Chereads / Cinta sebatas angan / Chapter 14 - bab 13

Chapter 14 - bab 13

Ada saatnya yang sabar itu bangkit,bukan karna apa tapi terkadang dia merasa sudah dititik jenuh.

***

"Hahaha sekarang di sini aku semakin jelas kan kalau memang aku disini itu nggak ada gunanya buktiknya Kakak juga seperti nenek Kakak berani menampar aku, padahal dulu Kakak gak pernah menyakiti aku secara fisik dan menjadi pelindung aku tapi sekarang tidak sama sekali, untuk pertama kalinya kakak berani menampar aku dan itu membuat aku jadi kecewa sama kakak" ujar bila sembari menahan tangisnya dan memegang pipi bekas tamparan kakaknya.

"Putri kenapa kamu malah menampar adik kamu" seru nenek Salma terkejut namun Putri hanya diam saja antara sadar atau tidak sadar telah melakukan hal konyol tadi.

"Bela Maaf ini sama Kakak punya kita itu sangat menyayangi kamu jadi harap kamu jangan pergi dari sini ya" Seru nenek Salma.

"Maaf Nek aku harus pergi dari sini dan terima kasih untuk semuanya aku harap nenek bisa menjaga diri baik-baik" ucap lalu pergi dan Putri pun hanya terdiam ditempat tanpa mengejar bela.

"Kenapa kamu diam di situ kejar adik kamu sebelum dia benar-benar pergi dari sini" tegas nenek sama Putri pun yang terjadi dan akhirnya berlari mengejar adiknya yang sudah keluar dari tadi.

Putri pun lalu berlari kencang menuruni tangga untuk mengejar adiknya itu,dia juga udah menyesal menampar bela ya walaupun adiknya salah tapi tidak seharusnya dia bersikap seperti itu, dia itu seorang kakak harus bisa memberi contoh yang baik untuk adeknya dan menjadi pelindung dia! bukan malah menyakiti dia.

"Dek" teriak putri pada bela yang hendak naik taksi. Namun bela pun tak memperdulikan nya dan malah tetap masuk kedalam taksi.

"Dek kamu mau kemana sih? Ayo cepetan masuk ke dalam! Kamu gak kasian apa kalau meninggalkan nenek dan kakak disini?" Ujar Putri sembari menghalangi Agar taksinya tidak berjalan.

"Pak jalan aja gak usah dengarkan dia" seru bela dingin.

"Tapi mbaknya menghalangi jalan kita semisal saya jalan nanti mbak-mbak nya yang ada didepan bisa tertabrak dan saya gak mau kalau harus disalahkan" tutur supir taksi.

"Ass" kesal bela, lalu dia pun memutuskan untuk keluar dari taksi.

"Minggir kalau kamu gak ingin mati cepetan minggir tegas bela dingin.

"Kakak gak akan minggir sebelum kamu mau kembali ke rumah nenek dan biarkan kakak mati Kakak gak papa asal kamu mau balik lagi kerumah" seru putri, bela pun lalu semakin kesal alhasil dia menghampiri kakak nya dan menarik nya agar ke tepi supaya tidak menghalangi taksinya untuk lewat.

"Ngapain sih lo ngelakuin hal bodo kayak gitu lagian kalau kamu mati tertabrak siapa yang mau tanggung jawab nanti yang ada gue yang disalahin lagi sama nenek" tutur bela yang sudah mulai bicara kasar sama Kakak nya dengan sebutan 'lo gue' padahal mereka anti dengan sebutan itu.

"Kok Lo gue sih dek gak sopan itu! Lagian kenapa sih kamu nekad keluar dari rumah kakak sama nenek minta maaf sama kamu kalau udah membuat kamu jadi sedih, Kakak juga nampar kamu itu gak sengaja dek kakak minta maaf sekali sama kamu, Kakak sayang sama kamu dek pliss jangan pergi" ucap Putri lalu memeluk tubuh bela, dan bela pun hanya diam saja tanpa ada niatan untuk membalas pelukannya, sebenarnya dia ingin sekali melepaskan pelukannya itu namun hati dia juga tak tega jika melihat kakak satu-satunya itu menangis seperti ini, ya walaupun dia juga sudah terlanjur kecewa sama kakak nya itu.

"Kakak mohon sekali sama kamu jangan pergi dari rumah nenek nya dek, kakak minta maaf sama kamu kakak sayang banget sama adek kakak gak ingin kehilangan adek seperti kakak kehilangan mama sama papa! Selain nenek adek satu-satunya keluar kakak yang masih ingat sama kakak, kalau adek pergi kakak disini sama siapa nanti gak ada lagi yang diajak curhat sama kakak, kalau adek tetap mau pergi emang adek tega sama kakak" bisik putri lembut ditelinga bela. Dan bela pun menjadi tersentuh hatinya dia pun hampir luluh sama perkataan kakaknya itu, namun rasa kecewanya melebihi itu dia pun masih teguh pada prinsip nya untuk dia keluar dari rumah neneknya itu.

"Maaf sekali gue harus pergi dari sini, kalau Lo mau minta maaf gue udah maafin Lo, tapi maaf sekali lagi gue akan tetap pergi dari sini" balas bela dingin lalu melerai pelukannya dan berjalan kembali menuju ke dalam Taksi.

"Dek jangan tinggalin kakak, kakak mohon" ujar Putri yang sudah bergerak air matanya. Namun bela tetap teguh dengan keputusan nya itu.

"Pak jalan" pinta bela, lalu taksi pun mulai berjalan meninggalkan halaman rumah nenek Salma.

"Dekk" teriak putri sembari mengejar taksi yang ditumpangi adek nya itu, namun taksi yang berjalan terlalu cepat membuat putri terjatuh.

"Dekk maafin kakak" teriak putri sembari duduk ditengah jalan memandang taksi yang semakin lama semakin menjauh.

"Put dimana adek kamu dan kenapa kamu malah disini?" Tanya nenek salma setelah menghampiri putri yang masih setia duduk ditengah jalan sembari menangis.

"Dan kenapa kamu malah nangis kayak gini sebenarnya apa yang sudah terjadi sih? Nenek jadi khawatir! Coba cerita sama nenek" pinta nenek Salma.

"Bela udah pergi Nek! Putri gagal mencegah dia untuk tidak pergi dari sini" balas putri lemas.

"Yaallah bel kenapa kamu nekad seperti ini" balas nenek Salma.

"Yaudah put lebih baik kita kembali ke rumah bentar lagi juga udah mau ujan kan" tutur nenek Salma.

"Tapi nek gimana masih bela diluar sana aku jadi khawatir secara dia juga gak terlalu banyak teman kan" ujar Putri.

"Mungkin adek kamu pulang kerumah papa atau mama kamu nanti kita bisa tanya mama kamu bela ada sana tidak" seru nenek salma, sontak putri pun teringat tentang ucapan bela yang ingin tinggal bersama papa atau mama nya itu dan mungkin memang benar apa yang dikatakan oleh nenek kalau bela mungkin akan menginap di sana dan dia pun menjadi sedikit lebih tenang.

"Yaudah Nek kalau begitu kita kembali ke rumah" ujar Putri lalu berdiri dan berjalan berdua sama nenek salma dan kembali kerumah meskipun masih dalam keadaan menangis.

"Maafin aku kak Nek tapi ini udah menjadi keputusan aku, aku juga sadar kalau selama ini aku disana cuman menjadi beban untuk kalian dan aku juga udah kecewa sama kalian yang tiba-tiba main tangan sama aku, apa aku terlalu banyak salah sama kalian? Sampai kalian bisa-bisa nya menampar aku, padahal selama ini yang aku punya cuman kalian tapi kenapa kalian tega melakukan hal ini sih" batin bela sembari melihat pemandangan diluar sana lewat jendela.