Keesokan hari, Clarissa pergi dengan Bibi Ann. Semua memang telah direncanakan sehingga setiap meminta ijin keluar, Bibi Ann selalu mengajak Clarissa.
"Apa yang sebenarnya mereka rencanakan? Ibu, apa Ibu akan diam saja seperti ini?" tanya Tiara.
"Tentu saja tidak. Mereka mungkin mengira aku bersikap ringan, tapi lihat saja, aku tidak akan melepaskan mereka," sahut Nyonya Wang. Dalam hati, ia merasa geram. Dirinya adalah penguasa di rumah itu. Tidak seorangpun boleh memandang rendah dia termasuk putrinya sendiri.
"Tenanglah, Tiara," ucap Jean yang duduk di samping adiknya itu.
"Ibu pasti memiliki rencana untuk memberi pelajaran pada mereka."
Tiara hanya mengangguk saja. Meski begitu, di dalam hati ia bertekad tidak akan melepaskan Clarissa.
'Ibu dan kakak bersikap terlalu longgar. Lihat saja, Clarissa, aku akan menghukum dengan tanganku sendiri. Kau pasti sudah terlalu nyaman hidup di sini.'
***
Clarissa membersihkan sudut bibir dari pria yang telah ia tolong setelah memberi sedikit air hangat Sudah dua hari berlalu, ia merawat pria itu dan pria tersebut tak juga sadarkan diri. Obat juga telah ia berikan, tetapi sepertinya kondisi pria tersebut tidak juga membaik.
"Nona, sudah waktunya, kita harus pulang sekarang," tegur Bibi Ann pada Clarissa yang masih berada di kamar.
Clarissa masih saja diam menatap pria di depannya tersebut yang matanya masih saja terpejam rapat.
"Nona," panggil Bibi Ann sambil masuk ke dalam kamar tersebut dan menepuk bahu Clarissa.
"Bibi, ada apa?" tanya Clarissa sambil menoleh pada wanita itu.
"Nona, sudah terlalu lama kita di sini. Kita harus pulang."
"Tapi dia belum juga sadar," ucap Clarissa sambil melihat kembali pada pria yang berbaring di depannya tersebut.
"Nona, kita tidak bisa terus di sini. Kita harus pulang. Besok kita akan mencari cara lagi untuk menjenguk dan merawat dia," bujuk Bibi Ann.
Clarissa akhirnya mengangguk. Ia kemudian bergegas. Di luar, ia meninggalkan catatan pada dokter untuk menanyakan kondisi pria yang dibawanya ke pusat perawatsn tersebut. Setelahnya, baru ia kemudian pergi dari sana.
***
"Dari mana saja kalian? Baru diberi kelonggaran sudah berani macam-macam," tegur Tiara saat Bibi Ann dan Clarissa pulang.
"Nona, saya minta maaf. Ini semua karena kesalahan saya. Saya yang mengajak Nona Clarissa pergi begitu lama karena ada kerabat saya yang sedang sakit," ucap Bibi Ann sambil berlutut.
"Benarkah?" tanya Tiara dengan nada tidak percaya.
"Benar seperti itu?" tanya gadis itu kemudian pada Clarissa. Clarissa hanya diam. Bibi Ann memberi isyarat pada gadis itu agar mengangguk. Namun Clarissa masih tetap diam.
"Mereka pasti berbohong," ucap Nyonya Wang yang baru keluar dari dalam. Ia melangkah menghampiri.
"Membuat mereka mengaku, caranya adalah seperti ini," ucapnya sambil mengangguk pada orang-orang yang mengikuti. Orang-orang tersebut segera menangkap Bibi Ann.
"Ibu, jangan ...." pinta Clarissa. Tubuh Bibi Ann kemudian dipukul berulangkali dengan tongkat kayu.
"Jika kau tidak ingin ini terjadi, maka kau harus mengatakan, kau pergi ke mana saja hari ini?" tanya Nyonya Wang.
"Nona, jangan," pinta Bibi Ann sambil menggeleng. Clarissa menghela napas dan mengatakan bahwa ia menolong orang yang terluka dan pergi karena merawat orang itu. Nyonya Wang terbahak dan berkata Clarissa sungguh gadis yang baik hati.
"Kau suka menolong orang, bukan? Sayangnya, kau tidak akan bisa menolong dia," ucap Nyonya Wang sambil menunjuk Bibi Ann yang diseret pergi.
"Ibu, Ibu, jangan, Ibu, kumohon lepaskan Bibi Ann," pinta Clarissa yang kemudian berlutut sambil menangis.
"Dia telah bersalah, dia telah berani berbohong. Orang sepertinya tidak pantas untuk dimaafkan," tukas Nyonya Wang.
"Ibu, ia melakukannya demi aku. Dia hanya ingin melindungiku. Ibu, akulah yang bersalah, biar aku yang menerima hukuman, tapi kumohon lepaskan Bibi Ann."
Suara teriakan penuh kesakitan terdengar dari gudang tempat Bibi Ann ditahan. Hal itu membuat Clarissa makin cemas dan terus memohon pada Nyonya Wang.
"Hal ini adalah pelajaran bagimu. Jika kau berani macam-macam, maka bukan hanya dirimu, orang lain yang membantumu juga akan ikut menanggung akibatnya. Apa kau mengerti?" tukas Nyonya Wang sambil mencengkeram pipi Clarissa. Kuku tajamnya menggores pipi gadis itu. Mata Clarissa berkaca-kaca. Nyonya Wang kemudian mendorong gadis itu tersungkur ke belakang. Setelahnya, ia segera berlalu diikuti Jean dan Tiara. Clarissa masih ada di halaman tersebut. Menghapus air mata dan darah yang ada pada wajahnya.
***
Malam hari, keluarga Wang tengah bersiap untuk makan malam bersama. Nyonya Wang kemudian menyuruh pelayan untuk mengambil kursi dan memanggil Clarissa.
"Duduklah, hari ini aku sedang bermurah hati karena mengajakmu makan bersama," ucap Nyonya Wang sambil tersenyum pada Clarissa. Clarissa hanya berdiri diam. Dari tempat itu, suara teriakan kesakitan Bibi Ann terdengar jelas.
'Bagaimana aku bisa makan dengan ada suara seperti itu?' gumamnya dalam hati.
"A-ku ... aku belum lapar. Aku kembali saja ke belakang," ucap Clarissa.
"Kau berani menolak, aku sedang bermurah hati padamu. Dasar tidak tahu terima kasih!" maki Nyonya Wang sambil menatap tajam Clarissa.
"A-ku ... masih kenyang." Clarissa kembali menjawab lirih.
"Baiklah," ucap Nyonya Wang.
"Kau tidak apa jika tidak mau makan, tapi aku juga tidak akan melepaskan pelayan itu. Kau tidak makan, maka biar dia juga kelaparan. Jika dia tidak bisa bertahan, maka itu semua karenamu."
Clarissa masih diam, tetapi perlahan ia duduk di kursi tersebut. Nyonya Wang tertawa. Jean dan Tiara juga tersenyum.
"Nah, sekarang kau harus makan yang banyak," tukas Tiara kemudian. Clarissa tidak ingin makan, suara kesakitan Bibi Ann terdengar begitu memilukan baginya. Akan tetapi, Nyonya Wang dan dua putrinya tersebut tetap saja memaksa. Tidak lama, Clarissa berlari pergi ke belakang. Ia memuntahkan semua makanan tersebut seraya berderai air mata. Ia telah bersalah besar pada Bibi Ann.
***
Clarissa menemui Bibi Ann pada saat malam telah larut. Ia juga membawa makanan untuk wanita itu. Matanya menatap nanar pada wanita yang sekujur tubuhnya penuh luka tersebut.
"Bibi, maafkan aku," ucap Clarissa. Bibi Ann hanya menggeleng.
"Aku hanya melindungi Nona," ucapnya lirih. Tidak lama terdengar suara orang di luar, beberapa orang datang ke gudang itu. Mereka hendak membawa pergi Bibi Ann.
"Jangan, kumohon, lepaskan dia," pinta Clarissa sambil terisak.
"Nona, tidak apa-apa. Saya akan baik-baik saja," ucap Bibi Ann. Namun Clarissa menggeleng. Tangannya memegang tangan Bibi Ann erat-erat.
"Lepaskan dia, Clarissa," ucap Tuan Wang yang masuk ke dalam gudang.
"Ayah, jangan sakiti Bibi Ann lagi," pinta Clarissa lagi.
"Aku berjanji aku akan menurut. Apa pun yang diperintahkan, aku akan menurut, tapi, kumohon, lepaskan Bibi Ann."