"Aku tidak akan pantang menyerah begitu saja, Faradina. Aku ingin menunjukkan kepada Mas Lazuardi kalau tindakannya selama ini membuatku tidak nyaman."
Terdengar nun jauh di sana Faradina menghela napas panjangnya. Gadis blasteran itu memang belum pernah mengalami dunia pernikahan. Namun, sifatnya yang baik sering menjadi teman curhat bagi orang orang di sekitarnya. Tak terkecuali teman kantor Faradina.
Tak mengherankan kalau Faradina lebih memahami seluk beluk pernikahan dibandingkan dengan Alma. Gadis tersebut pun menjelaskan, "Alma ... Ini jelas tidak baik. Aku sedang tidak memihak siapa pun di sini. Baik kamu atau pun Mas Lazuardi. Tetapi ..."
"Tetapi ... Kalian kehilangan salah satu kunci dari hubungan kalian berdua. Kamu tahu apa maksudku kan?"
"Kalian belum berkomunikasi dengan bebas satu sama lain. Kumohon, pikirkanlah lagi semuanya ... Aku tidak ingin pernikahanmu dengan Mas Lazuardi berantakan. Apalagi, kalian baru tiga bulan menikah."
Seusai mengatakan demikian, Alma menutup telepon Faradina.
Rasa bersalah menyelimuti hati Alma. Ia telah menjadi istri yang durhaka. Namun ... Sekali lagi ... Apakah Mas Lazuardi ini memang sudah menjadi suami yang baik ?
Kenapa ... dia tidak menjelaskan alasannya ? Apakah ... Selama ini Alma hanya berprasangka ?
Alma pun memijat kepalanya yang mendadak pusing.
* * *
Sudah tiga hari sejak Alma pergi dari rumah. Mas Lazuardi sama sekali tidak mencarinya. Tidak memberikan sedikit pun kabar atau pesan teks berupa kecemasan. Lelaki itu serasa membiarkan Alma begitu saja. Seperti ia yang terbuang di sini.
Alma pun menghembuskan napas kesal. Tiga hari ia menunggu Mas Lazuardi untuk menghubunginya, tetapi hasilnya nihil.
Untuk itulah, Alma berani untuk menginap sementara waktu dalam jangka satu bulan di apartemen Faradina.
Awalnya, Alma merasa kalau dirinya baik-baik saja. Sayangnya, manakala ia melihat sosok Faradina yang membukakan pintu untuknya, air mata Alma tidak bisa untuk diam saja. Ia menangis.
Dengan mudahnya.
"Cup, cup, cup ... Tenanglah, Alma ... Tenang ..."
Faradina berupaya untuk menenangkan tangisan Alma. Ia mengelus punggungnya penuh dengan kasih sayang. Sebuah keinginan yang selama ini Alma dapatkan dari seorang Mas Lazuardi, yakni sebuah kasih sayang.
* * *
Ketika Alma sudah mendingan, gadis tersebut baru menceritakan semuanya dari A sampai Z, mengenai segala sesuatu yang dirasakan olehnya.
Faradina mendengarkan dengan seksama, sesekali ia menganggukkan kepala, mendengarkannya dengan serius.
"Aku tidak tahu kenapa Mas Lazuardi bisa melakukan ini kepadaku ... Maksudku, dia adalah lelaki pilihan Abi. Kenapa dia berbuat jahat begini?"
Sahabat Alma itu mengungkapkan, "Bagaimana kalau kamu juga mencari tahu tentang Mas Lazuardi? Kamu bisa melihat dari akun sosial media, atau teman dekatnya. Maksudku, perselingkuhan selalu tercium."
"Kalau dia beneran selingkuh," tambah Faradina. Gadis itu masih bersikap netral. Ia tidak bisa menjudge kalau Mas Lazuardi salah hanya semata-mata karena Alma sakit hati.
Sebab, kalau Faradina terlalu memihak Alma, ditakutkan peranan Mas Lazuardi semakin menjadi jahat. Pasalnya, Alma belum mengetahui apa pun tentang suaminya itu. Bisa saja semuanya hanya prasangka Alma saja.
"Aku akan mencoba mencarinya setelah ini." putus Alma.
"Itu langkah yang bagus." ujar Faradina. Gadis itu menyurutkan ketegangan yang ada di sana. Ia lantas mengatakan, "Bagaimana kalau kita makan? Kamu oke kalau kita makan mie instan bukan?"
"Tentu saja. Aku omnivora." balas Alma.
Inilah indahnya sebuah persahabatan. Mereka akan senantiasa mendengar meskipun berada dalam kondisi paling parah. Sementara mungkin, orang lain akan menghina dan mengejek mereka.
Faradina mendecak sembari menggelengkan kepala. Perempuan itu lekas membuatkan mie instan bagi Alma dan dirinya sendiri.
* * *
Manakala mereka makan malam dengan menu terenak dan tersederhana (yakni mie instan), Faradina dan Alma melanjutkan perghibahan mereka.
"Jadi besok adalah hari pertamamu kerja?" tanya Faradina. Baru saja Alma membicarakan tentang betapa bahagianya diterima bekerja menjadi salah satu reporter di Koran Newsweek.
"Mm. Aku tidak menyangka kalau aku keterima di sana. Padahal, HRD-nya itu galak sekali kepadaku. Masa aku ditanya-tanya soal posisiku juga, kalau nanti Mas Lazuardi melarang bagaimana ... Begitu ..." jawab Alma panjang kali lebar.
"Benarkah? Dan mereka tetap menerimamu?"
"Mmm."
"Mungkin itu point yang dicari oleh mereka. Omong-omong, selamat ya! Aku akan mengantarmu besok. Untungnya, kantor kita juga cukup dekat. Cuma empat sampai lima kilometer saja."
"Benarkah?"
"Apa sih yang nggak buat kamu~" goda Faradina.
"Uhhh~~ Co cwit!!"
Mereka berdua kembali tertawa. Lantas, Faradina pun mengupload story berfoto selfie dengan Alma.
Dan di saat itulah .. Sebuah kesalahan terjadi.
Kakak Alma ... Melihat foto mereka berdua.
* * *