Chereads / Angels Like You / Chapter 13 - Pesta Harga

Chapter 13 - Pesta Harga

"Apakah itu grand prize-nya?"

"Woah, bukankah itu sangat mengagumkan?!"

"Aku tidak mau tahu! Aku harus berjuang untuk mendapatkannya!"

"Persiapkan uang yang kita miliki. Aku ingin tahu apakah kita masih memiliki peluang untuk mendapatkannya atau tidak."

Itu semua hanyalah beberapa dari sekian banyak bisikan yang Xavier dengar dalam satu waktu saat penutup sangkar itu dibuka.

Dari balik tudung jubahnya yang menutupi wajah, Xavier dapat melihat jikalau seorang perempuan lah yang ada di dalam sangkar itu. Dia tidak memakai sehelai benang pun di tubuhnya. Perempuan itu berbaring lemas, seakan tak berdaya. Dari jarak sejauh ini, Xavier dapat menduga kalau perempuan itu pingsan. Dia sama sekali tidak bergerak di dalam sangkar.

"Ayo, silakan perhatikan baik-baik hadiah utama yang kami bawa untuk pelelangan kali ini. Untuk saat ini, kami sengaja menyuntikan obat bius untuknya agar pelelangan ini bisa berjalan dengan semestinya. Jika Anda semua tidak bisa melihat wajah perempuan ini, kamu akan menampilkannya pada layar di belakang," ujar sang pembawa acara.

Tepat beberapa detik setelahnya, sebuah layar berukuran sekitar lima kali lima meter di belakang platform menampilkan sebuah foto perempuan yang sedang tersenyum manis menatap kamera.

Perempuan itu memiliki manik mata berwarna biru, seperti samudera di lautan lepas. Lesung pipit di kedua pipinya memiliki cekungan yang cukup dalam, menambah kesan manis pada perempuan itu. Rambutnya berwarna coklat, hidungnya mancung, garis rahangnya tampak apik, dan jangan lupakan bibir tipisnya yang terlihat sangat mempesona, membuat orang-orang berkeinginan untuk menyentuhnya.

"Bagaimana? Apakah kalian semua puas dengan hadiah utama yang kami persiapkan untuk malam ini?" tanya sang pembawa acara, menarik kembali kesadaran semua orang yang terpana pada cantiknya wajah perempuan itu.

Di sisi lain, Xavier yang notabene juga ikut memerhatikan foto di depan sana, tiba-tiba saja merasakan dentuman keras di dadanya. Jantungnya berdegup berkali-kali lipat untuk alasan yang sama sekali Xavier tidak mengerti.

Ada apa dengan dirinya?

"Baiklah, karena semuanya sudah siap. Mari kita mulai pelelangan terakhir hari ini!"

Gemuruh tepuk tangan penuh rasa antusiasme seketika terdengar nyaring dari berbagai penjuru. Semua orang menunjukkan rasa semangat yang tinggi. Masing-masing dari mereka mulai membayangkan betapa bahagianya mereka jika berhasil membawa budak di depan sana pulang.

"Apakah kalian semua sudah siap untuk bertarung memperebutkan grand prize kali ini???" sang pembawa acara kembali memancing gelombang. Membuat suasana yang sebelumnya riuh kini menjadi semakin riuh tak terkendali.

Xavier, yang sedari tadi menyandarkan punggungnya pada kursi, kini mengubah posisi duduknya menjadi tegap. Kedua mata elangnya mulai memindai sekeliling, di mana orang-orang sedang menatap rakus pada budak perempuan yang terbaring lemah di dalam sangkar.

"Karena ini merupakan hadiah grand prize, tentu harga yang akan ditawarkan tidak sedikit. Jadi, siapkan dompet tebal kalian semua jika kalian ini memenangkan dan membawa pulang perempuan cantik ini. Ingat, kesempatan tidak akan datang dua kali."

Ada getaran aneh yang merambat di dalam dada Xavier begitu dia melihat foto yang terpampang pada layar di depan sana. Ini seakan memberikan perasaan familiar dan juga asing secara bersamaan.

"Harga awal untuk grand prize adalah ... empat juta dollar! Ayo, pencet bel yang ada di depan kalian semua dan ajukan banding harga setinggi mungkin!" seru sang pembawa acara lagi.

Satu persatu orang mulai memencet bel. Harga penawaran pertama yang dibaca oleh sang pembawa acara langsung melesat ke angka lima juta dollar, naik dua puluh lima persen dari harga awal.

Orang yang mengajukan banding seharga lima juta tak lain dan tak bukan adalah orang yang sebelumnya bertemu dengan Xavier di klub. Pria tua itu duduk tepat di barisan paling depan platform.

"Ya! Lima juta dollar oleh pemilik kursi nomor tujuh! Apakah ada yang ingin menawar lebih tinggi lagi?"

"Lima juta dua ratus ribu dollar oleh kursi nomor tiga puluh!"

"Enam juga dollar oleh kursi nomor tujuh puluh satu."

Suasana semakin bertambah meriah. Ada banyak orang yang mulai menyerah sebab uang yang mereka bawa nyatanya tidak cukup membuat mereka mampu bersaing mendapatkan grand prize utama. Dan dengan begitu, mereka mulai beralih menjadi penonton di tengah-tengah antusiasme para orang-orang lainnya.

"Enam juta tiga ratus ribu dollar oleh kursi nomor dua ratus!"

"Enam juga lima ratus ribu dollar oleh kursi nomor satu!"

"Enam juta sembilan ratus ribu oleh kursi nomor lima puluh tiga!"

Semakin harga meroket, semakin banyak orang yang berguguran. Sisanya, jumlah uang yang mereka bawa mulai limit untuk bersaing dengan harga yang lebih tinggi lagi.

Berbeda dengan keriuhan yang ada di sekelilingnya, Xavier tampak begitu tenang. Jika orang lain bisa melihat bagaimana raut wajah Xavier yang ditutupi oleh tudung, mereka akan mendapati jikalau Xavier menyeringai kecil.

"Kursi nomor tujuh, tujuh juta lima ratus ribu dollar!"

Semua orang mendadak menahan napas mereka. Tangan-tangan yang sebelumnya sudah bersedia di atas bel tiba-tiba saja turun. Tujuh juta dollar memang belum seberapa. Tapi, dengan harga setinggi itu, apakah mereka benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari budak di dalam sangkar itu?

Mereka tidak tahu apa keahlian dari budak itu. Pun sang pembaca acara tidak mengungkapkan mengenai hal ini. Satu-satunya hal yang diungkap adalah foto perempuan malang itu yang terpajang di layar platform.

"Kursi nomor sembilan puluh sembilan mengajukan banding harga sebanyak delapan juta dollar!"

"Kursi nomor tujuh, delapan juta lima ratus ribu dollar!"

"Kursi nomor sembilan puluh, delapan juta delapan ratus ribu dollar!"

"Kursi nomor tujuh, sembilan juga delapan ratus ribu dollar!"

"Kursi nomor sembilan puluh, sepuluh juga dollar!"

Suasana mendadak berubah menjadi panas. Kandidat yang awalnya ikut serta dalam perebutan grand prize kini sudah tumbang dan hanya menyisakan dua orang saja. Dua orang ini juga bukanlah orang asing. Mereka memang kerap berebut 'barang' bagus di pertemuan sebelum-sebelumnya.

Pria yang duduk di kursi nomor tujuh bernama Samuel. Sedangkan untuk pria yang duduk di kursi sembilan puluh bernama Nick. Keduanya sama-sama ada di usia kepala empat.

Dan bisa dibilang keduanya merupakan rival sejak dulu. Sesuai dengan perkiraan semua orang, bahwa Samuel dan Nick akan bertarung hingga berdarah-darah demi mendapatkan grand prize itu.

"Woah, woah, woah, tampaknya kita memiliki persaingan yang ketat sejauh ini. Kursi nomor tujuh dan kursi nomor sembilan puluh. Beri tepuk tangan untuk mereka berdua!"

Semua orang bertepuk tangan. Hal ini membuat Nick dan Samuel semakin membara.

"Kursi nomor tujuh, sepuluh juta tujuh ratus ribu dollar!"

Gila ...!!! Ini hampir menginjak tiga kali lipat dari harga awal!!!!

"Kursi nomor sembilan puluh, dua belas juta dollar!"

Persaingan harga terus berlanjut sampai sepuluh menit kemudian. Kini, harga telah menyentuh angka dua puluh lima juta dollar. Masing-masing dari mereka hanya mampu menaikkan harga sedikit demi sedikit, tidak seperti di awal tadi, hal ini disebabkan karena tawaran itu hampir menyentuh limit dari uang yang mereka bawa.

"Kursi nomor tujuh, dua puluh lima juta empat ratus lima puluh ribu dollar!"

"Kursi nomor sembilan puluh, dua puluh lima juta lima ratus ribu dollar!"

Samuel, yang duduk di kursi nomor tujuh seketika membalikkan badannya untuk melihat Nick. Samuel lantas memberikan sorot mata tajam tatkala pandangan mata keduanya bertemu.

"Apakah tidak ada lagi? Tuan Samuel, apakah Anda tidak mau menawar lagi?"

Dengan gerakan enggan, Samuel pun menekan bel dan memberikan harga banding kepada sang pembawa acara. "Kursi nomor tujuh, dua puluh lima juta tujuh ratus ribu dollar!"

"Kursi nomor sembilan puluh, dua puluh lima juga sembilan ratus ribu dollar!"

Merasa dipermainkan, setelah mempertimbangkannya dengan matang-matang, Samuel pun memilih untuk nekat, memilih untuk mengeluarkan semua uang yang ia miliki.

"Kursi nomor tujuh, dua puluh tujuh juta dollar!"

Mendengar nominal fantastis itu, semua orang pun bertepuk tangan penuh kegirangan.

"Tuan Nick, apakah Anda akan mengajukan banding harga lagi di atas dua puluh tujuh juta dollar? Masih ada sisa waktu satu menit untuk berpikir."

Nick mengigit kukunya. Sial. Uangnya tidak sebanyak itu!

Nick kira, dengan dua puluh juta saja, dia sudah membawa pulang grand prize. Hal ini Nick simpulkan karena Samuel sendiri sudah mendapatkan sekiranya enam budak yang dilelang dari awal sampai tadi. Hanya saja ... Nick tidak pernah berpikir kalau Samuel masih memiliki uang sebanyak itu.

"Tuan Nick? Jika Anda tidak ingin menawar lagi, maka saya alan mulai menghitung mundur waktu. Sepuluh ..."

"Sembilan ..."

"Delapan ..."

"Tujuh ..."

"Enan ..."

"Lima ..."

"Empat ..."

"Tiga ..."

"Dua ..."

"Sa—"

Tet ...

Sang pembawa acara tertegun. Dia melihat-lihat layar tablet yang sedang ia pegang. Ada penawaran yang masuk di detik-detik terakhir.

Dan harganya adalah ...

"Penawaran selanjutnya jatuh kepada kursi nomor empat ratus satu, sebanyak ... tiga puluh juta dollar!"