Chereads / Pernikahan Yang Tak Diinginkan / Chapter 20 - Cemburu?

Chapter 20 - Cemburu?

Namun Kallista hanya tersipu malu, menundukkan kepala tanpa mengatakan apa-apa.

"Dan sebaiknya kau lupakan aku" tambah Gavin beralih menatap Agnes, membuat wanita itu tersadar dari lamunan.

"Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu, Gavin" Agnes menggeleng. "Karena kau adalah pria paling baik yang pernah aku miliki."

"Kalau kau merasa seperti itu, kenapa kau malah menyia-nyiakanku?" Gavin menghela nafas dan menundukkan kepala.

"Gavin, aku mohon maafkan aku" Agnes memohon, memegang tangan Gavin dan menatapnya dengan dalam. "Kita bisa mengulang semua dari awal."

"Tidak bisa Agnes" Gavin menggeleng dan mengangkat kepala. "Karena seperti yang kau tahu bahwa aku telah menikah dan akan memiliki seorang anak. Dan kalaupun saat ini aku belum menikah maka aku tidak akan pernah mau kembali padamu. Meskipun kau berjanji akan memperbaiki segalanya dan tidak akan mengulanginya. Tapi hatiku sudah hancur dan aku terlanjur kecewa padamu. Sama seperti sebuah gelas yang telah pecah, walaupun diperbaiki tidak akan bisa kembali seperti sebelumnya. Seperti itu lah hubungan kita. Jadi sekali lagi aku minta maaf" jelasnya. Lalu ia menoleh ke arah Kallista dan memeluk bahunya. "Ayo sayang kita pergi dari sini" ajaknya dan Kallista hanya menggangguk.

Kemudian Gavin dan Kallista segera beranjak pergi dan meninggalkan Agnes.

"Gavin, aku masih sangat mencintaimu. Dan aku akan melakukan berbagai macam cara agar kau dapat kembali padaku!" pekik Agnes menatap punggung Gavin dan Kallista.

Namun mereka berdua terus berjalan tanpa memperdulikan wanita itu.

***

"Jadi ia adalah mantan kekasihmu?" Kallista bertanya, menatap Gavin yang berdiri di dekat tempat tidur.

"Benar" Gavin menggangguk, naik ke atas tempat tidur dan duduk di sebelah Kallista. "Dan ia lah yang membuatku sampai mabuk berat hingga akhirnya aku tidak sadar jika aku telah menidurimu" katanya menyandarkan tubuh pada sandaran tempat tidur.

"Lalu apakah saat ini kau masih mencintai atau memiliki sedikit perasaan terhadapnya?" tanya Kallista tanpa melepaskan pandangan dari Gavin.

Gavin langsung terkekeh, dan menoleh ke arah Kallista. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah itu berarti kau merasa cemburu?" tanyanya mengangkat satu alis.

"Aku tidak tahu" Kallista menggeleng, mengalihkan pandangan dan menatap lurus ke depan. "Aku hanya takut jika kau pergi meninggalkanku dan kembali pada mantan kekasihmu itu"

Segera Gavin menarik Kallista ke dalam pelukannya. "Aku tidak akan pernah melakukan hal bodoh itu" katanya, mengukirkan senyuman dan mengusap kepala Kallista dengan lembut. "Lagipula mana mungkin aku tega mengkhianati dirimu. Seorang wanita yang sangat aku cinta."

"Dan itu berarti kau tidak akan pernah kembali pada Agnes?" Kallista mengangkat kepala dan menatap Gavin.

"Tentu tidak" Gavin tersenyum. "Karena aku tidak mau menyakitimu apalagi sampai membuatmu kecewa. Aku berjanji tidak akan pernah melakukan hal itu. Jika aku mengingkarinya kau boleh melakukan apa pun terhadapku. Dan lagipula aku sudah tidak memiliki sedikitpun perasaan padanya."

Sebuah senyuman mulai terukir di wajahnya Kallista, lalu ia memeluk Gavin dan menyandarkan kepala pada dada bidang pria itu. "Aku percaya padamu" katanya. Namun di dalam hati ia merasa takut, jika Gavin akan kembali jatuh cinta pada Agnes dan pergi meninggalkannya demi wanita itu. Ia benar-benar tidak mau hal itu terjadi. Apalagi jika mengingat saat ini ia sedang mengandung.

***

Kallista terdiam, menatap meja kosong yang berada di depannya.

DORRR!

Ia langsung terperanjat dan tersadar dari lamunan saat seseorang menepuk bahunya. Segera ia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Fiona yang berdiri di dekatnya. "Kau ini mengagetkanku saja" ujarnya.

"Maaf" Fiona berkata, berjalan dan mendudukkan tubuh pada sebuah kursi yang berada di depannya Kallista. "Habisnya kau malah melamun."

Kallista menghela nafas, menundukkan kepala dan menatap meja. "Ini ada kaitannya dengan sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu" katanya.

"Sesuatu? Apa?" Fiona mengerutkan dahi.

"'Jadi kemarin aku dan Gavin pergi ke sebuah taman untuk–"

"Permisi maaf mengganggu, ini pesanannya"

Mereka langsung menoleh, dan melihat seorang pelayan yang berdiri di dekat mereka.

"Oh iya silahkan" Fiona menggangguk dan menegakkan tubuh.

Segera pelayan itu menata pesanan di atas meja dengan hati-hati. Setelah selesai ia memeluk nampan yang kosong dan menatap kedua wanita itu. "Silahkan dinikmati dan apakah ada yang bisa saya bantu lagi?" ucapnya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Tidak ada, terima kasih telah melayani kami" jawab Fiona, menggelengkan kepala dan mengukirkan senyuman.

"Baik, kalau begitu saya pamit undur diri. Permisi" ujar pelayan itu, tersenyum dan sedikit membungkukkan tubuh. Lalu ia segera beranjak pergi dan melanjutkan pekerjaannya.

"Tolong lanjutkan ceritamu" Fiona berkata dan beralih menatap Veeka yang duduk di depannya.

"Kami pergi ke taman untuk berjalan-jalan dan bersantai. Setelah berada di sana tiba-tiba seorang wanita berlari menghampiri kami dan langsung memeluk Gavin. Dan ternyata ia adalah Kallista, mantan kekasihnya Gavin" jelas Kallista, menundukkan kepala dan kembali teringat dengan hal tersebut.

"Lalu?" Fiona mengerutkan dahi.

"Ia mengatakan kalau ia ingin kembali pada Gavin–"

"Tunggu, bukankah katamu hubungan mereka berakhir karena wanita itu ingin menikah dengan pria yang kaya?" Fiona menyela.

"Benar" Kallista menggangguk dengan kepala yang tetap tertunduk. "Tapi ternyata ia sudah berpisah dengan pria kaya raya itu. Karena pria itu pergi bersama dengan wanita lain" jawabnya. Lalu ia mengangkat kepala dan menatap sahabatnya. "Dan kau tahu? Ia memohon pada Gavin untuk kembali padanya. Bahkan ia juga mengatakan kalau ia akan melakukan berbagai macam cara untuk dapat kembali memiliki Gavin."

"Gila" Fiona menggeleng dan terlihat tidak percaya. "Ia sampai berkata seperti itu" katanya. "Lalu bagaimana? Apakah kau sudah bertanya pada Gavin tentang perasaannya pada wanita itu?"

"Sudah" Kallista menggangguk dan menundukkan kepala. "Ia mengatakan kalau ia sudah tidak memiliki perasaan apa pun pada mantan kekasihnya itu. Tapi aku takut jika wanita itu berusaha untuk merebut Gavin dariku. Karena mengingat yang ia katakan"

"Aku yakin Gavin tidak akan pernah meninggalkanmu apalagi demi wanita itu yang telah mengecewakannya" Fiona tersenyum, dan memegang tangan Kallista yang berada di atas meja. "Dan aku merasa penasaran" katanya, membuat Kallista mengangkat kepala dan menatapnya. "Kau bilang, kau takut Gavin kembali pada mantan kekasihnya, apakah itu berarti kau mulai jatuh cinta padanya?" ia mengerutkan dahi dan memicingkan mata. "Bahkan kau sudah tidak pernah membahas Samuel lagi ataupun menanyakannya padaku. Padahal sebelumnya kau selalu ingin tahu kabar tentangnya. Walaupun ia sudah mengkhianatimu dan membuatmu kecewa"

Kallista hanya terdiam, menatap Fiona tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Bahkan ia langsung terdiam, membeku dan mendadak jadi patung. Seolah yang Fiona katakan memberikan pengaruh terhadap dirinya.