Chereads / Pernikahan Yang Tak Diinginkan / Chapter 16 - Kue Untuk Orang Yang Spesial

Chapter 16 - Kue Untuk Orang Yang Spesial

"Aku yakin Gavin pasti akan merasa senang jika aku membuatkan kue untuknya" Kallista bergumam, mengaduk sebuah adonan dan mengukirkan senyuman.

Tadi ia berniat untuk memberikan sesuatu yang spesial untuk suaminya, dan ia berpikir mungkin pria itu akan senang jika diberikan kue. Apalagi jika itu adalah hasil buatannya sendiri.

Ting Tong!

Ia langsung menoleh saat mendengar suara bel rumahnya yang berbunyi, menandakan ada seseorang di luar sana.

"Apakah itu Gavin?" ucapnya bertanya-tanya pada dirinya. "Tapi kenapa ia pulang lagi? Apakah ada barang yang tertinggal?"

Ting Tong

Bel kembali berbunyi seakan orang yang menekannya sudah tidak sabar dan ingin segera dibukakan pintu.

"Sebaiknya aku coba lihat saja" ia menghela nafas, membalikkan tubuh dan berjalan untuk membukakan pintu.

Setelah sampai di dekat pintu ia langsung berhenti dan membukanya. Namun dahinya langsung mengerut saat melihat seorang wanita yang sedang berdiri di depannya

"Fiona?" katanya membuat wanita itu menoleh ke arahnya.

"Hallo sahabatku" sapa wanita itu yang memanglah Fiona.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika ingin datang ke sini?" tanya Kallista, mengangkat satu alis dan menyingkir dari ambang pintu.

"Karena aku berniat untuk membuat kejutan untukmu" Fiona tersenyum dan melangkah memasuki rumah temannya.

"Kejutan? Maksudmu?" Kallista bertanya, menutup pintu dan membalikkan tubuh.

"Tadaa~" Fiona menunjukkan sebuah kantong plastik putik yang dibawanya.

"Memangnya apa yang ada di dalam kantong plastik itu?" tanya Kallista, mengerutkan dahi dan terlihat bingung.

"Coba kau lihat saja" jawab Fiona, memberikan kantong plastik itu pada Veeka dan mengukirkan senyuman.

Dengan sedikit ragu Kallista mengambil kantong plastik tersebut dan membukanya. Lalu ia mengambil sebuah kotak yang berbentuk persegi panjang dari dalam sana. "Brownies?" ucapnya, beralih menatap Fiona dan wanita itu hanya menggangguk. "Ini kan brownies kesukaanku dari mana kau tahu jika aku sedang ingin memakan ini?" tanyanya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Aku hanya menebak saja" Fiona tersenyum dan menatap Kallista yang berdiri di depannya. "Karena aku mengingat sudah cukup lama kau tidak memakan kue itu, dan aku yakin kau pasti ingin kembali memakannya. Maka dari itu sebelum ke rumahmu aku mampir ke toko kue terlebih dahulu" jelasnya.

Segera Kallista memeluk sahabatnya dan tersenyum senang. "Terima kasih Fiona, kau memang sahabatku yang paling baik" katanya.

"Sama-sama Kallista" jawab Fiona, tersenyum dan membalas pelukan temannya.

"Oh ya aku juga sedang membuat kue" ujar Kallista, melonggarkan pelukan dan menatap Fiona.

"Kue? Memangnya siapa yang ulang tahun?" Fiona bertanya dengan dahi yang mengerut.

"Tidak ada" Kallista menggeleng dan mengukirkan senyuman. "Aku hanya ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Gavin, maka dari itu aku membuatkannya kue" jelasnya, merangkul bahunya Fiona dan mengajaknya berjalan menuju dapur.

"Memberikan sesuatu yang spesial?" Fiona mengerutkan dahi dan menatap Kallista yang berjalan di sebelahnya. "Apakah itu berarti kau sudah mulai jatuh cinta padanya?"

"Aku tidak tahu" jawab Kallista menggelengkan kepala dan menatap lurus ke depan. "Tapi entah mengapa aku mulai merasa nyaman saat berada di dekatnya, apalagi saat ia memelukku"

Namun Fiona hanya terdiam, berjalan di sebelahnya Kallista dan memperhatikannya dari samping.

"Dan bukan hanya itu aku juga selalu merasa senang setiap saat ia bersikap manis dan memperlakukanku seperti seorang putri di kerajaan" tambahnya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Kau tahu bahwa cinta tumbuh karena terbiasa bersama, kan?" Fiona berkata dan Kallista langsung menoleh ke arahnya. "Aku pikir itu lah yang kau rasakan, kau mulai merasa jatuh cinta pada Gavin karena terbiasa bersama dengannya. Apalagi ia yang sering bersikap manis padamu, dan biasanya wanita menyukai hal tersebut" jelasnya. Lalu ia beralih menatap ke depan. "Tapi aku merasa senang jika kau memang mulai mencintai suamimu, karena itu berarti kau sudah bisa melupakan mantan kekasihmu itu."

"Aku tidak tahu" Kallista menghela nafas dan menundukkan kepala. "Karena terkadang aku masih memikirkan Samuel. Bahkan rasa rindu itu kadang masih menghantuiku"

"Tidak masalah" Fiona tersenyum dan menoleh ke arah Kallista. "Oh ya sebenarnya aku datang ke sini bukan hanya untuk memberikan kue kesukaanmu, melainkan untuk curhat"

"Curhat? Apakah kau sedang mempunyai masalah?" Kallista menoleh dan mengerutkan dahi.

"Tidak" Fiona menggeleng dan mengukirkan senyuman. "Melainkan aku sedang merasa senang, karena aku sudah memiliki gebetan"

"Benarkah? Siapa pria beruntung itu yang berhasil meluluhkan hatimu?" tanya Kallista yang terlihat penasaran.

"Ia adalah seorang pria yang tampan dan juga baik, namanya Deon" Fiona tersenyum dan mengalihkan pandangan. "Sebenarnya pertemuanku dengannya bisa dikatakan lucu, karena aku mengira ia adalah fotografer baru. Sebab kala itu aku melihatnya yang berada di dalam studio dan sedang memperhatikan sebuah kamera yang biasa dipakai oleh fotografer di agensi itu. Tapi ternyata dugaanku salah, karena ia bukan seorang fotografer melainkan ponakannya Pak Logan yang sedang berkunjung ke sana. Sungguh, aku merasa malu jika mengingatnya. Namun karena hal itu aku jadi dekat dengannya. Bahkan ia yang mengantarku ke sini."

"Oh ya?" Kallista mengangkat satu alis dan Fiona langsung menggangguk. "Seharusnya kau memperkenalkannya padaku agar aku tidak merasa penasaran" ujarnya, menghentikan langkah dan menaruh sekotak kue dan kantong plastik yang dipegangnya di atas meja makan.

"Maafkan aku, aku sudah menyuruhnya untuk menunggu sampai kau keluar karena aku ingin memperkenalkannya padamu. Tapi ia malah tidak mau, sebab katanya ia harus segera pergi karena ada urusan yang harus ia selesaikan" jelas Fiona menatap Kallista yang berdiri di dekatnya.

"Baiklah tidak apa-apa" Kallista menggangguk dan berjalan menuju kitchen set yang berada tidak jauh di depannya. "Aku berharap kau dan dirinya bisa menjadi sepasang kekasih, karena aku ingin melihat temanku bahagia dan bersatu dengan pria yang dicintainya. Walaupun aku tidak dapat merasakannya" ia tersenyum kecut dan menghentikan langkah.

Segera Fiona berjalan menghampiri sahabatnya itu dan berdiri di sebelahnya. "Kau memang tidak bisa bersatu dengan pria yang kau cintai. Namun kau berhasil mendapatkan seorang pria yang sempurna yaitu Gavin" katanya, tersenyum dan merangkul bahunya Kallista. "Dan bagiku itu lebih dari cukup sekedar bersatu dengan pria yang dicintai. Bukankah begitu?" ia melanjutkan dan mengangkat satu alis.

"Benar" Kallista menggangguk dan mengalihkan pandangan. "Lagipula aku tidak menyesal karena menikah dengannya, walaupun dengan terpaksa"

"Ya sudah kau tidak perlu memikirkan hal tersebut" ujar Fiona dengan senyum yang masih terukir di wajahnya. "Lebih baik kau lanjutkan membuat kuenya agar nanti bisa kau berikan pada suamimu itu. Atau ingin aku bantu?"

"Tidak perlu" Kallista menggeleng. "Karena aku ingin membuatkannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Lagipula aku tidak mau membuatmu repot"

"Baiklah, kalau begitu aku akan menemanimu di sini sambil mengobrol" jawab Fiona mengganggukkan kepala dan mengukirkan senyuman.