Chereads / Angels Like You / Chapter 14 - Bukan Hal Sulit

Chapter 14 - Bukan Hal Sulit

"Penawaran selanjutnya jatuh kepada kursi nomor empat ratus satu, sebanyak ... tiga puluh juta dollar!"

Kalimat itu spontan membuat semua orang yang ada di aula lelang ini terdiam. Banyak orang yang sebelumnya telah bertaruh kalau Samuel lah yang akan memenangkan pergelutan panjang itu setelah Nick pada akhirnya menyerah dengan wajah tertunduk lesu sebab jumlah uang yang ia miliki telah menyentuh limit.

Siapa yang akan mengira bahwa seseorang akan menyerobot di akhir pertarungan antara Samuel dan Nick?

Itu tidak bisa dipercaya!

"Tiga puluh juta dollar untuk kursi nomor empat ratus satu. Apakah ada yang berani menawarkan harga lebih tinggi lagi? Tuan Samuel, apakah Anda masih ingin bertaruh?" tanya sang pembawa acara dengan lugasnya. Ia tampak sangat handal dalam menjadi jubir dari pelelangan ini.

"Tiga puluh juta dollar untuk sebuah grand prize yang diinginkan oleh semua orang bukanlah harga yang tinggi. Silakan jika ada orang yang ingin kembali bertaruh untuk mengangkat harga lebih tinggi lagi. Akan saya tunggu dalam tiga menit dari sekarang."

Satu detik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

Suasana aula benar-benar menjadi hening. Banyak pasang mata yang saat ini menatap seorang berjubah hitam yang duduk di kursi empat ratus satu dengan rasa penasaran.

Siapa sebenarnya orang itu?

Di sisi lain, Samuel juga tengah menatap Xavier. Tatapan matanya tersirat api penuh kebencian yang tampak begitu nyata. Ia marah sekaligus merasa kesal karena ada orang yang berani mengusik kesenangannya.

Hingga ketika semua orang tengah bertanya-tanya mengenai siapa identitas orang berjubah itu, tiba-tiba saja suara bel terdengar memecah keheningan yang melanda sebelum dilanjutkan oleh ucapan sang pembawa acara di detik berikutnya.

"Tuan Samuel telah menaikkan harga penawaran menjadi tiga puluh satu juta! Tiga puluh satu juta untuk kursi nomor tujuh!"

Kenaikan langsung satu juta dollar membuat orang-orang semakin tidak bisa berkata-kata. Harga itu jauh diluar ekspektasi mereka semua yang berpikir bahwa grand prize tersebut akan terjual di bawah harga dua puluh juta saja. Wow, ini sangat menakjubkan!

Suasana yang tegang, tatapan penuh penasaran dan keterkejutan adalah hal yang mendominasi saat ini.

Xavier tahu bahwa saat ini dirinya sedang menjadi pusat perhatian untuk banyak orang. Xavier tidak mempermasalahkan hal itu. Toh, dia memakai jubah. Tidak akan ada satu orang pun yang tahu siapa orang dibalik jubah itu sebenarnya.

"Tuan yang duduk di bangku empat ratus satu, apakah Anda ingin menantang Tuan Samuel lebih jauh lagi? Tiga puluh satu juta berbanding tiga puluh juta. Siapa pun yang menang, mereka berhak atas grand prize pelelangan kali ini!"

Tepuk tangan orang-orang memburu memenuhi seluruh ruangan aula. Banyak dari mereka mulai berharap bahwa pria berjubah itu berani menantang Tuan Samuel lebih jauh lagi. Mereka membutuhkan hiburan dan juga tantangan. Sangat jarang ada orang yang berani menantang Tuan Samuel selain para pesaingnya seperti Nick dan beberapa orang lainnya yang sudah mereka kenal. Dan kini, siapa yang menyangka kalau orang asing dibalik pakaian jubah yang sedari awal hanya duduk diam malah menjadi kambing hitam yang sesungguhnya?

Tanpa ragu, mengetahui banyak pasang mata yang menatap penuh harap pada Xavier, Xavier pun segera menekan kembali bel. Dia langsung mengajukan harga yang jauh lebih tinggi.

"Ya! Tuan di bangku empat ratus satu mengajukan harga banding sebanyak tiga puluh lima juta! Tiga puluh lima juta untuk budak spesial kita malam ini! Tuan Samuel, apa Anda akan menyerah?"

Samuel menggebrak meja di depannya dengan cukup keras. Tampak tidak terima karena ada orang yang menantangnya seperti itu. Wajah Samuel terasa seperti sedang dipermalukan di hadapan banyak orang!

"Bajingan sialan itu ... dia berani menantang ku, huh? Apa dia tidak tahu siapa aku sebenarnya?" gumam Tuan Samuel rendah penuh emosi yang begitu kental di dalam dada.

"Berapa banyak uang yang masih kita miliki?" tanya Samuel kepada George, sang pakar pengamat yang ia bawa bersamanya.

Terlihat George menggelengkan kepalanya kecil. Seolah-olah ingin mengatakan kalau mereka benar-benar sudah mencapai limit. "Kita tidak memiliki banyak uang yang tersisa. Sudah tujuh puluh persen uang yang kita bawa habis untuk membeli budak-budak di sesi pelelangan sebelumnya. Akan menjadi mustahil kalau Anda terus bertarung dengannya. Kita tidak tahu seberapa banyak uang yang dia bawa kali ini. Pria itu tidak aktif sedari awal, hal ini juga mengartikan bahwa pria itu datang hanya untuk berjuang memperebutkan grand prize semata. Sisa uang yang kita miliki saat ini adalah dua puluh sembilan juta. Kita benar-benar sudah mencapai limit, Tuan," ungkap George berhati-hati, takut-takut bahwa Samuel akan mengamuk kepadanya karena telah mengungkapkan fakta pahit itu.

"Apakah kamu ingin aku kalah darinya? Iya?! Mau ditaruh di mana wajahku jika aku kalah bersaing dengan pria antah berantah itu? Aku tidak mau kehilangan wajah dan harga diriku! Aku ingin mendapatkan grand prize itu!" seru Samuel bersikukuh tak mau mengalah.

George, pria yang memakai kacamata hitam kini mengalihkan tatapan matanya lemah pada seorang pria yang duduk di sisi Samuel. Pria itu adalah Maxim, sepupu Samuel.

Maxim yang mengerti pun mengangguk. Samuel tidak akan pernah mendengar kata-kata George. Maxim adalah satu-satunya orang yang bisa mencegah Samuel dari ambisinya. Jika mereka terus melanjutkan pertarungan dengan pria asing itu, mereka bisa menderita kebangkrutan!

Maxim menepuk ringan pundak Samuel, meminta pria itu untuk menatapnya. Dan saat pandangan Samuel telah tertumpu padanya, Maxim pun buru-buru berkata, "Sudahlah. Kita bisa mencobanya lagi lain kali. Ini bukan seperti grand prize terakhir yang ada di pelelangan ini. Kita bisa mendapatkan grand prize yang jauh lebih bagus lagi di pelelangan selanjutnya. Lagipula, itu hanya satu budak saja. Kamu sudah membeli hampir tujuh budak secara keseluruhan di pelelangan ini. Melepaskan satu budak yang kamu suka seharusnya bukan menjadi masalah yang besar, 'kan?"

Samuel menggeram tak suka. Matanya memicing tajam pada Maxim. "Itu berbeda! Aku ingin grand prize itu!"

"Kalau begitu kamu juga harus mengingat seberapa banyak uang yang kamu miliki sekarang!" sanggah Maxim membuat Samuel terbungkam. "Kita tidak bisa bergerak lebih jauh lagi. Jika kamu terus bersikukuh dan mengajukan banding harga dengan harga tinggi, bagaimana kamu bisa membayarnya semisal kamu menang? Kamu ingin menjual rumahmu hanya demi seorang budak yang bahkan kamu tidak ketahui apakah dia tipikal budak penurut atau tidak? Iya? Sudahlah. Jangan membuang-buang tenaga untuk hal ini. Menyerah saja. Kita sudah tidak bisa melakukan apa-apa."

Tepat setelah Maxim berkata demikian, sang pembawa acara di depan sana kembali berujar, "Tuan Samuel, apakah Anda akan kembali mengajukan harga lainnya?"

Samuel terdiam sesaat. Ia merasa ditampar bolak-balik oleh ucapan Maxim dan sang pembawa acara itu.

"Jika tidak, mari kita semua hitung mundur bersama-sama dalam ... sepuluh ...."

"Sembilan ...."

"Delapan ...."

"Tujuh ...."

"Enam ...."

"Lima ...."

"Empat ...."

"Tiga ...."

"Dua ...."

"Satu ...."

"Dan dengan begini saya putuskan bahwa hadiah grand prize kita untuk pelelangan ini jatuh kepada Tuan pemilik kursi nomor empat ratus satu!"