"Evelyn!!!" Teriak Leo.
"Ini tidak seperti yang kamu lihat, Leo."
"Tidak seperti yang aku lihat?! Kamu anggap aku ini bodoh!!" Teriak Leo dengan wajah merah dan sorot mata yang penuh amarah. "Lihat dirimu!!!"
Evelyn terdiam. Bingung dan ketakutan sangat terlihat jelas di wajah dan matanya.
Membela diri adalah hal yang mustahil dan tidak akan mengubah kenyataan. Dirinya sudah tertangkap basah oleh Leo.
Sedangkan Nathan, dengan cepat mengambil baju yang ada didekatnya lalu memakainya.
"Wanita jalang!! Jadi ini yang kamu lakukan di belakangku?!!" Teriak Leo. "Murahan!! Menjijikkan!!"
Plak!!!
Tangan Leo yang besar dan kuat tiba-tiba menampar wajah Evelyn. Emosi yang tidak terbendung telah menguasai hati dan logikanya.
Darah segar ke luar dari sudut bibir Evelyn. Perlahan dari sudut mata Evelyn keluar air mata, dia siap menerima resiko apapun yang akan Leo lakukan kepadanya.
Nathan melihat Evelyn ditampar oleh Leo langsung pasang badan. "Hei, kau berani menampar perempuan?!" Teriak Nathan.
"Perempuan jalang seperti dia tidak cukup hanya dengan ditampar dan kau!!" tunjuk Leo melihat Nathan dan langsung datang mendekat. "Aku akan membunuhmu!!!" Leo langsung saja menghantamkan pukulan di wajah Nathan.
Mendapat pukulan yang mendadak, tentu saja membuat Nathan tidak bisa menghindar. Leo yang sudah dikuasai emosi yang memuncak, tanpa henti terus saja menghajar Nathan dengan membabi buta sampai babak belur.
"Hentikan Leo, sudah cukup. Aku mohon hentikan!" pinta Evelyn memohon berusaha memisahkan Nathan dan Leo dengan hanya memakai selimut yang dililitkan ditubuhnya.
"Wanita jalang, berani kau menyentuhku!!!" Teriak Leo menghempaskan tangan Evelyn yang berusaha memisahkan dirinya dengan Nathan.
Tanpa ampun lagi, Leo terus saja menghajar Nathan sampai babak belur sehingga darah segar ke luar dari lubang hidung dan luka lebam terlihat di wajah Nathan.
"Leo hentikan! Aku mohon," isak Evelyn dengan wajah yang sudah penuh dengan air mata. "Kamu bisa membunuhnya."
Setelah merasa puas menghajar Nathan sampai babak belur, Leo menghentikan pukulannya. Tangannya terasa sakit dan memerah di sekitar ruas jarinya.
"Leo, maafkan aku," isak Evelyn yang berusaha bangun dari lantai karena tadi didorong Leo yang berusaha memisahkan dari Nathan.
Leo terdiam, perlahan sudah bisa menguasai emosinya. Baju yang dia pakai sudah berantakan dengan dasi yang sudah tidak terpasang sempurna. Baginya, hari itu adalah hari terburuk dalam hidupnya.
"Kenapa kamu mengkhianatiku, Evelyn?" tanya Leo dengan suara yang parau, menahan betapa terlukanya dia. Jauh di dalam hatinya menangis. "Mengapa? Mengapa Evelyn? Apa salahku padamu?"
Dengan langkah gontai, Leo mendekati tempat tidur dan berusaha duduk ditepinya. Badannya terasa sangat lelah dan hatinya hancur menghadapi kenyataan yang ada dihadapannya sekarang.
"Maafkan aku," hanya itu yang bisa Evelyn katakan sambil terisak-isak.
"Aku memberikan semua yang kamu inginkan. Bahkan, aku tidak berani menyentuhmu karena aku menghargaimu sebagai seorang wanita dan kamu adalah kekasihku. Apa kurangnya aku, Evelyn? Di mana hati nuranimu? Inikah balasanmu padaku?" tanya Leo pilu berusaha menahan air mata yang ke luar dari sudut matanya.
Walaupun Leo seorang laki-laki, dia juga bisa hancur jika melihat wanita yang dia cintai tidur dengan pria lain di depan matanya sendiri.
Evelyn yang duduk di lantai hanya bisa menangis. Menyesal? Tentu saja dia menyesal tetapi penyesalan atau penjelasan apapun tidak akan mengubah keadaan, semuanya sudah terjadi.
"Maafkan aku." Hanya kalimat itu yang selalu ke luar dari bibir Evelyn dengan suara lirih. "Leonardo, maafkan aku."
Tatapan Leo yang tertunduk melihat lantai kamar, perlahan beralih melihat ke Evelyn yang sedang duduk terdiam di lantai sambil menangis terisak.
"Sejak kapan?" tanya Leo pelan menahan rasa sakit di hatinya.
Evelyn hanya menangis, tidak menjawab pertanyaan Leo.
"Sejak kapan kalian mengkhianatiku?!" Leo mengulang pertanyaannya.
Evelyn lagi-lagi hanya bisa menangis, suaranya terasa tercekat di tenggorokan.
"Jawab!!!" Teriak Leo marah.
Evelyn terkejut dengan teriakan Leo. "S-sejak k-kita b-bersama," jawab Evelyn gugup melihat ke arah Nathan yang tergolek lemah di lantai dengan wajah yg penuh luka lebam dan hidung yang berdarah.
Emosi Leo yang tadi sudah turun sekarang kembali naik, tersulut emosi setelah mendengar jawaban Evelyn.
"Apa?!!" Tanya Leo tidak percaya.
Posisi Evelyn yang duduknya berjauhan dengan Nathan, pelan-pelan bangun dan berjalan ke tempat Nathan yang terbaring lemah di lantai.
"Nathan, kamu tidak apa-apa?" tanya Evelyn cemas melihat kondisi Nathan.
"Tidak, jangan khawatir," jawab Nathan lirih sambil meringis karena menahan sakit di sudut bibirnya yang robek.
Leo yang melihat adegan tersebut langsung berdiri dan bertepuk tangan, pelan-pelan melangkah ke arah dua sejoli yang ada di lantai.
"Adegan yang sangat menyentuh hati dan mengharukan. Sepasang penipu!!" Ucap Leo menatap Evelyn dan Nathan dengan tatapan sinis.
Evelyn berusaha membantu Nathan untuk bisa duduk.
"Haruskah aku membunuh kalian?! Untuk membayar pengkhianatan kalian!!" Tanya Leo dengan tatapan tajam yang mematikan.
Mendengar apa yang Leo katakan, sontak saja Evelyn dan Nathan kaget. "Maafkan aku dan Nathan, Leo. Kita berdua mengaku salah," ucap Evelyn dengan suara yang serak dan ketakutan.
"Kamu pikir, aku akan semudah itu melepaskan kalian?!" Tanya Leo sinis.
"Demi cinta kamu untuk aku, tolong maafkan aku," ucap Evelyn memelas.
"Ha-ha-ha-ha," Leo tertawa lepas mendengar ucapan Evelyn. "Cintaku sudah mati!!!" Teriak Leo dengan wajah yang merah padam menahan amarah dengan semua rasa sakit dihatinya. "Bersama dengan kebohongan kalian!!! Kamu pikir aku masih mencintaimu?!!"
Evelyn tertunduk, tidak berani melihat Leo yang amarahnya kembali tersulut setelah mendengar ucapannya.
"Wanita jalang seperti kamu tidak pantas mendapatkan cintaku!!!" Tiba-tiba Leo menarik rambut Evelyn ke belakang sehingga membuat wajahnya terdongak ke atas.
"Leo sakit!" Evelyn menjerit, tangannya langsung memegang tangan Leo yang menjambak rambutnya. "Ampun Leo, lepaskan! Aku mohon," ucapnya mengiba sambil meringis menahan sakit.
"Sakit yang kamu rasakan tidak sebanding dengan apa yang kamu lakukan padaku!! Wanita jalang!!!" Teriak Leo. "Sekarang ke luar dari sini!! Aku jijik melihat kalian berdua!!"
Tanpa menghiraukan jerit kesakitan Evelyn, Leo dengan paksa menarik rambut dan menyeret Evelyn menuju pintu ke luar Apartemen.
"Leo sakit! Tolong Leo lepaskan!" Jerit Evelyn dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.
Leo tidak peduli dengan jerit kesakitan Evelyn. Hatinya sangat terluka, cinta dan kesetiaan yang telah dia berikan untuk Evelyn ternyata dibalas dengan pengkhianatan.
Nathan berusaha sekuat tenaga untuk bangun tetapi dia hanya bisa merangkak, mengikuti ke mana Leo menyeret Evelyn.
"Lepaskan Evelyn," ucap Nathan dengan suara yang hampir tidak terdengar sambil memegang dadanya yang sakit. "Leo, lepaskan Evelyn."
Jerit kesakitan, kata-kata memohon yang ke luar dari bibir Evelyn sudah tidak Leo hiraukan lagi. Hatinya sudah membeku bersamaan dengan kebohongan yang Evelyn lakukan.
Setelah berada di depan pintu tanpa membuang waktu lagi, Leo langsung menekan beberapa sandi untuk membuka pintu. "Ke luar dari Apartemenku, wanita jalang!!!" Teriak Leo melepaskan tangannya yang menjambak rambut Evelyn, kemudian mendorong tubuh Evelyn sampai tersungkur di lantai ke luar dari pintu Apartemennya.
"Jangan pernah injakkan kakimu di sini lagi!! Aku tidak sudi melihat wajahmu!! Dan kau!!!" Tunjuk Leo ke arah Nathan yang berusaha bangun dari lantai. Tanpa membuang-buang waktu, Leo pun menyeret Nathan ke luar dari Apartemen. "Jangan muncul dihadapanku lagi!! Ingat itu baik-baik!!!"
Leo menutup pintu sekuat tenaga. Emosinya benar-benar naik dengan napas yang turun naik dan jantung yang berdetak kencang, ingin rasanya dia membunuh dua penipu itu tapi teringat dengan tanggung jawabnya yang begitu besar untuk banyak orang.
Sebagai seorang CEO yang memimpin Perusahaan besar "Smith Albert Winston", banyak orang bahkan ribuan orang yang menggantungkan hidup padanya. Lalu bagaimana nasib mereka jika dia terlibat masalah?
Walaupun hatinya sedang terluka dengan pengkhianatan Evelyn tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, Leo masih memikirkan nasib ribuan pekerja yang bekerja padanya.