"Aku bisa menjadi matamu," jawab Galant yang langsung membuat kepala Arghi tersentak ke samping. Bagaimana bisa Galant mengucapkannya begitu mudah seolah tanpa beban di dalamnya? Namun, bukannya Arghi tidak mempercayai kata-kata itu akan tetapi dia tidak ingin kehidupan Galant hanya berpusat padanya. Arghi tidak ingin merenggut kesenangan Galant hanya untuk mengurusnya.
Arghi mengeluarkan tawa kecil dari mulutnya tidak ingin terlihat begitu menyedihkan bagi Galant. Namun, dia menyadari bahwa ada tangan yang telah berada di pinggangnya mulai mengerat seiring waktu dan juga tubuh Galant telah dalam jarak sangat dekat dengannya hingga Arghi sendiri merasakan panas tubuh Galant di sisinya.
Telapak tangan Galant telah membungkus tangan Arghi yang terasa dingin, di tambah dengan kedua kaki Galant pun ikut melingkar di salah satu kaki Arghi erat.
Arghi kemudian berkata, "Itu tidak mungkin, Galant. Jika itu terjadi pasti aku akan begitu bergantung padamu."
Selama ini Arghi hidup di atas kaki orang lain bahkan hingga sekarang semesta tidak memberikan Arghi kesempatan untuk membalas semua kebaikan orang-orang yang terlibat dalam kehidupan Arghi. Bagaimana cara dia membalas ketika Arghi bahkan tidak tahu caranya untuk melihat dunia dengan benar?
Bagi Galant, Arghi adalah satu-satunya orang yang berada dalam hidupnya sekarang layaknya sebuah keluarga, tetapi sebenarnya Arghilah yang seperti itu. Bagi Arghi, Galant adalah segalanya, sejak Arghi masih kecil dia tidak pernah memiliki apapun dalam hidupnya. Hidup di balik bayang-bayang bangunan tinggi menjulang sendirian, di bawah belas kasihan, ancaman dan rasa takut sepanjang waktu. Orangtua Arghi sudah jelas tidak menginginkan Arghi ketika dia sangat mengingat dengan baik bagaimana mereka membuangnya tanpa alasan di jalanan saat dia masih terlalu kecil untuk mengenal dunia yang begitu kejam padanya. Arghi tahu bahwa sejak detik itu terjadi, dia telah kehilangan segalanya dan tidak akan pernah lagi berharap agar orangtuanya menerima Arghi kembali. Mereka mungkin sekarang telah menganggap Arghi tiada, maka Arghi akan melakukan hal serupa.
Namun, semuanya berubah ketika Arghi ditawarkan sebuah keluarga dalam hidupnya dengan orang asing yang sangat baik. Memberikan sebuah tempat bernaung, kenyamanan dan juga cahaya terang dalam hidup Arghi yang bahkan tidak pernah dia duga sebelumnya.
Arghi dulu hanya seorang anak jalanan yang tidak memiliki apapun, tidak ada seorang pun bahkan ingin melihatnya. Tidak ada rumah, tidak ada keluarga, saudara juga teman. Hanya ada dirinya sendiri yang terus berusaha untuk tetap hidup.
Kemudian sekarang, ada Galant yang menawarkan untuk menjadi mata bagi Arghi yang kehilangan cahaya dalam kehidupan Arghi yang suram. Satu-satunya orang setelah ayah Galant yang menginginkan Arghi dengan tulus juga membutuhkannya untuk tetap ada, betapa rasa terima kasih tidak akan pernah cukup bagi Arghi untuk dia lontarkan pada keluarga kecil ini.
Namun, ketakutan muncul ketika Arghi mengatakan bahwa dia pastilah akan bergantung begitu banyak kepada Galant. Arghi hanya merasa bahwa dia tidak akan pernah pantas untuk menerimanya, menjadi benalu untuk orang lain.
"Kenapa kamu banyak berpikir Arghi?" Arghi dengan refleks menjauhkan kepalanya ke samping ketika terkejut saat Galant tiba-tiba saja berbisik tepat di telinganya.
"Galant, kamu mengagetkanku. Jangan melakukan itu lagi."
Galant justru hanya bergumam tidak jelas di sebelah Arghi yang kali ini Galant menempelkan dagunya di bahu Arghi. Jelas Galant pastilah tengah menginginkan sesuatu dari Arghi ketika dia bertingkah seperti anak-anak ini.
"Arghi, kamu memikirkan apa?" tanya Galant dengan napasnya yang berhembus menggelitik perpotongan leher Arghi yang terbuka, mengabaikan apa yang Arghi maksudkan barusan.
"Kamu tahu kan, Galant. Sejak awal, kita hidup di garis yang berbeda," kata Arghi memulai yang sebenarnya dia sendiri tidak menginginkan untuk berbicara seperti ini, dia hanya menginginkan agar Galant tahu sedikit bagian dari hidupnya yang mungkin tidak pernah Galant tahu.
Kemudian Arghi melanjutkan, "Aku tidak pernah merasa iri denganmu, kamu memiliki seorang ibu yang baik bahkan saat terakhir hidupnya beliau mengatakan betapa mencintaimu dan kamu memiliki ayah yang baik begitu sangat menyayangi dan mencintaimu. Mereka juga menerimaku seperti anak mereka sendiri. Aku dan kamu sangat beruntung. Saat ayahmu membawaku ke sini untuk pertama kalinya, aku tahu masih ada orang yang menginginkanku untuk hidup. Jadi, aku bertahan. Orangtuaku sendiri tidak menginginkanku dan membuangku di jalanan pada tengah malam saat aku berusia lima tahun, tidak ada siapapun, tidak ada tempat tinggal, tidak ada makanan jika tidak mencarinya, hanya hidup dengan rasa kasihan dari orang lain. Namun, aku sangat bersyukur dengan orang tuaku dan aku ingin mengucapkan satu kali rasa terima kasihku pada mereka karena telah membiarkanku untuk lahir dan membiarkanku di jalanan, jika orangtuaku tidak melakukannya maka aku mungkin tidak akan pernah bertemu denganmu, Galant."
Arghi mengucapkan banyak kalimat itu pada Galant yang langsung seketika hatinya mencelos saat dia menyadari bahwa dia tidak dapat untuk melihat ekspresi apa yang tercipta di wajah Galanta saat ini. Bukan berarti ketika Arghi selesai mengatakannya dia mengharapkan rasa kasihan itu datang dari Galant.
Galant bergerak semakin mendekat pada Arghi, hingga tubuh Arghi digeser dengan mudah oleh Galant untuk benar-benar menghadapnya. Tangan Galant telah berada pada bahu Arghi dan Arghi memiliki keinginan yang begitu besar untuk melihat Galant saat ini.
Napas hangat berhembus di depan wajah Arghi dengan jarak yang sangat dekat, menghilangkan perasaan nyaman yang telah tercipta sejak tadi. Hingga pada akhirnya Galant berbicara, "Hanya aku, sekarang hanya aku. Kamu memilikiku. Mereka mungkin bisa menyakitimu di masa lalu, tetapi sekarang aku adalah orang yang akan melindungimu dari rasa sakit itu."