Chapter 2 - Dua

Hari itu adalah hari yang biasa bagi Clarissa. Kedua saudaranya meminta dia untuk pergi ke salah satu toko dan menuntut ganti rugi. Si pemilik toko marah besar serta melontarkan umpatan dan kata kasar pada Clarissa. Untung Daniel segera datang. Lelaki muda itu pula yang melerai dan memberi pengertian pada si pemilik toko, sehingga merasa kasihan pada Clarissa. Ia akhirnya membayar uang ganti rugi tersebut.

"Hari ini kau kembali datang. Dia mungkin akan makin marah," ucap Daniel. Clarissa hanya menggeleng dan tetap melangkah, menyusuri jalan-jalan yang dipadati oleh orang-orang yang tengah berbelanja dan berjualan tersebut. Beberapa pedagang tampak begitu bersemangat menjajakan dagangan pada tempat yang tidak seberapa luas tersebut. Mereka berteriak untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat di sana agar mau membeli barang yang mereka jual.

"Aku tidak ada pilihan, bukan?" sahut Clarissa sambil terus berjalan. Daniel masih berdiri terpaku beberapa saat sebelum akhirnya mengejar Clarissa. Ia kemudian segera meraih tubuh gadis itu. Clarissa memekik terkejut dan menatap pada Daniel. Kereta kuda tidak lama melalui jalan tersebut dengan cukup cepat. Untuk beberapa saat, Daniel dan Clarissa masih saling menatap. Lengan kokoh Daniel bahkan masih merangkul pinggang Clarissa dengan tatapan mata lekat pada manik mata gadis itu.

"Daniel, Clarissa!" gertak suara seseorang terdengar begitu nyaring. Sontak Clarissa dan Daniel sama-sama menoleh. Seorang gadis bertubuh mungil berjalan cepat menghampiri mereka.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

"Tidak ada apa-apa, Hana. Tadi ada kereta kuda nyaris menabrakku, tetapi Daniel telah menolong aku. Aku selamat berkat dirinya," jawab Clarissa sambil segera mendorong Daniel menjauh darinya. Daniel juga melonggarkan pelukan pada pinggang Clarissa.

. "Itu benar, aku hanya menolong dia," ujarnya kemudian.

"Aku tidak percaya. Caramu melihat dia sepertinya berbeda," tukas Hana sambil bersidekap dan melihat pada Daniel dengan tatapan tajam.

"Percayalah, tidak ada apa-apa antara kami. Kami hanya berteman saja," tukas Clarissa yang kemudian segera pergi.

"Jelaskan padaku hubungan kalian!" tukas Hana setelah melihat Clarissa telah agak jauh.

"Bukankah Cla sudah mengatakan padamu, tidak ada apa-apa antara kami?" tukas Daniel. Namun Hana menggeleng dan melangkah pergi dengan wajah masam. Daniel segera pergi menyusul langkah itu.

***

Clarissa menghela napas setelah berjalan agak jauh. Seharusnya dia tahu hal seperti ini akan terjadi karena Daniel adalah kekasih Hana. Ia harusnya tidak membiarkan Daniel dekat lagi dengannya karena Hana pasti akan cemburu.

'Apa artinya sekarang aku sungguh tidak memiliki siapa pun?' gumamnya dalam hati. Daniel adalah satu-satunya sahabat dan orang terdekat baginya. Kini dia juga telah kehilangan pria itu.

***

"Hana, jangan marah lagi!" tukas Daniel yang telah menyeruak kerumunan dan meraih lengan gadis itu. Wajah Hana masih tampak cemberut. Ia bahkan bertahan untuk tidak melihat pada kekasihnya itu.

"Hana, kau juga tahu, selain aku, Clarissa tidak memiliki siapa pun, jadi aku hanya membantu dia," ucap Daniel.

"Benarkah?" tanya Hana. Daniel mengangguk kemudian menarik gadis itu dalam pelukan.

"Dia dan aku hanya teman, Hana, tidak lebih dari itu," ucap Daniel yang masih memeluk Hana. Tangannya membelai lembut rambut gadis itu.

"Baiklah, aku percaya padamu," ucap Hana setelah beberapa saat. Daniel tersenyum kecil dan meraih tangan Hana. Mereka berdua bergandeng tangan dan pergi dari sana.

***

"Apa kau sudah tidak waras?" tegur bapak pemilik toko setelah mendengar Clarissa berkata ingin menukarkan gaun Jean.

"Aku ...."

"Aku bisa bersimpati padamu hanya sekali. Setelah itu jangan harap kau bisa terus berbuat curang seperti ini. Meski kau berlutut dan menangis di depanku, aku tidak akan memberikan gaun baru padamu. Berperilaku seenaknya, apa ayahmu telah tidak bisa membeli gaun hingga putri-putrinya menjadi seperti ini?" tukas lelaki itu lagi.

"Maaf," ucap Clarissa pelan.

"Baiklah, aku masih bersabar sekarang, tapi jangan harap aku mengganti gaun itu. Sekarang kau pergi dari sini. Kecuali ingin membeli sesuatu, jangan pernah muncul di sini lagi."

Clarissa masih bertahan dan memohon, tetapi bapak pemilik toko kemudian menyuruh para karyawannya untuk membawa pergi Clarissa. Mereka menyeret Clarissa keluar. Mereka bahkan mendorong Clarissa hingga gadis tersebut terhuyung dan nyaris terjatuh. Clarissa hendak kembali masuk, tetapi hal itu menjadi tidak mungkin untuk dia lakukan karena para karyawan toko berjaga di depan untuk menghalangi dia masuk.

Clarissa melangkah pergi dengan putus asa. Tidak lama Daniel datang menghampiri dia.

"Aku tahu kau pasti gagal. Kedua saudara tirimu itu hanya ingin kau mendapat masalah dan dimarahi orang," tukasnya.

"Sudahlah, aku tidak apa-apa," jawab Clarissa pelan. Ia tidaklah bodoh hingga tidak tahu hal itu. Setiba di rumah, Jean dan Tiara pasti akan mengungkit-ungkit dan marah padanya.

"Aku sudah memberitahumu, biar aku membelikan gaun dan sepatu baru. Gaun dan sepatu itu berikan padaku, aku akan menjual lagi, dengan begitu kau tidak perlu merasa berutang padaku."

Clarissa berpikir sejenak kemudian menggeleng.

"Tidak perlu. Sudahlah, aku tidak mau merepotkanmu lagi."

Daniel menghela napas panjang dan menggeleng. Sungguh sulit untuk membantu Clarissa.

Clarissa yang berjalan lebih dulu mengabaikan Daniel. Sahabatnya itu terlalu sering membantu dia, sampai kapan ia akan terus merepotkan pria itu?

Clarissa tertegun saat melewati sebuah gang sempit dan sepi yang adalah jalan pintas menuju rumahnya. Seseorang tiba-tiba meraih tangan dia. Sejenak wajah Clarissa berubah tegang, menduga ada yang ingin berbuat jahat padanya. Namun saat memberanikan diri menoleh, ia melihat seorang pria yang tengah terluka. Ada belati yang menusuk dada kirinya. Wajah tampan pria itu tampak pucat dan ada darah di sudut bibirnya.

"To-long ... aku," pintanya penuh harap pada Clarissa. Clarissa diam sejenak, dari pakaian yang dikenakan, ia menduga pria itu berasal dari kalangan berada.

'Apa yang dia lakukan di sini? Jika aku menolong dia, apa tidak akan terjadi masalah?' tanyanya dalam hati. Pria di depannya merosot jatuh dan tergeletak tidak sadarkan diri. Clarissa tidak peduli lagi. Terlibat masalah atau tidak, dia harus segera menolong pria itu.

"Cla, ada apa ini? Siapa dia?" tanya Daniel yang telah datang menyusul gadis itu.

"Aku juga tidak tahu siapa dia, tapi dia terluka parah, yang terpenting sekarang adalah menolong dia dulu."

"Cla, sepertinya ini bukan masalah kecil, pria ini sepertinya bukan orang biasa. Sebaiknya ...."

"Aku akan tetap menolong dia, Daniel, kalau kau tidak mau membantu, aku akan melakukan sendiri," ucap Clarissa sambil segera berusaha menahan darah yang mengalir keluar pada dada pria itu. Daniel menggeleng dan segera pergi dari sana untuk memanggil dokter untuk menolong.