"Tiara, Tiara, sudah, biarkan aku yang menghukum dia," tukas Nyonya Wang. Sebagai nyonya rumah dalam keluar tersebut. Ia tentu tidak mau kehilangan wibawa. Jika ada yang memberikan hukuman pada Clarissa, maka harus dia orangnya., bukan putrinya. Jika Tiara memberi hukuman, maka orang tidak akan memandang hormat lagi padanya.
"Baiklah, tapi ibu harus menghukum berat dia," tukas Tiara sambil menuding pada Clarissa.
"Tentu saja."
Bersamaan dengan itu, beberapa orang datang sambil membawa tongkat kayu. Mereka segera membawa Clarissa kemudian memukul tubuh gadis itu berulangkali. Pada hari tersebut tidak ada jatah makan malam untuk Clarissa.
***
Hari telah larut saat Clarissa duduk seorang diri. Ia kembali dikurung di gudang tersebut. Perut dia perih melilit oleh rasa lapar, meski begitu ia mengabaikan itu. Rasa sakit yang diterima dari pukulan kayu jauh lebih membekas baginya. Pintu gudang terbuka dan Bibi Ann bergegas masuk.
"Bibi, kenapa Bibi kemari? Jika ibu tahu ...."
"Nona, diamlah, Anda makan saja dulu," potong Bibi Ann cepat.
"Bibi ...."
"Nona, cepatlah, saya harus segera pergi. Jika tidak, saya akan ketahuan."
"Bi, terima kasih, ya, jika bukan karena Bibi, aku pasti tidak akan bisa bertahan hidup."
Bibi Ann mengangguk dan kembali menyuruh gadis itu untuk makan. Setelahnya, ia juga memberi obat pada luka-luka di tubuh gadis tersebut. Seusai Clarissa makan, Bibi Ann kemudian memberikan selimut pada gadis itu. Ia kemudian segera pergi dari sana. Kini Clarissa kembali seorang diri dalam gudang gelap dan penat tersebut.
Clarissa merapatkan selimut pada tubuh mungilnya. Di luar hujan mulai turun. Hawa menjadi makin dingin. Begitu pula di dalam gudang juga menjadi lebih dingin.
Meski dirinya telah membungkus diri dengan selimut, hawa dingin pada gudang tetap saja membuat Clarissa menggigil kedinginan. Gadis itu berusaha makin merapatkan selimut.
'Ibu, mengapa aku harus menjalani hidup seperti ini? Mengapa tidak membawa aku pergi bersamamu?' gumamnya dalam hati.
***
Pagi hari, Clarissa diperbolehkan keluar karena ia disuruh pergi untuk berbelanja bahan makanan. Clarissa tidak merasa keberatan. Ia juga harus pergi ke tempat pria yang ia tolong.
"Cla, kau baik-baik saja? Sudah seperti ini masih saja memaksakan diri?" tanya Daniel yang melihat Clarissa berjalan tertatih.
"Aku tidak apa-apa. Lagipula ada yang harus kulakukan."
"Pria di pusat kesehatan itu? Cla, kau tidak perlu peduli padanya. Perasaanku benar-benar tidak enak pada pria itu. Dia mungkin memiliki masalah dan akan melibatkanmu juga."
"Aku tidak peduli hal itu. Aku sudah berjanji akan menjaga dia dan aku akan melakukannya," tegas Clarissa. Daniel hanya diam sambil menggeleng.
'Cla, Cla, kau tidak peduli pada dirimu. Terluka, bahkan dipukul, kau abaikan semua, tapi kau begitu peduli pada orang lain," gumamnya dalam hati.
Daniel kemudian mengantar Clarissa menuju pusat kesehatan. Ia juga membantu untuk menyiapkan dan memasak obat sesuai resep yang ditinggalkan dokter. Namun Hana tiba-tiba datang ke tempat itu dan mengajak Daniel pergi dari sana.
"Aku ini 'kan kekasihmu. Aku mau kau menemaniku, kenapa kau terus saja menolak?" rajuk Hana.
"Aku harus membantu Clarissa," ucap Daniel.
"Aku sudah tidak membutuhkan bantuan. Terima kasih banyak, Niel, tapi sekarang aku bisa mengurus sendiri."
"Tuh, kau dengar sendiri 'kan? Dia sudah tidak butuh bantuanmu. Daniel, ayolah kau pergi denganku sekarang," rajuk Hana.
Daniel masih tampak bimbang dan keberatan, tetapi Clarissa kemudian menyuruh Daniel untuk pergi dengan Hana. Meski masih bimbang, Daniel akhirnya menurut dan pergi dengan Hana.
***
"Kekasihmu itu Clarissa atau aku?" tanya Hana saat ia dan Daniel telah berada di luar pusat kesehatan.
"Tentu saja dirimu, Na, kau ini bicara apa? Aku dan Cla 'kan hanya teman. Kami telah berteman sejak kecil dan kau juga tahu itu," ucap Daniel sambil tersenyum gugup.
"Benarkah seperti itu?" tanya Hana dengan tatapan menyelidik.
"Lalu kenapa tadi di dalam kau seperti tidak mau pergi? Kau seperti tidak ingin berpisah dengannya."
"Aku hanya mengantar dan membantu dia."
"Kenapa harus diantar? Apakah ingin mengambil kesempatan untuk bisa berduaan?"
Daniel tertawa sambil menyentil kening gadis itu. Hana mengaduh kesakitan sambil memegang keningnya.
"Yang berduaan siapa? Tempat ini adalah pusat kesehatan. Apa kau tidak melihat aku dan Cla sedang memasak obat?"
"Memasak obat? Apa ada yang sakit? Apa kau sakit?" tanya Hana. Curiga dan kesalnya berubah menjadi cemas.
"Tidak, aku baik-baik saja," ucap Daniel.
"Hanya saja, Cla dan aku menolong orang kemarin. Dokter sedang sibuk jadi tidak bisa merawat, jadi kami menyanggupi untuk merawat dia."
"Benarkah seperti itu?" tanya Hana. Ia masih saja tampak ragu.
"Tentu saja," ucap Daniel sambil merangkul bahu Hana.
"Kalau tidak percaya, kau bisa bertanya pada dokter nanti."
"Aku percaya padamu," ucap Hana sambil tersenyum. Daniel juga tersenyum dan menghela napas lega.
"Baiklah, kita pergi ke mana sekarang?" tanya Daniel kemudian.
"Temani aku jalan-jalan."
Daniel mengangguk setuju dan segera pergi dengan gadis itu.
***
Di dalam kamar pada pusat kesehatan tersebut, Clarissa dengan telaten merawat dan mengobati pria yang tidak ia kenal tersebut. Menyuapi dan bahkan mengganti perban pada luka pria itu dilakukan sendiri oleh Clarissa. Setelahnya Clarissa segera pulang ke rumah.
Mengerjakan pekerjaan rumah seharian serta melakukan yang disuruh ibu dan kedua kakak tirinya. Sore tiba dan Cla kembali disuruh untuk pergi ke kebun, tetapi ia kembali menyempatkan diri untuk menjenguk pria yang tengah ia rawat. Tidak pergi ke kebun dan pulang terlambat membuat Clarissa kembali dimarahi oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Ia kembali dihukum dan kali ini kedua telapak tangan Clarissa yang dipukul dengan rotan oleh sang ibu. Malam itu, tidak ada jatah makan malam lagi untuk Clarissa.
"Nona, apa yang sedang Anda lakukan?" tanya Bibi Ann. Wanita bertubuh agak tambun tersebut kembali membawakan makanan dan obat untuk Clarissa.
"Tidak, Bi, aku tidak melakukan apa-apa."
Bibi Ann menggeleng tidak percaya. Ia kemudian terus mendesak Clarissa. Berpikir beberapa saat, Clarissa lalu memutuskan untuk menceritakan yang ia lakukan pada Bibi Ann. Wanita itu terdiam sesaat seolah tengah berpikir.
"Masalah seperti ini. Biar aku membantumu," ucap Bibi Ann kemudian. Clarissa hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada wanita itu.
"Nona, yang kulakukan hanya berusaha menjagamu. Ibumu dulu selalu baik padaku. Karena itu, aku juga tidak mau terjadi sesuatu padamu. Aku tidak mau melihatmu terus dilukai oleh keluarga ini," ucap Bibi Ann. Clarissa tersenyum dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Bibi Ann kemudian pamit pergi dari sana.
'Ibu, apa Ibu yang telah mengutus orang menjagaku? Ibu, terima kasih banyak. Berkat dirimu, masih ada orang yang mau melindungiku," ucap Clarissa sambil tersenyum kecil.