Chereads / BELIEVE IN LOVE / Chapter 9 - PERTEMUAN KEDUA LEO DAN KIARA

Chapter 9 - PERTEMUAN KEDUA LEO DAN KIARA

"Kiara, bangun! Nanti terlambat ke Sekolah. Anak ini, kalau dibangunin susah sekali," gerutunya. "Kiara bangun!!" Teriak seseorang dari luar dengan mengetuk pintu berulang-ulang.

Di dalam kamar, Kiara berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya. "Iya Bu, Kiara sudah bangun!" Jawabnya berteriak.

"Cepat mandi! Nanti kamu kesiangan berangkat ke Sekolah!" Perintah Ibunya dari luar pintu.

"Iya, iya!" Jawab Kiara.

Tidak lama kemudian terdengar suara gemericik air dari dalam yang menandakan Kiara sedang mandi. Setelah mendengar suara air, Ibunya pergi dari depan pintu kamar.

Beberapa menit kemudian, terdengar langkah suara sepatu masuk ke dapur. "Bu, sarapan apa hari ini?" Tanya Kiara sudah memakai baju seragam Sekolah. Rambut panjang yang di ikat ekor kuda dengan poni yang menghiasi wajahnya, menambah cantik penampilan Kiara Larasati.

"Ibu sudah membuat nasi goreng karena hari ini tidak membuat kue jadi bisa menyiapkan sarapan untukmu."

"Baunya harum sekali, aku jadi lapar," ucap Kiara melihat nasi goreng yang ada di atas meja.

"Cepatlah makan, ini sudah siang. Nanti kamu ketinggalan bus ke Sekolah," kata Ibunya.

Kiara langsung makan nasi goreng buatan Ibunya, dalam waktu sekejap sudah habis tidak tersisa.

Ibunya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Kamu itu anak gadis, makan seperti itu. Lihat itu! Kucing saja makannya pelan," tunjuk Ibunya ke arah kucing yang sedang makan di pojok dapur.

"Kiara bukan kucing, Bu!" protes Kiara.

"Nah, kamu tahu bukan kucing, makanya kalau makan itu yang benar. Kamu itu anakku satu-satunya, harapan Ibu! Jaga etika kamu!"

Selesai makan, Kiara membersihkan bibirnya dengan tisu. "Aku tahu, harapan satu-satunya Ibu hanya aku. Pagi-pagi jangan banyak mengomel Bu, nanti darah bisa naik."

"Kamu kalau dinasehati selalu tidak mau mendengar," gerutu Ibunya.

"Muach, muach!" Kiara langsung mencium pipi kiri dan kanan Ibunya. "Aku berangkat ke Sekolah Bu!"

Ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat anaknya yang pergi ke luar dari dapur untuk berangkat ke Sekolah.

.....

"Stop! Pak stop!" Teriak Kiara dari dalam bus menghentikan bus yang sudah ada di depan Sekolahnya. Bus berhenti tepat di seberang jalan Sekolah. Kiara cepat-cepat turun karena beberapa menit lagi bel tanda masuk Sekolah berbunyi.

"Akhirnya sampai juga," ucapnya dalam hati setelah melewati pintu gerbang.

"Non Kiara sekarang tidak kesiangan lagi," sapa penjaga Sekolah sudah bersiap-siap akan menutup pintu gerbang.

"Iya Pak," jawab Kiara tersenyum manis.

"Nona Kiara jangan terlalu lama senyumnya, Bapak jadi takut," kata penjaga melihat Kiara.

"Memangnya kenapa dengan senyumku, Pak?" tanya Kiara bingung tidak mengerti.

"Senyum Nona Kiara sangat manis, Bapak takut terkena penyakit Diabetes," jawab penjaga Sekolah dengan tersenyum.

"Ah, Bapak. Ada-ada saja," balas Kiara tersenyum manis. "Aku ke kelas Pak, sebentar lagi bel masuk."

"Iya Nona, silahkan. Belajar yang rajin biar pintar," jawab penjaga Sekolah.

"Terima kasih Pak," jawab Kiara lalu bergegas pergi menuju kelasnya.

Suasana kelas yang ramai sudah menjadi pemandangan biasa. Nampak di dalam kelas, anak-anak duduk menjadi beberapa kelompok. Ada yang sibuk menyontek karena belum mengerjakan tugas di rumah, ada yang sibuk berdandan dan ada juga yang sedang menggosip.

"Kamu sudah mengerjakan tugas Silvi?" tanya Kiara berdiri disamping Silvi.

"Astaga Kiara! Kamu membuatku kaget!" Teriak Silvi hampir jatuh dari kursinya karena sedang fokus bermain game.

"Pagi-pagi sudah main game, rusak mata kamu!"

"Aku lebih baik main game dari pada gabung sama mereka si tukang gosip," tunjuk Silvi dengan bibirnya yang diarahkan ke kumpulan cewek-cewek yang ada di kursi tengah.

"Benar apa katamu," jawab Kiara melihat ke arah teman-temannya yang sedang bergosip. "Tugas rumah sudah kamu kerjakan?"

"Sudah," Silvi menjawab dengan mata yang tidak beralih dari layar ponselnya. "Aaa!! Aku jadi kalah, kamu mengganggu konsentrasiku!!" Teriak Silvi kesal.

"Kenapa aku yang disalahin?" tanya Kiara bingung.

"Dari tadi kamu mengajak aku bicara!" Jawab Silvi.

"Kamu saja yang bodoh, tidak bisa main!" Ucap Kiara meledek.

Tidak berapa lama kemudian, suara bel tanda masuk berbunyi. Anak-anak satu per satu membubarkan diri, kembali ke kursinya masing-masing.

~~~~~~

Ditempat lain dalam mansion yang sangat mewah.

"Tuan, apa sudah bangun?" terdengar suara Bowo dari luar pintu kamar.

"Masuklah," jawab dari dalam.

"Tuan, apa ingin sesuatu?" Tanya Bowo setelah berada di dalam.

"Aku ingin kopi. Jangan terlalu manis," jawab Leo.

"Baik, Tuan." Pak Bowo langsung pergi.

Tidak berapa lama kemudian, Bowo sudah kembali lagi dengan kopi panas di atas nampan.

"Letakkan di meja, aku mau mandi dulu," kata Leo.

"Baik Tuan." Setelah meletakkan kopi di atas meja, Pak Bowo ke luar lagi dari dalam kamar.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Leo untuk mempersiapkan dirinya berangkat ke kantor. Dengan setelan jas rapi dan tangan kanan yang membawa laptop, Leo ke luar dari kamarnya.

"Bowo!" panggil Leo menuruni anak tangga.

Bowo sedang berada di ruang tamu, langsung bergegas menemui Tuannya yang sedang menuruni anak tangga.

"Iya Tuan!" Jawab Bowo dari ujung tangga menunggu tuannya di bawah.

"Aku mau sarapan di taman, siapkan di sana. Di mana koran hari ini?" tanyanya.

Bowo cepat-cepat mengambil koran yang ada di atas meja, tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Ini korannya Tuan."

"Aku mau ke taman. Jangan terlalu lama Bowo!!" Ucap Leo lalu pergi ke taman dengan membawa koran dan laptop.

Bau khas tanaman di campur bau wangi dari bunga-bunga yang bermekaran menambah segar udara di sekeliling taman. Leo langsung duduk di depan meja bundar.

Tidak lama kemudian datang para pelayan yang mempersiapkan segala sesuatunya untuk sarapan majikannya. Berbagai menu masakan dihidangkan di atas meja. Tanpa menunggu lagi, Leo langsung menyantap sarapannya.

"Bowo!" Panggil Leo setelah menghabiskan semua sarapannya

"Iya Tuan," Bowo mendekati majikannya.

"Aku mau ke Kantor. Mungkin pulang larut malam, ada meeting nanti sore. Jaga Mansion baik-baik!"

" Iya Tuan, jangan khawatir," jawab Bowo sopan.

Leo langsung saja pergi dan tak berapa lama kemudian terdengar suara mobil meninggalkan Mansion. Leo memang jarang memakai sopir karena lebih nyaman membawa mobilnya sendiri.

Jalan raya nampak begitu macet, suara klakson saling bersahutan menambah bisingnya suasana.

"Ya ampun! Kapan sampai ke Kantor jika terjebak kemacetan seperti ini?!" Gerutu Leo dari dalam mobil. "Lebih baik cari jalan lain! Sangat menjengkelkan, aku benci kemacetan!!"

Dengan hati-hati Leo memutar balik mobilnya, kemudian ke luar dari jalan utama yang tidak tahu sampai kapan akan terurai kemacetannya.

"Sampai kapan aku harus sabar menunggu kemacetan? Sekarang saja sudah jam 10.00, aku bisa terlambat datang ke Kantor untuk meeting," gumamnya melihat jam tangan mewah yang melingkar di tangan kanannya.

"Melewati jalan ini memang lebih jauh tapi tidak apa-apa daripada terjebak di tengah-tengah kemacetan!" Leo terus-terusan bicara sendiri sambil menyetir dengan sangat hati-hati.

.....

"Kiara, kamu mau ke mana?! Kenapa ke luar pintu gerbang?!" Teriak Silvi setengah berlari mengejar sahabatnya yang sedang berjalan menuju pintu gerbang Sekolah.

Kiara yang merasa namanya dipanggil langsung melihat ke belakang.

"Aku mau ke Toko buku yang di depan, buku tulis aku habis. Kamu mau ikut?" Tanya Kiara.

"Aku tidak mau ikut," jawab Silvi mengatur napasnya yang naik turun karena berlari. "Tadinya mau mengajak kamu ke perpustakaan."

"Aku tidak bisa ke perpustakaan. Ini juga buru-buru mau membeli buku, takut bel masuk berbunyi," jawab Kiara.

"Kalau begitu, cepatlah pergi!" Kata Silvi. "Aku mau ke perpustakaan!!"

"Aku pergi!" Kiara melanjutkan lagi langkahnya yang terhenti dengan terburu-buru.

Setibanya dipinggir jalan raya, Kiara berusaha untuk menyeberang tetapi kendaraan sangat ramai dan tidak berhenti berlalu lalang.

Setelah kendaraan tidak begitu banyak yang lewat, Kiara perlahan melangkahkan kakinya untuk menyeberang. Tetapi tiba-tiba dari arah kanan jalan, ada mobil melaju sangat kencang hampir menabraknya dan hanya menyisakan beberapa sentimeter jarak antara mobil dengan tubuhnya.

"Aaaaa!!!" Kiara menjerit kaget dengan mata membulat melihat ke arah mobil yang hampir menabraknya.