Clarissa baru saja pulang. Nyonya Wang menegur dia dengan marah. Clarissa hanya diam, saat melihat pada ayahnya, ia tahu lelaki itu tidak akan lagi membela dia. Jean dan Tiara kemudian segera menyuruh dia untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah. Clarissa hanya menurut saja. Meski begitu, keesokan hari Clarissa tetap saja bersikeras untuk pergi ke tempat Leonard.
"Nona, jangan pergi," bujuk Bibi Ann.
"Nyonya pasti akan marah dan menghukum Anda lebih keras."
"Aku tidak akan bisa tenang jika tidak pergi, Bi. Orang yang terluka itu adalah tanggung jawabku."
Bibi Ann menggeleng. Ia tetap saja tidak ingin Clarissa pergi. Akan tetapi, gadis itu begitu bersikeras. Clarissa bahkan berkata bahwa ia bersedia untuk dihukum, yang terpenting ia menepati janji untuk merawat Leonard hingga sembuh.
***
Leonard sendiri merasa senang saat Clarissa datang. Ia memang telah menantikan gadis itu. Clarissa juga merasa senang saat bertemu dengan Leonard.
Di dekat tempat perawatan, Daniel terus mengawasi, ia mengabaikan Hana yang mengajak pria itu pergi sedari tadi.
"Kenapa sih kau ini?" tegur Hana dengan nada kesal.
"Kau mengawasi sampai seperti ini. Jangan-jangan kau memang memiliki rasa suka pada Clarissa."
"Kau salah-paham. Aku hanya cemas dengan Clarissa."
"Apa yang perlu dicemaskan? Clarissa bukan anak kecil. Ia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri. Kau terlalu berlebihan dengan bersikap overprotektif padanya."
"Kita tidak tahu tentang pria itu. Mungkin saja dia memang penjahat."
"Sudahlah, kau ini sungguh menyebalkan!" ketus Hana sambil mengentakkan kaki dan berjalan pergi dari sana. Daniel tidak mengejar. Ia masih terus mengawasi tempat perawatan itu.
***
Setelah memberikan makanan dan obat, Clarissa segera pamit ada Leonard.
"Kau akan datang lagi besok?" tanya pria itu dengan suara penuh harap.
"Tentu, aku akan datang sampai kau sembuh."
Leonard tersenyum sambil mengangguk pada gadis itu. Clarissa sendiri segera pamit dan pergi dari sana.
Di luar, Clarissa bertemu dengan Daniel.
"Kau sedang apa di sini? Di mana Hana?" tanyanya.
"Aku mengawasi tempat ini. Aku takut terjadi sesuatu padamu."
"Kau ini bagaimana? Hana pasti marah dan kesal."
"Aku tidak peduli. Kau yang mungkin berada dalam bahaya karena bersama pria tidak jelas itu."
Clarissa menunjuk pada dirinya.
"Tapi lihatlah, bukankah aku baik-baik saja?"
"Tapi ...."
"Niel, aku yakin Leonard bukan orang jahat. Kau tidak perlu mengawasi seperti ini lagi. Sekarang kau hanya perlu menemui dan membujuk Hana agar dia tidak marah lagi," ucap Clarissa sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Daniel hanya diam dan mengangguk.
***
Hana berjalan sambil merutuk kesal dalam hati. Lebih menyebalkan lagi baginya Daniel ternyata tidak menyusul dia.
"Dilihat dari wajahmu, kau pasti sedang kesal," tegur Tiara yang berpapasan dengan dia.
Hana tetap saja berjalan tanpa peduli. Tiara segera mengikuti.
"Kenapa? Kau bertengkar dengan Daniel? Daniel pasti lebih memilih bersama Clarissa, benar, bukan?"
"Kau tidak tahu apa-apa. Jangan sok tahu!" gertak Hana. Tiara tertegun sejenak. Jika bukan karena ingin memberi pelajaran pada Clarissa, ia pasti tidak akan terima dibentak seperti itu, apalagi oleh gadis seperti Hana yang hanya orang rendahan di matanya.
Hana kemudian berjalan pergi. Namun ucapan Tiara membuat ia berhenti melangkah.
"Kau pasti akan menyesal saat kehilangan Daniel."
"Tidak mungkin, aku tidak akan kehilangan dia," sahut Hana sambil berbalik dan menatap tajam Tiara.
"Daniel sangat mencintai aku."
"Oh,lalu di mana dia sekarang? Kenapa kau sendirian dan begitu marah? Kenapa dia tidak datang dan membujukmu?" tanya Tiara sambil tertawa.
"Daniel hanya sedang ...."
"Sedang bersama Clarissa, bukan?" potong Tiara cepat. Hana hanya diam.
"Jika kau seperti ini, kau pasti akan kehilangan Daniel. Dia akan menjadi milik Clarissa," lanjut Tiara lagi.
"Tidak mungkin," ucap Hana pelan sambil menggeleng.
"Apa yang tidak mungkin? Clarissa adalah saudaraku. Aku sangat mengenal dia. Dia sangat ahli berpura-pura. Bersandiwara agar semua orang iba padanya. Lihatlah, Daniel bahkan lebih peduli padanya daripada padamu. Sedikit lagi, ia pasti akan mendapatkan pria itu."
"Tidak mungkin," ucap Hana lagi sambil menggeleng. Ia kemudian segera pergi dari sana. Kali ini Tiara membiarkan, ia malah hanya tersenyum saja sambil melihat Hana yang berjalan menjauh.
***
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Leonard pada keesokan hari saat melihat jalan Clarissa yang agak pincang.
"Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja," ucap Clarissa. Ia tidak mau menceritakan bahwa kemarin setelah pula dari sana, ia mendapat hukuman pukulan dari ibu tirinya.
Leonard tahu Clarissa menyembunyikan sesuatu, tetapi ia tidak lagi bertanya. Leonard langsung saja membantu gadis itu.
Sentuhan tangan Leonard padanya membuat Clarissa terkesiap. Mangkuk yang ia bawa jatuh dan pecah berderai membentur lantai.
Mengira ada sesuatu menimpa Clarissa, Daniel yang berjaga di luar segera masuk.
"Apa yang akan kaulakukan pada Clarissa?" tanya Daniel sambil segera mendorong Leonard yang berdiri dekat Clarissa.
"Aku tidak melakukan apa-apa. Mangkok itu jatuh dan aku hanya ingin membantu Clarissa untuk membereskannya," jawab Leonard.
"Awas saja kalau kau macam-macam!" gertak Daniel.
"Niel, hentikan. Niel, apa yang kaulakukan? Cepat lepaskan dia!" tegur Clarissa sambil berusaha menarik Daniel menjauh dari Leonard.
"Niel, dia memang hanya membantuku saja. Kau yang berburuk sangka," tukas Clarissa. Daniel diam dab menatap Leonard. Ia sungguh tidak bisa percaya pada pria itu.
Hana yang datang pada saat itu segera mengajak Daniel pergi dari sana. Daniel menolak, tetapi Hana tetap bersikeras. Clarissa juga menyuruh lelaki tersebut untuk pergi. Daniel akhirnya setuju dan dengan terpaksa pergi dari sana.
***
"Kau tidak mau pergi apa karena tidak mau meninggalkan Clarissa?" tanya Hana setelah ia dan Daniel berjalan agak jauh.
"Clarissa adalah teman aku. Aku hanya menjaga dia. Hana, kumohon .... "
"Apa hanya Clarissa yang berarti untukmu? Apa kau sama sekali tidak peduli padaku?"
"Bukan seperti itu, Hana, tapi ...."
"Mungkin kau lupa, Daniel," potong Hana cepat.
"Tapi kekasihmu adalah aku, bukan Clarissa. Seharusnya kau lebih peduli padaku, bukan pada Clarissa."
***
Leonard membantu Clarissa untuk duduk di kursi. Pria itu kemudian bertanya apakah Clarissa baik-baik saja.
"Aku tidak apa-apa, tapi bagaimana denganmu? Apa lukamu terasa sakit lagi?" Clarissa justru kemudian balas bertanya. Leonard menggeleng sambil tersenyum.
Saat melihat senyuman tersebut, Clarissa detak jantungnya makin bertambah cepat. Desir halus yang ia rasakan seolah menyebar dalam dirinya dan memberi kehangatan di ruang hatinya. Hal semacam ini tidak pernah ia rasakan sebelumnya dan hal tersebut membuat ia merasa bahagia.
Di sisi lain, Leonard juga merasakan hal yang sama. Ia merasa tertarik dan menyukai Clarissa.