"Kiara!" Panggil Ibu dari dapur. "Kamu di mana? Bantu Ibu."
"Iya Bu, sebentar!" Jawab Kiara dari kamar.
Tidak lama kemudian, Kiara masuk ke dapur.
"Ada apa Bu?" Tanyanya.
"Bantu Ibu untuk memasukan kue-kue ini ke dalam toples," jawab Ibu sambil menaruh kue-kue di atas meja.
"Toplesnya di mana?"
"Dilemari bagian atas. Hati-Hati mengambilnya, jangan sampai jatuh nanti pecah," jawab Ibu.
"Iya Bu."
Kemudian Ibu mengambil kue yang masih dipanggang dari dalam oven. "Kenapa kuenya gosong? Apa apinya terlalu besar atau ovennya rusak?" gumam Ibu.
"Kenapa Bu?" Tanya Kiara mendengar Ibunya yang bergumam sambil membawa beberapa buah toples ditangannya.
"Ini kuenya gosong. Mungkin apinya terlalu besar atau ovennya sudah rusak."
"Ibu membuat kue banyak sekali, apa ada pesanan?" Tanya Kiara melihat kue-kue yang ada di atas meja.
"Iya. Teman Ibu yang bekerja di rumah orang kaya sering kedatangan banyak tamu. Kue-kue ini untuk tamu-tamu mereka," jawab Ibu. "Susun kuenya yang rapi biar nanti jadi langganan kita."
Satu per satu kue disusun rapi ke dalam toples dengan sangat hati-hati sehingga toples yang kosong sekarang sudah terisi semua dan menyisakan kue yang gosong.
"Kue yang gosong dan rusak, boleh aku makan Bu?" Tanya Kiara.
"Iya boleh, makan saja," jawab Ibu.
"Siapa yang nanti mengantarkan kue-kue ini?" Tanya Kiara sambil mengunyah kue. "Atau kuenya diambil ke sini?"
"Kamu nanti yang mengantarkannya, alamat pemesan kue sudah Ibu catat."
"Ini sudah sore. Aku tidak mau! Ibu suruh orang lain saja!" Kiara menolak.
"Besok kamu yang antarkan! Bukankah kamu besok libur sekolah? Pagi-pagi kamu yang antarkan kue ini!" Ucap Ibu tidak mau terbantahkan.
Kiara menghela napas tidak bicara lagi. Berdebat juga percuma, Ibunya pasti yang menang. Kiara bangun dari duduknya dan berjalan ke arah jendela. "Bu, apa sekarang sudah masuk musim hujan?"
Ibunya tidak menjawab membuat Kiara melihat ke belakang. "Ada apa Bu?"
"Alat pemanggang kue Ibu rusak, sepertinya harus membeli yang baru," jawab Ibu sambil memegang pemanggang kuenya yang rusak.
"Lebih baik Ibu beli yang baru, kalau memakai yang itu nanti kue-kue bisa rusak dan pelanggan kabur semua," ucap Kiara.
"Iya, Ibu mau beli yang baru saja."
Kiara melihat semua kue sudah tersusun rapi di dalam toples. "Ini semua kuenya sudah selesai, Kiara mau ke kamar. Banyak tugas dari sekolah."
"Iya pergilah. Kerjakan tugas sekolahmu! Belajar yang rajin biar kamu jadi anak yang pintar," jawab Ibunya.
Kiara lalu pergi ke kamarnya langsung mengerjakan semua tugas Sekolah yang menumpuk sehingga dalam waktu singkat semuanya sudah selesai.
"Akhirnya selesai juga, pinggangku rasanya pegal dari tadi duduk," Kiara berbicara sendiri sambil merenggangkan otot-ototnya yang kaku.
"Berbaring sepertinya akan terasa sangat nyaman," Kemudian Kiara pindah dari kursi ke tempat tidur dan langsung merebahkan tubuhnya yang terasa kaku.
Tubuhnya telentang menatap langit-langit kamar sehingga membuatnya melamun dan teringat dengan kejadian tadi siang. "Dasar pria gila!! Dia yang hampir menabrak aku kenapa dia yang marah-marah?!!"
"Aku sepertinya pernah melihat wajah pria itu tapi di mana? Wajahnya seperti tidak asing untukku," Kiara mencoba mengingat wajah pria yang hampir menabraknya sampai keningnya mengernyit tetapi semakin mencoba mengingat semakin Kiara lupa.
Akhirnya Kiara tertidur setelah beberapa saat hanya terdiam. Udara malam yang dingin dan suara air hujan di luar ikut menemani Kiara untuk pergi ke alam mimpi.
...
Setelah semalaman diguyur hujan yang sangat deras, pagi ini udara terasa sangat segar. Nampak di atas pohon, burung-burung dengan riangnya berkicau saling bersahutan begitu pun dengan bunga-bunga yang bermekaran semakin menambah indah suasana di pagi hari.
"Kiara, bangun!" Ibunya memanggil dari dapur dengan berteriak. "Kamu harus mengantarkan kue ke teman Ibu!!"
"Ibu pagi-pagi sudah berisik, suara Ibu bisa membangunkan tetangga yang masih tertidur!" Jawab Kiara baru saja masuk ke dapur.
"Ibu pikir anakku yang cantik ini belum bangun," jawab Ibunya tersenyum.
"Aku sudah bangun dari tadi," jawab Kiara langsung duduk depan meja makan.
"Kamu sarapan sebelum pergi, tempatnya sangat jauh. Ibu sudah buatkan nasi goreng special untukmu."
"Bu, bolehkah aku minta ditemani Bagas?" Ucap Kiara hati-hati melihat Ibunya.
"Boleh tapi jangan mampir ke tempat lain," jawab Ibunya tersenyum.
"Tempat lain apa?" Tanya Kiara tidak mengerti.
"Kamu ini sudah punya pacar tapi tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti?!!"
"Bicara apa Ibu ini?" Kiara menjawab malu dengan wajah yang merona setelah mengerti apa yang Ibunya maksud.
Setelah selesai sarapan, Kiara menelpon kekasihnya Bagas.
Kiara :
"Halo Bagas."
Bagas :
"Ya. Halo."
Kiara :
"Bagas, sibuk tidak?"
Bagas :
" Tidak, kenapa?"
Kiara :
"Bisa antar aku ke tempat temannya Ibu yang memesan kue?"
Bagas :
"Kapan?"
Kiara :
"Sekarang, bisa?"
Bagas :
"Tentu saja. Aku segera ke sana sekarang, setengah jam lagi aku sampai."
Kiara :
"Aku tunggu."
Tanpa banyak bertanya, Ibunya Kiara langsung memasukan beberapa toples kue ke dalam paper bag. Melihat wajah bahagia anaknya saja, Ibu sudah tahu Bagas pasti akan segera datang.
Setengah jam kemudian, terdengar suara klakson motor dari luar pagar rumah. Kiara segera mengambil paper bag yang telah diisi toples kue.
"Kiara pergi Bu, Bagas sudah datang menjemput," ucap Kiara langsung pergi ke luar.
"Alamatnya sudah kamu ambil?!" Tanya Ibu melihat Kiara pergi terburu-buru.
"Sudah Bu!" jawab Kiara.
"Hati-hati di jalan!!"
"Iya Bu. Kiara berangkat!!"
Tidak lama kemudian terdengar suara motor meninggalkan halaman rumah.
......
"Bowo! Bowo!! " Teriak Leo memanggil pelayannya dari taman.
Pak Bowo dengan langkah tergesa-gesa segera mendatangi Tuannya. "Ada apa Tuan?"
"Aku mau lari pagi rasanya sudah lama tidak berolah raga. Hari ini cuaca bagus sekali."
"Iya Tuan," jawab Bowo melihat Tuannya sudah memakai baju dan sepatu olah raga. "Hati-hati Tuan."
"Iya Bowo," Leo lalu berlari kecil ke luar rumah melewati pagar samping.
Wajahnya terlihat sangat segar. Badannya tinggi tegap dengan kulit kecoklatan dan wajah yang rupawan. Sepanjang jalan yang dilaluinya, banyak wanita yang berdecak kagum melihat ketampanannya. Walau pun Leo memakai topi yang sengaja untuk menutupi wajahnya, tetap saja para wanita sangat jeli melihat ketampanannya.
Setelah cukup lama Leo berlari, akhirnya memutuskan untuk istirahat sebentar. "Sepertinya sudah cukup lama aku berlari, lebih baik istirahat sebentar," gumamnya dalam hati mencari bangku kosong yang banyak tersedia di taman.
Sinar matahari sudah mulai terasa panas tetapi Leo masih betah duduk berlama-lama di taman, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
Tidak lama kemudian matanya melihat seorang gadis sedang membeli es cream. "Gadis itu seperti tidak asing untukku," gumam Leo.
Karena jarak yang beberapa meter darinya, membuat Leo harus memicingkan matanya. "Betul, itu dia! Gadis bermata indah dan gadis yang hampir tertabrak itu adalah gadis yang sama," gumam Leo dalam hati tanpa melepaskan pandangannya dari gadis yang sedang membeli es cream.
"Kiara," gumam Leo tersenyum sendiri. "Siapa laki-laki yang bersamanya? Kenapa dia menggandeng tangan Kiara?"
Dari jauh Kiara tidak menyadari ada sepasang mata sedang mengawasinya dari tempat duduk di kursi taman.
"Bagas, kita cari tempat duduk," ajak Kiara. "Aku ingin di sini sebentar karena udaranya sangat segar."
"Iya, kita duduk di sini sebentar!" Jawab Bagas melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk. "Lihatlah!! Di sana ada kursi kosong!"
Leo yang dari tadi memperhatikan Kiara terlihat kaget, melihat mereka berdua datang ke arahnya. "Kenapa mereka berdua ke sini?!" Karena takut dikenali Kiara, Leo dengan cepat menurunkan topi yang dipakainya untuk menutupi wajahnya.
"Kita duduk di sini sebentar! Kursi ini kosong," kata Bagas menunjuk ke arah kursi yang ada di sebelah Leo.
Kiara langsung duduk di sebelah Leo tanpa curiga. Leo yang merasa gugup mencoba diam dan tenang dengan melihat ke arah lain. Kiara sendiri terlihat santai, duduk sambil menikmati es creamnya.