Chereads / Mahligai Pengantin Muda / Chapter 16 - Pergi dari Rumah Mas Lazuardi

Chapter 16 - Pergi dari Rumah Mas Lazuardi

Mas Lazuardi memandang ke arah isterinya dengan tatapan tak percaya. "Kamu tanya aku ke mana? Bukankah sudah jelas kalau aku semalam itu bekerja?"

Alma mendengus kesal. Lelaki itu selalu saja berlindung di belakang kata bekerja, bekerja, dan bekerja. Apakah kenyataannya demikian? Siapa yang tahu!

Bahkan, pekerjaannya apa juga tidak jelas!

Mas Lazuardi memberikan sebuah garis tegas pada pekerjaannya sehingga tidak diketahui oleh orang lain!

Rasanya, Alma ingin memekik kepada Mas Lazuardi, menyerangnya habis-habisan, mengatakan kalau predikat lulusan pondok yang melekat kepadanya itu percuma! Sia-sia!

"Mas itu kerja, Dek! Mas kerja ya juga buat kamu, buat keluarga kita!!"

"Apa buktinya?!" erang Alma pada akhirnya.

Matanya sudah memerah. Jantungnya berdebar dengan kencang. Gadis tersebut tahu, membentak suaminya ini salah satu bentuk dari kedurhakaan. Akan tetapi ... apa yang bisa dia lakukan lagi ?

Tidak ada keterbukaan sama sekali dari Mas Lazuardi!

Begitu ditanya soal bukti, lihatlah kalau dia sama sekali tak bisa menjawab!

Mata Alma memanas. Rasanya, masa depannya itu hancur dalam sekejap mata. Harapan dan keinginan sebuah keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah itu lenyap tak berbekas.

Impian memiliki bayi yang imut nan lucu, sudah tiada lagi. Semuanya hanya mimpi. Ya! Mimpi!

Tanpa menunggu jawaban Mas Lazuardi lagi, Alma pun beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu berjalan cepat menuju ke kamar.

Ia membuka koper, lalu mengemasi pakaiannya.

"Dik, apa yang kamu lakukan?"

Alma tetap diam seribu kata. Bibirnya sangat kaku dan kelu. Ia hanya memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.

"Dik, ayolah, jangan seperti ini."

Sebelumnya ia telah bertekad untuk tidak menjawab perkataan Mas Lazuardi sebelum ia menjelaskan secara detail. Sayangnya, mau sampai hujan turun di gurun pasir, Mas Lazuardi tidak akan mengungkapkan kebenaran.

Ia kembali memohon. "Dik, jangan pergi ..."

Alma sudah tidak tahan lagi.

Ia butuh nafkah batin! Ia butuh sentuhan, belaian lembut, sebuah rumah tangga indah yang dimiliki pasangan yang baru menikah!

Katanya, masa-masa indah pernikahan itu saat masih hangat-hangatnya, tepat di masa dia bersama dengan Mas Lazuardi seperti sekarang ini?!

Tetapi apa! Mas Lazuardi hanya menjadi sebuah masalah baru untuknya.

Setelah Alma selesai membereskan barangnya secara kilat, gadis itu pun menyeret kopernya. Manakala ia melewati Mas Lazuardi, barulah ia berbisik. "Maafkan aku, Mas."

Berikutnya, Alma pun pergi dari rumah besar nan mewah itu.

Entah untuk sampai kapan. Ia bahkan tidak tahu.

Terbesit keinginan dalam hati Alma kalau Mas Lazuardi akan berlari dan mencegatnya. Sayangnya, sosok itu tidak keluar.

Alma mendesah dengan penuh rasa sakit. 'Lihatlah, dia bahkan tidak peduli pada kepergianku. Mungkin dia malah senang dengan kepergianku.'

Ketika itu, muncul taksi lewat. Alma segera mencegatnya. Ia masuk dan menyebutkan nama salah satu hotel.

Sebab, tak mungkin Alma pulang kembali ke rumah orang tuanya. Itu hanya menimbulkan masalah baru bagi keluarga besar mereka.

* * *

Ketika masuk di hotel, Alma check in, dan langsung menghambur ke tempat tidur. Ia menangis. Meraung. Mengutuk nama Mas Lazuardi.

Alma tidak mungkin mengambil langkah seekstrim ini kalau Mas Lazuardi tidak berbuat sekejam ini kepadanya.

'Lagipula, apa sih yang akan aku lakukan? Aku akan menutup bisnisnya kalau aku tahu tempat dia bekerja? Atau apa?'

Gadis itu merasa sangatlah kesal. Tetapi, ia tak mampu melakukan apa pun. Kecuali menangis.

Hingga matahari berada di puncak kepala manusia, Alma menangis. Ia merasa bersyukur karena telah berhasil masuk kerja. Sehingga ia bisa hidup di luar tanpa diberi uang oleh Mas Lazuardi.

Namun, life must go ahead. Alma tidak mungkin hidup terus menerus di hotel ini. Apalagi, tabungannya saja sedikit.

Hidup di kota Jakarta untuk mencari tempat tinggal yang sepadan itu sangatlah sulit. Untuk itu, Alma menelpon Faradina. Mana tahu gadis itu bisa membantu?

"Halo, Faradina ..." panggil Alma pelan.

"Iya, gimana, Al?"

Pembicaraan pun berlangsung. Alma meminta bantuan Faradina untuk tinggal sementara waktu di tempat gadis itu. Meskipun apartemen Faradina juga cukup mini, setidaknya dia bisa tinggal sementara waktu, sembari menunggu gaji pertamanya untuk membayar kost bulan depan.

"Seriusan? Kamu pergi dari rumah Mas Lazuardi?"

"Iya, Faradina."

"Kenapa ... Nggak ... Kamu melakukan sebuah tindakan yang besar, lho."

Alma menghela napas panjangnya. Kelakuannya ini memanglah sangat beresiko. Bahkan tidak dapat dinalar oleh akal sehatnya sendiri. Ini adalah keputusan tergilanya yang dilakukan sewaktu ia masih berada dalam kepungan marahnya sendiri.

"Apakah tidak sebaiknya kamu memikirkan tindakanmu ini, Alma? Maksudku ... kalian pisah ranjang. Bagaimana cara mengembalikan hubungan kalian seperti semula?"

Alma tertegun. Ia juga tidak tahu ... Akan tetapi, bukankah Mas Lazuardi yang menjelaskannya lebih dulu?

* * *