yunki tidak menghiraukan diriku. Namun ia ternyata sedang tersenyum saat mengucapkan itu padaku.

"Sayang," batin Yunki yang terus-menerus tersenyum mengingat kata-kata diriku.

Jam 18.30.

Yunki dan aku udah ada di ruang makan dan duduk di kursi masing-masing.

"Jangan lupa besok jam lima harus udah ada di dapur," ucap Yunki sambil mengambil sumpit.

"Akan aku usahakan."

"Usahakan? Itu harus!"

Sekilas aku menatap Yunki, ia juga ternyata sedang menatap diriku. Aku pikir dia sedang fokus memilih makanan, aku langsung menundukkan kepalaku.

"Oke siap!"

Aku hanya menurut aja, lalu kami langsung makan malam dengan keheningan di dalam rumah ini. Udah di daerah rumah hening, di tambah di dalam rumah juga hening, aku tidak terbayang saat kak Yura masih hidup dan tinggal dengannya.

"Tapi, aku rasa kak Yunki enggak sedingin ini pada kak Yura," batinku yang sesekali menatap Yunki.

Yunki makan dengan sangat santai, cara mengambil makan aja seperti anak perawan yang lagi singgah ke rumah calon mertuanya. Yunki sangat tau caranya saat makan harus diam dan tanpa suara, lalu aku melanjutkan makan setelah melihat Yunki.

Yunki menatapku yang sedang fokus dengan makan namun seperti tidak berselera. "Apa Yuna tidak menyukai masakan aku?" batin Yunki.

Yunki terus-menerus menatap diriku yang sedang makan, ia sedang berpikir bagaimana caranya mendekatkan diri padaku.

Dua puluh menit kemudian.

"Biarkan aku yang mencuci semuanya," ucapku saat melihat Yunki yang ingin membawa peralatan makan ke dalam wastafel.

Yunki menyimpan kembali peralatan makan itu di atas meja. "Baiklah, aku mau melihat kembar."

"Oke," aku tersenyum padanya.

Yunki langsung pergi begitu aja tanpa membalas senyuman untukku, lalu aku mengepalkan tanganku dan ingin sekali memukul kepalanya.

"Kenapa ada manusia dingin sepertinya," batinku yang masih menggerutu oleh tingkah Yunki.

Dari pada menggerutu dan mengumpat seperti itu, aku langsung menyelesaikan tugasku malam ini. Aku langsung mencuci semua peralatan makan tadi.

"Semangat Yuna, besok kamu harus bangun jam setengah lima," ucapku yang menyemangati diri sendiri.

Yunki sampai di kamar kembar dan ia perlahan-lahan melangkah menuju tempat tidur kembar. Karena ia tidak mau mengganggu anaknya kalau memang kembar udah tidur.

Sampai di tempat tidur kembar. "Syukurlah kalau kalian udah tidur," batin Yunki sambil tersenyum.

"Tidur nyenyak anakku sayang," batin Yunki yang perlahan-lahan mengusap kepala Hana.

"Besok ayah mau mengajari ibu kalian untuk masak, jadi besok jangan terlalu bawel ya!"

Batin Yunki lagi sambil mengusap kepala Hani. Setelah puas melihat anak kembarnya. Yunki kembali keluar dari kamar kembar, ia melangkah menuju dapur.

Sampai di dapur.

"Oh, dia udah selesai?" Yunki melirik sekitar dan mencari keberadaan diriku.